Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18107 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arif Wibowo
"Dalam kajian Filsafat, Manusia merupakan suatu kajian yang sangat menarik dan tidak pernah ada habisnya untuk terus dibahas.Menurut Loius Leahy ada dua pokok yang merupakan pembahasan dalam filsafat manusia, pertama ingin mencari hakekat manusia itu sendiri dan kedua adalah mencari tahu keberadaan manusia di dunianya. Banyak sudah para ahli terutama dari Barat yang berusaha mengungkapkan hakekat manusia, mulai dari para filusuf alam, Socrates, sampai di era modern masih bennunculan para filusuf yang tertarik membahas tentang hakekat dan keberadaan manusia di dunia. Seperti salah satu aliran yang memfokuskan diri mereka pada pembahasan keberadaan manusia, yaitu aliran Eksistensialisme, beberapa tokohnya berusaha memperkenalkan konsep manusia ideal yang harus dicapai oleh semua manusia, jika hidup mereka ingin berarti. Dalam penelitian Pemikiran Kung Fu Tze tentang manusia, ingin diungkapkan tentang bagaimana sesungguhnya Kung Fu Tze memandang keberadaan manusia. Seperti diketahui, khasanah pemikiran Timur lebih mengarah pada hal praktis, maka tidak ada salahnya apabila kita menengok sejenak pemikiran dari Timur tentang manusia khususnya pemikiran Kung Fu Tze. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang konsep manusia dari khasanah pemikiran timur,yaitu konsep manusia ideal (Chun Tzu) menurut Kung Fu Tze. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi titik awal untuk memahami ajaran-ajaran filsafat timur yang banyak menekankan pada keharmonisan hidup baik dalam bermasyarakat dan dengan lingkungan sekitarnya. Dari beberapa literatur mengenai pemikiran Kung Fu Tze tentang manusia ini ditemukan ada tiga tingkatan manusia yaitu Shang Jen, tipe manusia yang paling ideal, menurut Kung Fu Tze suatu tipe menusia yang susah untuk dicapai. Tipe ini bisa diterjemahkan sebagai manusia suci atau manusia bijak. Tipe yang mullah dan mungkin untuk dicapai menurut Kung Fu Tze adalah tipe kedua yaitu Chun Tzu, beberapa kali disebut dengan istilah Shih, tipe manusia ini sangat mungkin dicapai karena untuk menjadi manusia yang Chun Tzu dibutuhkan beberapa persyaratan dari segi moral, intelektual dan juga dari segi fisik dengan tujuan agar dapat bermanfaat bagi orang yang berada disekitamya. Tipe manusia ketiga adalah Hsiao Jen yaitu tipe manusia biasa, dan di dalam buku Lun Yu (Analect) Kung Fu Tze sexing kali membandingkan dengan Chun Tzu. Semua pemikirannya tentang manusia banyak tertuang dalam kita ujaran yang dikumpulkan dan ditulis oleh murid-muridnya dalam Analect (Lun Yu) yang sekaligus merupakan sumber pokok dari penelitian ini. Menurut Kung Fu Tze untuk menjadi Chun Tzu harus memiliki 3 hal yaitu manusia harus mempunyai Jen (Cinta) tanpa pamrih, memiliki Kebijaksanaan tanpa Kecurigaan, dan keberanian tanpa rasa takut. Bagi Kung Fu Tze untuk menjadimanusia ideal (Chun Tzu) harus memiliki keunggulan baik di bidang moral, fisik maupun intelektual. Ia mengatakan bahwa ada beberapa buku yang dianggapnya penting dan berguna sebagai pedoman, yaitu 6 buku klasik. Keenam buku ini bukan karya asli dari Kung Fu Tze, Ia bertindak sebagai perangkum dari banyak karya-karya yang Ia anggap dapat mendukung tercapainya Chun Tzu. Kebijakan dari orang yang telah merealisasikan dirinya ialah mengerti akan jalan hati, rahasia transformasi benda-benda, sebab dari yang misterius dan kudus, lalu menyesuaikannya dengan sumber dan prinsip peredaran (prinsip yang mengatur hidup dan mati ). Hanya oleh ini manusia direalisasikan. Jadi seorang mengetahui jalan langit dan dalam hidupnya melaksanakan kebijakan kemanusiaan yang sempurna (jen) dan keadilan dalam hubungan antarpribadi (yi), ia menghiasi dirinya dengan ritus dan musik. Kemanusiaan, keadilan, ritus dan musik: inilah kebajikan dari orang yang telah mewujudkan dirinya; pengetahuan akan prinsip spiritual tentang transformasi: inilah yang menunjukkan keberhasilan kuasanya Sangat menarik membahas konsep manusia menurut Kung Fu Tze karena pada masa itu la telah berfikiran untuk membongkar sistem kelas sosial yang ada pada masyarakat jaman itu, Ia mengatakan bahwa semua orang bisa menjadi Chun Tzu asalkan mereka dapat memperoleh kesempatan pendidikan. Maka Ia mulai mengajarkan banyak pengetahuan pada siapa saja yang berkeinginan merubah status sosialnya dan beberapa muridnya yang berasal dari kelas bawah berhasil menduduki posisi yang penting dipemerintahan. Dan ternyata ajaran Kung Fu Tze ini masih sangat relevan dengan keadaan saat ini bahkan saat ini kita sangat membutuhkan manusia-manusia superior (Chun Tzu) seperti yang dikemukakan oleh Kung Fu Tze."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S16001
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irawan
"Aku yang ambigu, Sintesa Amara Pemikiran Maurice Merleau-Ponty dengan Jean Jacques Lacan. Konsep Aku yang ambigu merupakan upaya pengkajian ulang atas pertanyaan, apa artinya menjadi manusia? Secara teknis pertanyaan ini berusaha dijawab dengan suatu usaha sintesa di antara pemikiran Maurice Merleau-Ponty dengan Jean Jacques Lacan tentang manusia. Merleau-Ponty mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang babas, otonom dan utuh secara individual. Sebaliknya menurut Jacques Lacan manusia adalah makhluk yang "calf' dan terkungkung dalam berbagai bentuk simbolis bahasa dan penanda Perbedaan ini merupakan konsekuensi logis dari kelanjutan perdebatan dan atau proses transisional humanitas manusia dari zaman modern ke zaman post-modern. Manusia dalam zaman modern dipandang sebagai makhluk yang rasionalobjektif-universal sedangkan pada zaman post-modem manusia adalah irrasionalsubjektif-partikular, tergeser dari pusat kesadarannya dan tercecer ke sudut-sudut ketidaksadaran naluriah yang asli dan purba.
Konsep Aku yang ambigu lebih jauh merupakan refleksi kritis atas perkembangan penyelidikan manusia dari zaman ke zaman di mana pada dasamya dalam keseluruhan dan kesatuan hidupnya bermakna ganda bahkan multi dimensional. Maksudnya manusia sejak dilahirkan memiliki potensi untuk ambigu dalam arti sebagai makhluk yang ambivalen, paradoks bahkan kontradiksi dalam dirinya sendiri maupun ketika berada di dalam dunianya.
Identitas Aku yang ambigu menjadi tidak terbantahkan ketika sudah dieksplisitkan dalam perilaku dan wujud kehidupan sehari-hari. Hal ini yang membuat penyelidikan tentang manusia sampai detik ini tidak pernah berhenti dan mengenal kata akhir.
Dalam penelitian ini kenyataan dan realitas seperti yang terungkap di atas dirumuskan ulang dan disistematisasikan dalam kerangka tematis filsafat manusia bahwa manusia adalah makhluk yang ambigu. Ada tiga hal penting untuk dikatakan sehubungan dengan rumusan tersebut. Pertama aspek ketidaksaran atau irrasionalitas dalam konsep Aku yang ambigu yang menandakan bahwa keambiguitasannya bertempat dalam wilayah naluriah atau dunia bawah sadar manusia sehingga memang sudah merupakan fitrah dan asli. Aspek yang kedua adalah aspek ketubuhan dan aspek yang ketiga adalah aspek kebahasaan. Aspek yang kedua dan ketiga ini satu sama lain tidak bisa dipisahkan. Keduanya berperan membentuk individu yang berperilaku arnbigu antara yang bertubuh dan berbahasa. Kenyataan atas ambiguitas antara aspek yang kedua dengan aspek yang ketiga membangun rumusan baru bahwa Aku kini menjadi ambigu antara Aku yang penuh atau Aku yang cair.
Jalan ambiguitas bukan jalan tengah atau jalan dengan mengambil satu pengertian saja dari dua pengertian yang ada dan pada saat yang sama menghilangkan pengertian yang lain. Jalan ambiguitas juga bukan berarti bahwa kedua pengertian (potensi) dilebur ke dalam suatu definisi baru tentang sesuatu (Aku) tetapi lebih dimaknai sebagai sebuah pendekatan yang mendasarkan diri pada temporalitas. Maksudnya kedua pengertian tersebut sama-sama berpotensi mengaktualisasikan diri dalam ruang dan waktu yang melingkupinya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T15121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hawasi
"Penelitian konsep manusia menurut falsafat Iqbal dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana Iqbal menempatkan manusia dan mengkaitannya dengan filsafiat eksistensialisme. Penulis melihat bahwa keprihatinan Iqhal terhadap adanya dehumanisasi manusia modem, baik di Barat maupun di Timur, sama dengan keprihatinan para filsuf eksistensialis, seperti: Kierkegaard, Nietzsche,dan Sartre. Iqbal dan para filsufeksistensialis mencoba menawarkan suatu jalan `keselamatan' (salvation) bagi manusia modem agar tidak sampai terjerumus dalam apa yang disebut oleh Kierkegaard sebagai manusia `kerumunan (crowd). Penulis melihat beberapa upaya Iqbal yang tercermin dan kritiknya terhadap berbagai panam yang ada, yaitu: rasionalisme, empirisme, idealisme dan mistisisme. Kritik Iqbal tersebut sebagai upaya untuk menjawab problem-problem eksistensial manusia seperti yang menjadi perhatian para filsuf eksistensialis, yaitu: alienasi, kebebasan, ketuhanan, dan lain-lain.Igbal mencoba memberikan jawaban terhadap permasalahan krisis manusia modem tersebut.Berangkat dari permasalahan eksistensial manusia itulah penulis mencoba mencari jawabannya dari pemikiran Iqbal dan mengkaitkan pemikirannya dengan beberapa filsufeksistensialisme. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan dengan membaca karya-karya utama Iqbal dan beberapa buku penunjang tema penelitian. Metode yang dipakai oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, holistik, interpretasi, dan komparasi.Kemudian penulis mengkaitkan pemikiran Iqbal dengan beberapa filsuf eksistensialis, khususnya: Kierkegaard, Nietzsche Berta Sartre. Hasi1 penelitian menunjukkan bahwa Iqbal sangat menekankan kepada manusia konkret, unik dan bebas. Manusia, menurutnya, mempunyai kehendak kreatif, otonom yang dapat melampaui segala bentuk hukum yang deterministik dan kausalistik. Manusia dibekali oleh tiga potensi yang paling menunjang, yaitu: serapan inderawi, rasio, dan intuisi. Manusia yang dapat membudidayakan ketiga potensi tersebut akan mampu menjalani fungsi sebagai khalifah Tuhan di bumi yang Iqbal sebut insan kamil. Pada insan kamil Iqbal. dapat dijumpai unsur-unsur eksistensialis dari Ubermensch Nietzsche, religiusitas Kierkegaard, kebebasan eksistensial Sartre dan ditopang o!eh kedalaman intuisi Bergson serta dimbing oleh kearifan cinta-intuitif Rumi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S16031
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Ashoka
"Dengan judul Pandangan Manusia berarti penekanannya adalah masalah manusia dari sekian banyak pemikiran Frankl yang disebut logoterapi. Oleh Frankl logoterapi diartikan sebagai logos yaitu makna dalam dimensi noetis (spiritual) dan terapi. Logoterapi Frankl ini keseluruhannya didasari oleh konsepnya tentang manusia. Pandangan Frankl dalam psikologi ataupun psikiatri digolongkan ke dalam kelompok psikologi humanistik ataupun psikiatri eksistensial,yang menempatkan keberadaan manusia sebagai titik sentral. Pemikiran tentang logoterapi dilatarbelakangi oleh kehidupan Frankl sendiri sebagai tawanan di kamp konsentrasi Nazi, Auschwitz; dan dipopulerkan dengan beberapa bukunya yang terkenal di dunia antara lain 'The Doctor and The Soul, dan Man's Search for Meaning.
Frankl memberikan dasar filosofis dari logoterapi dalam bentuk tiga rangkaian dasar filosofis sebagai prinsip-prinsip logoterapi yaitu, kebebasan kehendak, kehendak akan makna, dan makna hidup. Kebebasan kehendak merupakan suatu yang sudah inheren dalam diri manusia, kebebasan tak dapat hilang dalam situasi apapun, karena itu kebebasan tidak perlu dicari lagi di luar diri seseorang. Kebebasan pada manusia diandaikan dengan adanya tanggung-jawab(freedom to), bukan semata-mata sebagai suatu pelarian atau eskapisme dari sesuatu(freedom from). Dengan adanya kebebasan maka manusia memungkinkan untuk memilih dan memutuskan sesuatu yang bermakna untuk dirinya yang unik. Oni berarti memungkinkan seseorang memperoleh kehendak akan makna, yang merupakan suatu motivasi fundamental untuk memperoleh hidup yang bermakna. Bila motivasi fundamental ini tidak dimiliki, seseorang akan menghadapi berbagai frustasi seperti frustasi eksistensial, kehampaan eksistensial, dan neurosis noogenik.
Seseorang dapat frustasi karena tidak mengerti akan eksistensinya, seseorang akan mengalami kehampaan dalam eksistensisnya berupa kebosanan ataupun apatisme, seseorang akan menghadapi konflik nilai atau makna dalam kehidupannya (neurosis noogenik). Dalam prinsip yang ketiga yaitu makna hidup. Kehidupan seseorang adalah sesuatu yang konkrit dan unik. Hal ini dapat terlihat dalam perwujudannya dalam beberapa nilai, seperti nilai kreatif, nilai pengalaman, nilai atitudinal. masing-masing berhubungan dengan pekerjaan, pengalaman atau penghayatan, dan sikap seseorang terhadap penderitaannya. Berkaitan dengan pandangannya tentang manusia, Frankl juga berbicara tentang teknik-teknik psikoterapi dalam pengertian logoterapi. la mengajukan beberapa teknik seperti paradoxical intention, de-reflection, dan medical ministry. Masing-masing menyangkut pada kemampuan manusia untuk mengambil jarak(self-detachment), mengatasi dirinya(self-transcendence), dan mempertahankan hidupnya yang bermakna. Dalam psikoterapi sebelum Frankl semua teknik ini belum pernah ada.
Akhirnya, Frankl bebicara mengenai pandangannya tentang manusia yaitu manusia yang utuh, totalitas. Manusia merupakan totalitas dari dimensi fisik, psikis, dan spiritual, secara singkat disebut sebagai somato-psiko-noogenik. Untuk melihat secara lebih seksama tentang asumsi manusia menurut Frankl, digunakan sembilan kerangka acuan dasar untuk melihat asumsi dasar hakekat manusia. Sembilan tema itu merupakan polaritas yang berlawanan yaitu, kebebasan versus determinisme, rasionalitas vs irasionalitas, holisme vs elementalisme, konstitusionalisme vs environmentalisme, dapat berubah vs tidak dapat berubah, subyektivitas vs obyektivitas, proaktivitas vs reaktivitas, homeostasis vs heterostasis, dapat diketahui vs tak dapat diketahui. Posisi asumsi Frankl tentang manusia dalam sembilan polaritas di atas dapat disebutkan bahwa kecuali tema konstitusionalisme dan rasionalitas, Frankl menempatkan tema-tema lainnya dalam posisi yang lebih ekstrim."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bhayu Mahendra Hendrobaskoro
"Nama Friedrich Nietzsche memang cukup sering didengar orang. Baik orang awam yang sekedar `pernah dengar' sampai mereka yang memang bergelut habis dengan pemikirannya. Sayangnya, nama ini sering didengar sebagai seorang yang penuh rasa anti: anti sistem, anti metode, anti agama, hingga anti Tuhan! Semua stigma itu telah berurat-berakar dalam benak banyak orang hingga menjadi semacam common sense. Padahal, common sense itu bermula dari cara pembacaan terhadap teks-teks Nietzsche yang disertai penafsiran tertentu. Jadi, semua itu semata masalah penafsiran. Hampir dua abad setelah Nietzsche, seorang filsuf yang juga berasal dari Jerman menyatakan, sebuah teks pada dasarnya adalah netral. Pembaca sekaligus penafsir teks itulah yang memberikannya makna. Sebuah teks yang dibaca pembaca sedapat mungkin diberikan `jembatan' dengan teks yang ditulis oleh pembuatnya. `Jembatan' itu disebut dengan hermeneutika, yaitu ilmu untuk menafsirkan teks. Dan filsuf itu bernama Hans-Georg Gadamer, Dengan metode hermeneutika filosofis yang disediakan olehnya, skripsi ini mencoba memurnikan stigmatisasi terhadap Nietzsche dan teks-teksnya sebagai ateis. Lebih jauh, skripsi ini bergerak untuk memberikan suatu horizon penafsiran baru terhadap pemikiran sang filsuf: teisme Nietzsche."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S16162
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Syafrida Danny
"Prof. Marshall Mc.Luhan lahir tanggal 21 Juli 1911 di Edmonton Alberti, Canada. Pada zaman post modern, Mc. Luhan adalah seorang ingenious dan imaginatif, berhati-hati dan seorang tokoh yang paling menonjol dalam bidang komunikasi, pada abad kontemporer ini. Dia studi di Universitas Manitoba tahun 1933-1939 BA MA dan 1940 di Cambridge. 1942 PHD. Dari tahun 1960 mengajar di berbagai Universitas U.S.A. dan Canada. Semenjak pertengahan tahun 1940 mengajar di Universitas Toronto dan pengarang Mechanical Bride. Semenjak tahun 1963-1967 menjadi direktur pusat kebudayaan teknologi. Dia mengatasi pembatasan literatur seni, pendidikan, filsafat,psikologi, sosiologi dan lain-lain. a. Studinya yang intensif mengenai perkembangan kebudayaan dilihat dari sejarah media komunikasi yang dituangkan Mc. Luhan dalam beberapa buku,dan yang paling menonjol di antaranya adalah Understanding Media, _The Extensions of Man. Buku ini ditulis tahun 1964 yang telah berhasil menciptakan revolusi komunikasi abad ke-XX. Konsep dan pandangannya adalah kontraversial, suatu pandangan yang original dan sangat mendasar dengan acuan bukunya, The Gutenberg Ga1axy, suatu karya yang mengungkapkan pergesaran sifat-sifat media. Dagi Mc, Luhan kebudavaan teknologi elektrik ini mempunyai pengaruh pada manusia, pertama-tama adalah kecemasan anxiety (hal.39). Tetapi karena-manusia itu cenderung terus-menerus berusaha mem_perluas dirinya, maka ia selalu mencari alternatif untuk keluar dari dampak negatif ini. Sifat kecemasan yang disinggung Mc.Luhan ini nampaknya sesuai dengan pandangan kaum eksistensialisme yang sering disebutnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S16131
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Weij, P.A. van der
Jakarta: Gramedia, 1988
128 WEI f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Barijah Azrin
"Manusia zaman sekarang masih banyak yang mau terus sibuk mengejar hal-hal keduniawian tanpa kesadaran akan gunanya manusia itu hidup. Sekarang juga masih ada banyak adat istiadat yang kosong, yang masih menjadi ukuran-kesusilaan. Sekarang pula masih ada hukum yang berat sebelah sehingga kurang adil. Kesukaran-kesukaran manusia masih ditambah pula oleh dampak tehnologi, sehingga manusia makin lama makin melupakan kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan terhadap sesamanya. Berapa banyak manusia yang pada usia lanjut, bila melihat kembali jalan hidupnya, belum mengetahui apa baiknya semua yang telah dikerjakan selama hidupnya itu. Betapa sunyi dan terpencil perasaan banyak orang yang setelah puluhan tahun bekerja keras pada akhir hidupnya masih pula belum merasakan ketenangan dan ketentraman. Sebetulnya dengan pendidikan yang lebih merata di zaman sekarang ini, bila dibandingkan dengan zaman dahulu, serta dengan komunikasi yang lebih baik di seluruh dunia, manusia bisa berbuat lebih banyak dan lebih baik supaya manusia berbahagia..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S16102
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leahy, Louis, 1927-
Jakarta: Gramedia, 1988
128 Lea s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Gramedia, 1983
128 SEK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>