Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149828 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yonathan Yohanes
"Bahasa Belanda memiliki bentuk-bentuk tersendiri dalam mengungkapkan pengertian ketaktunggalan atau kejamakan nominanya. Tidak demikian halnya dengan bahasa Indonesia yang pada dasarnya tidak mengena1 pembedaan bentuk tunggal dan bentuk tak tunggal dengan berbekal penelitian kepustakaan, penul i s mencoba mewujudkan penul isan ini secara deskriptif dan komparatif. Data yang ada penulis analisis sedemikian rupa sehingga dihararkan sedikit banyak dapat mewakili konsep jamak kedua bahasa tersebut. Diperoleh kesimpulan bahwa pengertian tunggal dan tak tunggal nomina bahasa Belanda berwujud pembedaan bentuk tunggal dan jamak. Bentuk jamak nomina bahasa Belanda ditandai dengan pengimbuhan sufiks jamak, -en, -s (-_s), -eren, -lui,-lieden dan sufiks jamak serapan pada bentuk tunggalnya. Berbeda dari bahasa Indonesia, yang tidak mengenal pembentukan jamak dengan jalan sufiksasi/afiksasi pada bentuk tunggalnya, kecuali sejumlah kata serapan yang sangat terbatas. Sebuah kata yang sama dapat berarti tunggal atau pun jamak, tergantung dari konteks dan situasi. Walau begitu dalam bahasa Indonesia kita dapat menemukenali gejala reduplikasi nomina dalam mengungkapkan ketaktunggalan. Bentuk reduplikasi tidak diperlukan lagi dalam bahasa Indonesia bila dalam frasa nomina sudah ada unsur yang menerangkan kejamakan yaitu numeralia. Sebaliknya dalam bahasa Belanda bentuk formal jamak dengan pengimbuhan sufiks penanda jamak harus tetap digunakan walaupun sudah ada numeralia yang menandai kejamakan nomina itu. Adanya kongruensi antara subjek dan predikat dalam kalimat bahasa Belanda dan penggunaan kata sandang tertentu dapat menandai tunggal dan taktunggalnya nomina. Sementara itu dalam bahasa Indonesia, reduplikasi ajektiva, penyertaan kata para, kaum, umat, reduplikasi verba tertentu yang disertai dengan konfik ber- -an -sampai penggunaan tertentu- dapat mengimplikasikan kejamakan nomina. Dengan mengontraskan konsep jamak nomina kedua bahasa, kita memperoleh pengertian yang jelas mengenai ketaktunggalan ini, dan tentu hal ini dapat memberikan sumbangan kepada bidang penerjemahan dan pengajaran bahasa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S15944
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Tjahjasari Mutiara
"Linguistik merupakan mata pelajaran yang sangat menarik yang telah mendorong penulis untuk menyusun skripsi. Kekhususan bentuk pasif, baik di dalam bahasa Belanda maupun di dalam bahasa Indonesia, telah menimbulkan perasaan ingin tahu mengenai bagaimana hal_nya pemakaian bentuk itu dalam hubungan terjermahan dari teks berbahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia. Tulisan mengenai hal-hal bahasa Belanda dan bahasa Indonesia yang berbentuk buku-buku maupun yang berupa tulisan dalam bentuk artikel--artikel atas dasar hasil penelitian atau penyelidikan banyak kita jumpai, tetapi penyelidikan khusus perbandingan bentuk pasif dalam kedua bahasa ini, dengan menganbil hasil terjernahan se_bagai bahan penyelidikan, belum pernah dilakukan oleh para ahli bahasa yang khusus menyelidiki dan memberikan keterangannya yang lengkap; oleh karena itu penyelidik_an perbandingan dua bahasa ini dapat diangap sebagai penyelidikan yang bersifat pendahuluan. Perbandingan ini mempergunakan metode deskriptif komparatif. Maksud perbandingan ini untuk mendapatkan data dan keterangan yang kiranya akan cukup bermanfaat bagi pengajaran timbal balik kedua bahasa tersebut, terutama seka1i bagi penerjemahan yang sekarang ini..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1980
S15883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budhiyanthi Irma Samuel
"Tujuan dari penulisan skripsi ini yaitu untuk mengungkapkan proses morfologis yang dapat diterapkan dalam pembentukan nomina penanda wanita dalam bahasa Belanda, yang bersufiks -e, -es(se), -in, -ster, aresse, -euse, -rice dan -rix. Serta menjelaskan keproduktivitasan dari masing-masing sufiks penanda wanita dalam membentuk Npw. Dan sebagai tujuan terakhir akan diungkapkan faktor-faktor sosiolinguistik ape. raja yang mempengaruhi pembentukan dan penggunaan Npw. Teori Van Santen dan Aronoff digunakan sebagai patokan pembahasan pembentukan nomina penanda wanita. Sedangkan pembahasan mengenai keproduktivitasan dari sufiks penanda wanita dan faktor-faktor sosiollinguistik yang mempengaruhi pembentukan dan penggunaan Npw, dilandasi dengan beberapa pendapat dari pakar linguistik, seperti Schultink, Van den Toorn, Geerts, Adriaens dan lain-lain. Untuk membuktikan pendapat_-pendapat tersebut, kami mengadakan studi lapangan dengan menyebarkan daftar isian yang berupa Npp, untuk diisi bentuk Npwnya. Selanjutnya kami akan mewancarai para informan yang mengisi daftar isian tersebut. Kesimpulan yang dapat ditarik, ada dua macam proses morfologis dan satu peraturan pelengkap yang diterapkan dalam pembentukan nomina penanda wanita. Sufiks -ster adalah yang paling produktif dan sufiks -e, -euse dan -rice memiliki potensi untuk menjadi produktif sedang_kan sufiks -aresse, -es(se), -in dan -rix tidak produktif lagi dalam membentuk Npw. Faktor-faktor sosiolinguistik yang mempengaruhi pembentukan dan penggunaan Npw yaitu tingkatan pekerjaan dan emansipasi wanita."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S15781
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Walalangi, Lucy O. P.
"Dalam skripsi ini dijabarkan masalah kontrastif kelompok kata dalam bahasa Belanda dan bahasa Indonesia khususnya dalam kelompok nomina. Pengertian kelompok kata dalam bahasa Belanda maupun dalam bahasa Indonesia merupakan pengantar masuk dalam pembahasan kelompok kata. Dengan memberikan pengertian berikut jenis-jenis kelompok kata dari kedua bahasa tersebut, dilakukan perbandingan guna mengetahui sejauh mana persamaan dan perbedaan dari kelompok kata kedua bahasa tersebut. Tidak terlepas pula aturan umum yang berlaku bagi kedua kelompok kata tersebut. Kelompok nomina yang merupakan salah satu jenis kelompok kata merupakan topik yang lebih sempit yang akan dijabarkan dalam skripsi ini. Kelompok nomina ini terdapat baik dalam kelompok kata bahasa Belanda maupun dalam bahasa Indonesia. Sudah sewajarnya dilakukan perbandingan kelompok nomina kedua bahasa tersebut, mengingat pokok permasalahan dari skripsi ini adalah mengupas masalah kontrastif kelompok kata bahasa Belanda dan bahasa Indonesia. Untuk meneliti lebih mendalam mengenai kelompok nomina ini, dibahas pula perihal terjemahan. Yang diulas di sini terbatas pada kelompok nomina bahasa Belanda yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dengan kata lain bagaimana hasil terjemahan dari bahasa asal ke bahasa sasaran (bahasa asal bahasa Belanda, bahasa sasaran bahasa Indonesia). Masalah struktural dari kelompok nomina bahasa Belanda yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pula dianalisis. Selanjutnya setelah mengulas dan menjabarkan masalah_-masalah yang ada dalam kelompok kata, disimpulkan dalam satu kesimpulan akhir."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S15958
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Ekaputra
"ABSTRAK
Bahasa apa saja di dunia ini tentu mempunyai masalah dan kesukaran dalam usaha pengajarannya. Hambatan-hambatan itu bisa berupa kesukaran dalam pengucapan, maupun dalam struktur gramatikanya. Bahasa Arab yang merupakan salah sa_tu bahasa yang terpenting saat ini (dipakai diforum UNESCO PBB),tentu tidak luput dari hambatan-hambatan tersebut.A.S. Tritton (1978) tidak mengingkari bahwa bahasa Arab me_rupakan bahasa yang sukar di pela jari :
Arabic is not an easy language to learn; both the script and the ,structure are quite unlike that of any European language
Untuk .itu kami mencoba menganalisis secara kontrastif sistem jamak dalam bahasa Arab (bA) dan bahasa Indonesia (bI) sekadar untuk menambah masukan bagi mereka yang ingin mempelajari dan mendalami pengetahuan bahasa Arab dan untuk men_dapatkan perbandingan yang jelas dengan sistem jamak yang terdapat dalam bahasa Indonesia.
Walaupun kedua bahasa ini mempunyai asal-usul yang berbeda, namun penelitian dapat dilakukan berdasarkan unsur-unsur...

"
1985
S13438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu alasan penulis untuk menyusun .skripsi ini, adalah karena penulis merasa tertarik terhadap linguistik, khususnya bentuk diminutif dalam bahasa Belanda. Banyak orang asing yang mempelajari bahasa Belanda terbentur pada pemakaian bentuk diminutive ini. Hal ini mnnimbulkan perasaan ingin tahu penulis bagaimana diminutif dalam penggunaan dan penerapannya. Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah deskripsi arti bentuk diminutif, karena bentuk diminutif dapat mencerminkan makna yang bar_beda-beda. Dalam skripsi ini penulis membatasj. diri pada segi bentuk dan makna diminutif dalam bahasa Belanda. Isi dari skripsi ini adalah sebagai berikut: dalam bab I diuraikan mengenai pembentukan diminutif yang teratur dan yang tidak teratur, sedangkan dalam bab II diuraikan mengenai makna diminutif, di samping makna pengecilan, juga makna lainnya setelah dikombinasi_kan dengan kata-kata lain dalam suatu kalimat. Bab III penulis mencoba untuk menguji kebenaran dari _"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S15780
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Adanya keinginan untuk mengetahui di mana letak perbedaan makna kalimat bentuk perfectum dan plusquamperfectum dalam bahasa Belanda, merupakan titik tolak penulisan skripsi ini. Langkah awal tersebut, dimulai dengan menjabarkan sistem verba yang ditinjau dari segi morfologis, sintaktis dan semantis, ketnudian dilanjutkan dengan pembagian bentuk kala dalam bahasa Belanda. Teori Droste (1958), Ebeling (1962), Geerts (1984), Janssen (1989), van den Toorn (1976) dan lain-lain digunakan sebagai patokan pembahasan perbedaan bentuk perfectum dan plusquamperfectum. Simpulan yang dapat ditarik, bahwa perbedaan bentuk perfectum dan plusquamperfectum terletak pada perbedaan maknanya, di mana pada bentuk perfectum hanya ada unsur saat bicara (S) dan tindakan (W) sedangkan pada bentuk plusquamperfectum selain kedua unsur di atas dibutuhkan juga titik acuan di masa lampau (R). Persamaan kedua bentuk kala itu bahwa kedua-duanya sama mengacu ke masa lampau."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S15926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kawira, Lita Pamela
"Setelah meninjau pemungutan unsur-unsur dari bahasa Belanda, baik dari segi fonologi maupun morfologi, dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut: Dari segi fonologi ternyata bahwa: a. Dengan adanya pengaruh bahasa asing pada umumnya dan bahasa Belanda pada khususnya, bahasa Indone_sia mengenal beberapa fonem baru. Penyerapannya disesuaikan dengan sistem fonologi bahasa Indone_sia. Di samping itu dikenal pula grafem yang di_serap sebagai alograf suatu fonem. b. Selain beberapa fonem baru, bahasa Indonesia juga mengenal adanya gugus konsonan, baik gugus konso_nan pravokal maupun gugus konsonan pascavokal. Sehubungan dengan yang sudah disebut dalam sub a di atas, dengan dikenalnya sejumlah fonem dan grafem baru melalui pengaruh bahasa Belanda bahasa Indonesia mudah menyerap sejumlah istilah ilmiah dan istilah internasional. Dari segi morfologi dapat disimpulkan bahwa: a. Kosa kata bahasa Indonesia diperkaya penyerap_annya disesuaikan dengan sistem morfologi bahasa_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1977
S10998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hessusianti W. Suprapto
"Menurut Nida dan Taber (1969:12), menerjemahkan adalah memproduksi kembali teks bahasa sumber (yang selanjutnya disingkat Bsu) ke dalam teks bahasa sasaran (yang selanjutnya disingkat Bsa). Dalam memproduksi kembali teks Bsu ke dalam teks Bsa, yang mula-mula harus diperhatikan adalah maknanya (mea_nina) untuk memperoleh padanan yang terdekat. Setelah itu, yang perlu diperhatikan adalah bentuk atau gayanya (style), untuk memperoleh padanan yang wa_jar. Dengan demikian, di dalam penerjemahan, struk_tur kalimat dan pemilihan padanan kosa kata Bsa tidak boleh dipengaruhi oleh struktur kalimat dan kosa kata Bsu.
Selanjutnya Nida dan Taber (1969:3-8) mengemukakan prinsip-prinsip yang berlaku dalam terjemahan:
1) Tiap bahasa memiliki cirinya sendiri, ciri yang membedakan satu bahasa dengan bahasa lain. Bahasa Prancis (yang selanjutnya disingkat BP) misalnya, mengenal penggolongan nomina (yang selanjutnya disingkat Nom) berjenis jantan dan Nom berjenis betina, sedangkan bahasa Indonesia (yang selanjutnya disingkat BI) tidak mengenal penggolongan semacam itu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S14357
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Kemala Suci
"Pada dasarnya, setiap bahasa di dunia memiliki persamaan dan perbedaan. Adanya persamaan antara bahasa-_bahasa yang berbeda menandakan bahwa bahasa itu memiliki sifat universal. Sebaliknya, terdapatnya perbedaan antar_ bahasa menandakan bahwa bahasa itu bersifat unik. Sifat unik dan universal dapat dijumpai pada leksikon bahasa_-bahasa di dunia. Misalnya, dalam BI ditemukan nomina_-nomina yang merupakan unsur serapan yang bersuku kata terakhir -is, seperti artis, linguis, dan paliteis yang mirip dengan nomina-nomina BP yang bersuku kata terakhir -iste, yaitu artiste, l.inguiste, dan polythtiste. Secara awam, nomina BI yang bersuku kata terakhir -is dianggap memiliki makna yang sama dengan nomina BP yang bersuku kata terakhir -iste. Akan tetapi, penelitian yang telah dilakukan tidak mendukung pernyataan tersebut. Seperti, makna generalis berbeda dengan makna gentraliste. Penelitian ini bertujuan untuk memerikan persamaan dan perbedaan makna nomina BI yang bersuku kata terakhir -is dan nomina BP yang bersuku kata terakhir -iste. Untuk memperoleh persamaan dan perbedaan makna, penelitian ini menggunakan teori analisis kontrastif dan teori semantik. Kesimpulan yang dapat ditarik dari perbandingan makna nomina BI yang bersuku kata terakhir -is dan nomina BP yang bersuku kata terakhir-iste adalah: makna nomina SI yang bersuku kata terakhir -is dan nomina BP yang bersuku kata terakhir iste dibedakan atas makna monosemis dan polisemis. Sebagian besar nomina BI dan BP memiliki persamaan makna baik monosemis maupun polisemis. Nomina BP memiliki lebih banyak makna polisemis dari pada nomina BI."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S14441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>