Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199294 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Leander, Meisyninda Gloriana
"Penelitian mengenai penggunaan alih kode dan campur kode telah dilakukan terhadap ketujuh informan yang merupakan keturunan Orang Depok Asli yang tinggal di Depok, pada bulan April 2006 sampai bulan Mei 2006. Adanya kebijakan pemerintah Hindia Belanda untuk mewajibkan pembelajaran bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar di sekolah menyebabkan Orang Depok Asli menjadi masyarakat bilingual karena mereka mengenal dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Belanda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh penjelasan mengenai ciri_-ciri bahasa Belanda-Pecuk mirip dengan varian bahasa Belanda yang digunakan oleh para informan ketika mereka melakukan alih kode dan campur kode, fungsi penggunaan alih kode oleh para informan serta jenis alih kode yang mereka lakukan, kemampuan tata bahasa para informan dalam membentuk kata dan frasa bahasa Belanda yang bercampur ke dalam bahasa Indonesia, dan kelas kata dalam varian bahasa Belanda yang paling banyak digunakan para informan dalam campur kode ke dalam bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Pengumpulan data yang berupa hasil rekaman diambil dengan cara melakukan percakapan dengan para informan di kediamannya masing-masing. Percakapan tersebut membicarakan hal-hal yang bersifat informal, misalnya masalah keluarga, pekerjaan, gereja, makanan, teman lama, dan kenangan masa kecil. Ragam bahasa yang digunakan pun merupakan ragam bahasa santai, baik bahasa Indonesia maupun bahasa Belanda. Hasilnya menunjukkan bahwa bahasa Belanda yang digunakan oleh para informan merupakan bahasa Belanda ragam santai dan akrab. Varian bahasa tersebut memiliki kemiripan dengan bahasa Belanda-Pecuk pada tataran fonologis, morfologis, dan sintaksis. Dengan demikian alih kode yang dilakukan oleh para informan merupakan alih kode dari bahasa Indonesia ke varian bahasa Belanda yang mirip dengan bahasa Belanda-Pecuk. Daum alih kode yang dilakukan ke dalam varian bahasa Belanda ragam santai tersebut hanya memiliki beberapa fungsi seperti yang dirangkum oleh Giesbers (1989:29-30). Tetapi dari 19 fungsi alih kode penulis hanya ditemukan 8 fungsi alih kode yang dilakukan oleh informan. Hasil lain juga menunjukkan bahwa kemampuan informan dalam bercampur kode hanya sampai pada tataran kata. Hal tersebut dapat kita lihat melalui perbandingan jumlah kata dan frasa yang bercampur dalam bahasa Indonesia pada percakapan dengan informan, terbukti bahwa jumlah kata lebih banyak digunakan daripada frasa dan kelas kata yang paling banyak digunakan adalah kelas kata benda."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S15863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Maulita
"Saat ini, sebagian besar masyarakat Belanda dapat berbicara dan mengerti bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Campur kode dapat terlihat pada akun Instagram @cosmopolitan_nl sebagai salah satu majalah di Belanda. Bentuk, proses terjadinya campur kode dan faktor penyebab terjadinya campur kode dalam keterangan foto Instagram @cosmopolitan_nl itulah yang dikaji dalam penelitian ini. Metode yang digunakan adalah studi deskriptif dengan menggunakan pandangan Muysken mengenai penyisipan, alternasi dan leksikalisasi kongruen serta pandangan Hoffman mengenai faktor penyebab terjadinya campur kode. Data diambil dari periode Desember 2019 sampai Februari 2020. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa bentuk campur kode yang banyak terjadi adalah bentuk penyisipan dan alternasi. Faktor penyebabnya yaitu penekanan yang ingin diberikan kepada pembaca dan ingin memberi kesan menarik mengenai topik yang disampaikan. 

Most Dutch people can nowadays speak and understand English as a second language. This phenomenon of code mixing can be seen on Instagram account @cosmopolitan_nl, as a magazine in the Netherlands.This study analyzes the form, the process of code mixing and factors contributing to code mixing in caption @cosmopolitam_nl Instagram account.The method used is descriptive according to Muyskens point of view on the insertion, alternation and congruent lexicalization and Hoffman's point of view regarding factors contributing to code mixing. The data was collected during the period of December 2019 to February 2020. The results of this study revealed that the most common form of code mixing are insertion and alternation. The contributing factor is the need to give emphasis to the reader and to make an interesting impression on the topic being conveyed."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anar Tiur
"ABSTRAK
Linguistik sebagai bidang studi yang sangat menarik merupakan pendorong bagi saya untuk menulis skripsi ini. Karena selama mengikuti kuliah, saya dan teman - teman lainnya sexing menemui kesulitan dalam menghadapi masalah kala, maka timbul keinginan saya untuk meneliti lebih ianjut kekhususan bentuk-bentuk kala dalam bahasa Belanda dan Cara nenerjemahannya ke dalam bahasa Indonesia. Kekhususan bentuk kala dalam tata bahasa Belanda yang ti_dak dikenal dalam bahasa Indonesia inilah yang menimbul_kan perasaan ingin tahu bagi saya , yaitu mengenai bagaimana pemakaian bentuk-bentuk kala tersebut dalam bahasa Belanda dan bagaimana penerjemahan bentuk-bentuk kala tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Yang sangat menarik adalah bahwa satu bentuk kala dapat dipakai untuk sesuatu makna yang sangat berlainan dengan makna asalnya, umpamanya Had ik het gister toch maar gedaan Kalau saja kemarin saya kerjakan hal itu. dalam kalimat ini bentuk kala lampau selesai Chad gedaan) dipakai dalam arti irealis, dan hal seperti ini sering menimbulkan kesulitan dalam penerjemahan. Oleh karena alasan-alasan di ataslah maka saya memilih topik ini.

"
1984
S15775
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Choerun Ni`mah Nasriyanti
"Penelitian mengenai alih kode dan Campur kode dalam pemakaian bahasa keluarga campuran Indonesia-Rusia yang tinggal di Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai pemakaian bahasa bagi masyarakat yang telah mengalami perpindahan tempat atas perkawinan campuran, khususnya pemakaian bahasa di dalam keluarga campuran Indonesia-Rusia. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, wawancara, dan pengamatan langsung atas pemakaian bahasa keluarga campuran Indonesia Rusia, dengan memperhatikan situasi dan kondisi apa yang mempengaruhi pemakaian bahasa mereka.
Di dalam penelitian ini, pemakaian bahasa yang diteliti adalah pemakaian bahasa secara sadar yang meliputi pemakaian bahasa dalam topik masalah sehari-hari, keluarga, pendidikan, dan pekerjaan, selain itu juga diteliti pemakaian bahasa pada nada tutor bersenda gurau dan marah atau kesal, pada situasi di rumah dan di luar rumah, serta pemakaian bahasa secara spontan, yang terbagi atas berdoa di dalam hati, berhitung di dalam hati, dan bermimpi. Basil penelitian disajikan dalam tabel dan diinterpretasikan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S14879
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Izzatul Yazidah
"Mencampurkan dua bahasa dalam percakapan sudah bukan hal yang asing lagi, begitu pula dengan memasukkannya ke dalam lirik lagu. Meski begitu, belum banyak penelitian yang mengkaji campur kode dalam lagu, terutama antara bahasa Belanda dan bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menambah sumber informasi dengan mengkaji campur kode bahasa Indonesia dalam lirik lagu karya Wouter Muller. Penelitian ini diharapkan dapat mengurangi ketimpangan informasi dalam bidang linguistik, terutama campur kode. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan. Data berupa lirik lagu diambil dari situs pribadi milik Wouter Muller. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat jenis insersi, alternasi juga leksikalisasi kongruen berupa kata, frasa, dan kalimat dalam sembilan lirik lagu karya Wouter Muller. Faktor penyebab terjadinya campur kode dalam lirik-lirik lagu ini di antaranya untuk menambah kesan estetis dan kesan retoris, kehadiran peserta lain, menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi, dan menyesuaikan topik.

Mixing two languages in conversation is no longer a peculiar thing, as is including it in song lyrics. Nevertheless, there have not been many studies exploring code-mixing in songs, especially between Dutch and Indonesian. This study aims to increase the source of information by examining the code-mixing in Indonesia in the song lyrics written by Wouter Muller. This study also attempts to fill the gap of information in the linguistic field, mainly about code-mixing. The song’s lyrics were taken from Wouter Muller’s website. The method used in this research is library research. The results revealed that there were types of insertions, alternations, and congruent lexicalization in the form of words, phrases, and a sentence in nine song lyrics written by Wouter Muller. The motives of code-mixing in the song lyrics were to add the aesthetic and rhetoric impression, the presence of other participants, showing a strong sense of solidarity, and adjusting to the song’s topic"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Martha
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S15767
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmansjah Taufik Masjhur
"Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat penjabaran penerjemahan pronomina persona bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia. Data dikumpulkan dari kumpulan surat-surat Martini dalam bahasa Belanda beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Penelitian dilakukan dengan cara mencatat semua pronomina yang terdapat dalam teks berbahasa Belanda, mencatat semua padanan pronomina tersebut dalam teks berbahasa Indonesia, lalu mengelompokkan penerjemahan pronomina tersebut.
Dari penelitian tersebut, penulis mendapat kesimpulan: 1. Pronomina bahasa Indonesia tidak bisa menampung semua pronomina bahasa Belanda. Dengan demikian pronomina bahasa Belanda tidak berpadanan satu-satu dengan pronomina bahasa Indonesia. 2. Penerjemah sudah berusaha untuk menyampaikan amanat bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran sebaik-baiknya, walaupun masih ada kecenderungan untuk memakai unsur-unsur bahasa etnis mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S15815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmansjak Taufik Masjhur
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munif Yusuf
"Jika suatu bahasa tidak mempunyai istilah tertentu, bahasa itu dapat memadankannya dari bahasa lain. Pemadanan dilakukan dengan tiga cara, yakni dengan menerjemahkan, menyerap, dan menggunakan gabungan terjemahan dan serapan. Hal itu dilakukan misalnya pada istilah di bidang hukum perdata Belanda yang dipadankan ke dalam bahasa Indonesia. Bagaimana proses pemadanan itu terjadi akan dibahas dalam tesis ini.
Pemadanan dengan penerjemahan dilakukan dengan menerjemahkan istilah secara langsung dan dengan perekaan. Istilah yang diterjemahkan secara langsung dapat kita kenali dari terjemahan kata per kata. Pemadanan dengan perekaan tidak menggunakan terjemahan harfiah, tetapi menggunakan kesamaan definisi antara istilah sumber dan padanannya dalam bahasa sasaran.
Dalam proses pemadanan dengan penyerapan terjadi penyesuaian fonologis dan ejaan karena sistem bahasa sumber dan bahasa sasaran berbeda. Namun, jika tidak diperlukan penyesuaian, maka kata yang diserap akan mempunyai bentuk yang sama dengan bentuk dalam bahasa sumbernya.

If a language does not a particular term, the language can make equivalence from another language. That can be done in three ways: translating, loaning and the combination of the two. That is done in many fields one of them is the law terms. How the equivalence process happens will be studied in this thesis.
We can translate terms of Law in two manners: directly and with "improvisation". We can identify whether a translation is a direct translation or not from the translation in the target language, but we can not identify if the translation is not direct. That translation has the same definition with the term in the source language but it has different word(s).
In the loan process there are phonological and spelling adaptations because the system is different of the source and target language. If there is no need adaptation, the word will be used in the same form as the source language."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
T19575
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Lie
"Penelitian ini membahas tentang campur kode bahasa Korea dalam tuturan bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bentuk dan faktor kemunculan campur kode bahasa Korea dalam tuturan mahasiswa program studi Bahasa dan Kebudayaan Korea Universitas Indonesia. Pertanyaan penelitian ini adalah apa bentuk satuan bahasa yang paling banyak muncul dalam campur kode yang dituturkan oleh informan? Kedua, faktor apa yang mempengaruhi munculnya campur kode bahasa Korea-Indonesia dalam tuturan informan? Hasil penelitian studi kasus ini adalah teridentifikasi 64 ujaran yang mengandung campur kode. Frekuensi campur kode yang muncul dalam ujaran tersebut sebanyak 72 kali, yang dapat dikelompokkan berdasarkan satuan bahasanya. Satuan bahasa yang paling dominan adalah kata dengan persentase 66,66% dan diikuti satuan bahasa lain, seperti frasa, baster, klausa, dan kata ulang. Kemudian, faktor yang mempengaruhi informan untuk menggunakan campur kode dalam tuturan adalah sosial, oversight, kontak frekuensi tinggi dengan bahasa asing, lawan bicara, istilah yang lebih familier, dan low frequency of words.

This study discusses the mixing of Korean language codes in Indonesian speech. This study aims to examine the forms and factors of the emergence of Korean language code mixing in the speech of students of the Korean Language and Culture study program at the University of Indonesia. The question of this research is what forms of the language units that appears the most in the code mixing spoken by the informants? Second, what factors influence the appearance of Korean-Indonesian language code mixing in the informant's speech? The results of this case study research identified 64 utterances containing code mixing. The frequency of code mixing that appears in these utterances is 72 times, which can be grouped based on the unit of language. The most dominant language units are words with a percentage of 66.66% and followed by other language units, such as phrases, basters, clauses, and repetitions. Then, the factors that influence informants to use code mixing in speech are social, oversight, high frequency contact with foreign languages, interlocutors, more familiar terms, and low frequency of words."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>