Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121541 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahminitsa M.A.
"Lakon Sakerah (Tinjauan Sosial dan Budaya). Di bawah bimbingan Prof.Dr.Parwatri Wahjono. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Ludruk adalah salah satu kesenian khas Jawa Timur yang muncul sejak abad 13. Ludruk memiliki struktur pertunjukan yang terdiri dari pembuka (tari Remo), lawak atau dagelan, atraksi budaya, penyajian lakon atau cerita. Ludruk dengan lakon Sakerah yang dipentaskan oleh Kelompok Ludruk Palma memiliki nilai sosial dan nilai budaya. Untuk memahami nilai sosial dan nilai budaya tersebut, maka penulis menggunakan teori milik Alan Dundes (Fungsi Fclklor). Hasil akhir yang dapat dirumuskan oleh penulis, bahwa di dalam lakon sakerah terdapat nilai budaya, yaitu carok. Selain itu juga terdapat nilai sosial yang berfungsi sebagai sarana mendidik, sebagai kritik sosial, dan sebagai hiburan."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S11672
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Usmar Ismail
Jakarta: Balai Pustaka, 1948
899.22 USM l
Koleksi Publik  Universitas Indonesia Library
cover
Usmar Ismail
Jakarta: Balai Pustaka, 1948
899.22 USM l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Usmar Ismail
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1978
899.22 USM l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yoesoef
"Perhatian terhadap hasil-hasil kesusastraan masa Jepang dapat dikatakan masih kurang saat ini, terutama pembicaraan dari sudut sosiologi sastra. Sejauh ini para ahli lebih senang meninjau karya-karya dari masa itu dari sudut strukturnya. Apabila kita perhatikan, karya-karya masa Jepang yang sering dikemukakan umumnya genre puisi, genre prosa baik cerita pendek maupun novel, jarang sekali diungkapkan. Lebih langka lagi orang yang memperhatikan karya-karya lakonnya. Dapat dicatat beberapa sarjana dan pemerhati kesusastraan yang pernah menyinggung lakon-lakon masa Jepang sebagai bagian dari buku yang dipublikasikan mereka, antara lain H.B. Jassin,Boen S. Oemarjati, Mbijo Saleh, dan Ajip Rosidi. Perhatian para pakar ini seperti yang telah saya kemukakan terbatas pada segi-segi intrinsiknya atau mendeskripsikan alur lakon-lakon yang menjadi perhatian. Skripsi dengan judul "Lakon-Lakon Masa Jepang (1942-1945): Sebuah Refleksi Sosial-Budaya Masa Perang" ini mengetengahkan lakon-lakon yang ditulis dan diterbitkan selama masa Jepang (1942-1945).
Titik berat perhatian secara umum diarahkan pada aspek-aspek sosial-budaya masa itu yang secara langsung maupun tidak turut terekam di dalamnya. Secara khusus arah perhatian ditujukan pada tiga lakon karya Usman Ismail dalm kumpulan lakon-lakon sedih dan gembira yang tidak dapat diabaikan begitu saja jika kita membicarakan hasil-hasil kesusastraan masa Jepang. Perhatian secara khusus terhadap tiga lakon ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana kualitas lakon-lakon tersebut ditengah-tengah keberadaan lakon-lakon lainnya yang pada dasarnya berisi propaganda pemerintah. Dalam penelitian ini lakon-lakon masa Jepang yang diperoleh sebanyak dua puluh buah lakon.
Dua puluh buah lakon tersebut dikelompokkan menjadi tiga golongan berdasarkan patokan isi.
Pertama, lakon-lakon yang berisi propaganda murni. Yang dimaksud dengan propaganda murni adalah lakon yang dibuat berdasarkan kebutuhan saat itu sesuai dengan program pemerintah yang sedang digalakkan. Propaganda yang dilancarkan melalui bentuk lakon yang kemudian dipergelarkan oleh kelompok sandiwara pada masa itu antara lain tentang imbauan masuk tentara PETA dan Barisan Sukarela : kewajiban menanam padi , kapas, dan jarak, menyebarkan semangat patriotisme dan cinta tanah air, menyebarkan cita-cita "Kemakmuran bersama di Asia Timur Raya" dibawah pimpinan Dai Nippon Taikoku, lazim disebut Hakko Ichi U. Yang termasuk ke dalam golongan antara lain lakon-lakon Pandu Partiwi (Merayu Sukma), "Cerita Sri untuk Dewa Menang dan Dewi Merdeka" (Soetomo Dhaufar Arifin), "Bende Mataram" Kotot Sukardi, "Sumping sureng Pati" Inu Kertapati, "Mutiara dari Nusa Laut" Usmar Ismail, "Jinak-jinak Merpati", "Kami Perempuan" Armin Pane, "Keluarga Surono" Idrus.
Kedua, lakon-lakon yang berisikan pemikiran atau orientasi pemikiran budaya tertentu merupakan lakon diskusi. Pada lakon-lakon ini kita dapat menemukan unsur propaganda pemerintah, namun kurang menonjol dibandingkan dengan orientasi atau pemikiran budaya yang hendak disampaikan pengarang kepada masyarakat. Dalam lakon golongan ini unsur propaganda tampak semata-mata sebagai pemenuhan syarat yang ditentukan pemerintah. Orientasi pemikiran yang disampaikan berkisar pada masalah budaya masalah budaya Timur-Barat, tradisi modern dan usaha mengungkapkan masalah antar keduanya. Ada pula lakon yang mengungkapkan kritik dan imbauan atas gaya hidup tertentu yang menggejala pada masa itu. Beberapa lakon yang dapat digolongkan ke dalam corak ini adalah "Taufan di atas Asia", "Insan Kamil", "Intelek Istimewa" El Hakim, "Kejahatan Membalas Dendam" Idrus, "Liburan Seniman", "Api" Usmar Ismail, "Barang Tiada Berharga", "Antara Bumi dan Langit" Arminj Pane.
Ketiga, lakon yang sepenuhnya merupakan tanggapan atau kritik sinis terhadap sementara seniman yang bekerja sama dengan pihak pemerintah. Pada lakon ini kita tidak menemukan satu pun unsur propaganda. Yang tampak adalah kecaman dan cemooh yang pedas; untuk memperhalus cara pengungkapannya pengarang menggunakan cara komedi. Dalam penelitian ini jenis lakon seperti ini hanya diperoleh satu judul yaitu "Yuan Amin" Amal Hamzah. Kendati demikian bahan tersebut cukup mewakili sebagai bandingan untuk menganalisis situasi sosial dan tanggapan masyarakat selama masa pendudukan Jepang di Indonesia. Refleksi sosial budaya kita temukan dari kenyataan literer yang erat kaitannya dengan situasi pada masa itu. Teori penciptaan karya sastra yang dikemukakan oleh Hippolyte Taine yaitu milleu dan moment serta pendapat Swingewood yang mengungkapkan sastra dan lingkungannya banyak membantu mengungkapkan hubungan penciptaan lakon-lakon pada masa Jepang."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leila Djafaar
"ABSTRAK
Harold Pinter (1930- ) adalah seorang dramawan inggris yang termasuk dalam apa yang disebut kelompok dra_mawan Absurd, suatu aliran yang mulai berkembang dengan pesat setelah pecahnya Perang Dunia II di Eropa. Karya_-karya aliran ini sering mendapat julukan 'anti-plays_, karena banyak menentang aturan-aturan drama konvensional pada umumnya. Hal ini dapat dilihat dari ketidak-jelasan waktu kejadian, tokoh-tokohnya yang hampir tidak memiliki kepribadian bahkan sering tanpa nama, tindakan-tindakan mereka yang cenderung selalu berubah selama perkembangan lakon, alur yang tidak linear, serta rentetan kejadian yang tidak dikaitkan oleh hubungan sebab akibat seperti dalam drama konvensional. Sebagai akibat, sering timbul pertanyaan apakah lakon itu menampilkan suatu dunia mimpi yang buruk atau dunia nyata. Tetapi satu hal yang menonjol adalah bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam lakon_-lakon tersebut tampak berada di luar jangkauan akal pikir_an manusia - penuh absurditas, tak ada konsistensi gerak maupun watak, dan tanpa makna serta tujuan yang jelas.
Kata 'absurd' itu sendiri dapat berarti 'ketidak_harmonian yang tanpa alasan, tak wajar, tak logis_

"
Lengkap +
1985
S14088
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octavianus Harris Purwadi
"Skripsi ini membahas tokoh utama dalam Lakon Banjaran Sengkuni (LBS) yang dipergelarkan oleh Ki Timbul Hadiprayitno. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tokoh dan penokohan tokoh-tokoh, khusunya tokoh Sengkuni dalam Lakon Banjaran Sengkuni (LBS). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Teori yang digunakan adalah teori struktural Teuuw dan dianalisis menggunakan langkah kerja Panuti Sudjiman. Hasil penelitian ini menemukan karakteristik tokoh Sengkuni yang baik (protagonis) melalui sudut pandang para Kurawa, dan yang jahat (antagonis) melalui sudut pandang para Pandawa.

This Thesis discussed the main character in Lakon Banjaran Sengkuni (LBS) that were staged by Ki Timbul Hadiprayitno. The aim of this research is to find out characterization of the characters, especially Sengkuni figures in Lakon Banjaran Sengkuni (LBS). This research using a descriptive analysis methods. The basic theory that used is structural theory from Teuuw and analyzed using Panuti Sudjiman’s work steps. The result of this research finds out the good (protagonist), through the viewpoint of the Kurawa, and the bad (antagonist), through the viewpoint of the Pandawa, characteristic of Sengkuni.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57660
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yahya Andi Saputra
"ABSTRAK
Lakon Bapak Jantuk merupakan segmen terakhir dari struktur pertunjukan teater tradisional Topeng Betawi. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pewarisan Lakon Bapak Jantuk yang selama ini berjalan. Sumber data diperoleh dari data lapangan dan studi pustaka.
Penelitian menggunakan konsep/teori pewarisan, formula, kelisanan, pertunjukan, dan penciptaan tradisi lisan. Metode etnografi, dipilih sebagai metode penelitian karena memang kerap menjadi salah satu pendekatan terpenting dalam kajian tradisi lisan. Dengan pendekatan etnografi, pengetahuan tentang sosial budaya masyarakat Betawi dan pewarisan Lakon Bapak Jantuk kepada seniman generasi muda dapat diungkapkan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa model pewarisan Lakon Bapak Jantuk sejak dahulu hingga kini dilakukan secara alamiah. Pewarisan seperti ini rentan terhadap dinamika dunia hiburan populer. Dengan kata lain, pewarisan dilakukan dengan cara memperhatikan lalu menirukan permainan seniman senior di atas pentas, baik itu musik, dialog, lagu, tari, pantun, dan sebagaunya. Metode pewarisan itulah satu-satunya yang ada. Oleh karena itu perlu diciptakan metode pewarisan formal melalui pendidikan yang didukung kurikulum.

ABSTRACT
This theses aim to uncovered the inheritance of the Lakon Bapak Jantuk. The main data resources had taken during the fieldwork and some of it had been conducted by doing related literary studies on the topic.
In this work, I use the inheritance concept, formula, orality, performance, and the recreation of oral tradition. In order to approach the data, ethnography research method is chosen because this method is always be an important approach for oral tradition research. Using the ethnographical approach, the sociocultural part of Betawinese people and the inheritance of Lakon Bapak Jantuk to the younger generation can be revealed.
The result shows that since long times ago up till now, the inheritance models of Lakon Bapak had been done in natural way. Therefore, this kind of inheritance model is vulnerable and can easily influenced by popular performance. Usually, this natural way, done by imitating the senior artists on the stage, from it?s music, dialogue, dance, songs, pantun, etc. Since there is only one inheritance method that exist, it is crucially need to create formal inheritance models through the educational aspect. Therefore, further preservation can be achieved effectively.
"
Lengkap +
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fakhrully Akbar
"Pertarungan keutamaan dan keangkaramurkaan selalu ditampilkan dalam wayang kulit purwa. Pertarungan keduanya disebabkan oleh perebutan harta, tahta, dan wanita. Lakon Dursasana Gugur merupakan pertarungan yang berorientasi pada perebutan tahta dan bentuk ekspresi dari pertarungan kekuatan keutamaan dan keangkaramurkaan.Baik Dursasana maupun Bima sebagai tokoh yang bertarung pada lakon tersebut masing-masing menjalankan darma ksatria.Darma tersebut merupakan tugas suci yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap manusia.Setiap darma yang dilakukan oleh kedua tokoh tersebut tentu menemui karma. Karma yang diakibatkan oleh tutur kata, sikap maupun perilaku tokoh yang ada didalamnya. Setiap karma yang terjadi menimbulkan mitos-mitos yang menjadi kepercayaan atau keyakinan kelompok tertentu. Penelitian ini membahas relasi antara keutamaan dan keangkaramurkaan dengan darma karma juga mitos yang terdapat pada lakon tersebut .Penelitian ini bertujuan menjelaskan simbol dari pertarungan keutamaan dan keangkaramurkaan dari lakon Dursasana Gugur. Penelitian ini menggunakan teori etika Jawa dari Franz Magnis Suseno. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dalam lakon Dursasana Gugur, kekuatan keutamaan memenangkan kekuatan angkara murka . Karma yang dilakukan oleh Dursasana selama hidup menemui balasannya dalam perang Baratayuda serta penggambaran darma Bima.

The battle of good and bad is always displayed in pure shadow puppets. Both battles are caused by struggles for property, thrones, and women. The play of Dursasana Akhir is a battle oriented to the seizure of the throne and the form of expression of the struggle of the power of virtue and evilness. Both Dursasana and Bima as the characters who fight in the play each carry out darma ksatria.Darma is a sacred task given by God to every human . Every darma done by the two figures certainly finds karma. Karma which is caused by the words, attitudes and behavior of the characters in them. Every karma that occurs raises myths that become certain group beliefs or beliefs. This study discusses the relation between virtue and the scarcity of the karma as well as the myths found in the play. This study aims to explain the symbol of the struggle of virtue and evil from the play of the Fallen Thrones. This study uses Javanese ethical theory from Franz Magnis Suseno. The results of this study show that in the play of Downfall, the power of virtue won the power of anger. Karma carried out by Dursasana during his life met his retribution in the Baratayuda war and the depiction of Bima darma."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Teater bunraku terdiri dari tiga elemen, yaitu lakon, iringan shamisen dan boneka. Bunraku berkembang sekitar abad ke-16 dan mengalarni masa kejayaannya pada abad ke-17, yaitu pada zaman Genroku di bawah pemerintahan Tokugawa. Seorang tokoh penulis lakon yang banyak memberikan kontribusinya dalam perkembangan bunraku adalah Chikamatsu Monzaemon (1653-1724). Chikamatsu banyak mengadopsi nilai-nilai moral yang berlaku pada masa Tokugawa, yaitu giri dan ninjo ke dalam lakon-lakonnya. Hasil karyanya yang sangat popular pada saat itu banyak mempengaruhi karya-karya yang lahir dari para penulis sesudahnya. Di antaranya adalah lakon Sugawara Denju Tenarai Kagami yang ditulis oleh gabungan tiga orang penulis, yaitu Takeda Izumo (1691-1756), Namiki Senryu (1695-1751), dan Miyoshi Shoraku (1696-1772). Giri merupakan kewajiban sosial kepada sebuah unit sosial yang disebut sebagai ie atau rumah dimana ia tergabung di dalamnya dan menyerahkan kesetiaan penuh kepada pemimpinnya. Giri berasal dari keinginan seseorang untuk merespons kebaikan orang lain melalui pembayaran kembali utang budi sebagai timbal balik atas jasa yang pernah diterimanya. Dalam pelaksanaan giri, seseorang umumnya mengalami dilema. Dilema ini muncul karena kewajiban sosial yang harus dilakukannya bertentangan dengan keinginan pribadinya. Keinginan pribadi atau perasaan manusiawi inilah yang disebut sebagai ninjo. Pada masa Tokugawa, ketika hubungan antara atasan dan bawahan diberlakukan secara ketat, giri dinilai sebagai kebaikan samurai yang tertinggi atau terpenting. Para samurai percaya bahwa menjalankan giri adalah tanggung jawab yang utama. Tindakan mengelak dari pelaksanaan giri dan mengikuti keinginan pribadi (ninjo) dianggap sebagai tindakan yang tidak bermoral dan menyimpang. Dalam skripsi ini penulis mengungkapkan giri dan ninjo yang terdapat dalam lakon Sugawara Denju Tenarai Kagami dengan menggunakan konsep giri dan ninjo_Dari hasil analisis ditemukan adanya pertentangan antara giri dan ninjo pada tokoh Takebe Genzo dan Matsuomaru. Pada tokoh Matsuomaru, penulis menemukan adanya dua buah girl terhadap dua orang atasannya yang berbeda. Dari cerita Sugawara Denju Tenarai Kagami, disimpulkan, kedua tokoh itu lebih mengutamakan pelaksanaan kewajiban (girl) di atas perasaan manusiawi (ninjo) sebagai bentuk kepatuhan mereka terhadap kode etik."
Lengkap +
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S13765
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>