Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187580 dokumen yang sesuai dengan query
cover
P. Ayu Indah Wardhani
"Di dunia pascamodern, simulasi Trabant (mural dan instalasi Trabant) tidak hanya menjadi representasi realitas, tapi juga mampu mensimulasikan realitas dan bahkan menghadirkan realitas baru yang tidak berhubungan dengan realitas apa pun di dunia nyata (hiperrealitas Trabant). Untuk mengetahui pencitraan simulakra dan hiperrealitas mural dan instalasi Trabant tersebut digunakan teori simulakrum pascamodernisme yang digagas oleh Jean Baudrillard dan dengan pendekatan semiologi struktural dari Ferdinand de Saussure. Hasil penelitian menunjukkan mural dan instalasi Trabant merupakan simulasi visual yang memang menampilkan representasi struktural dari objek realitas mobil Trabant P601 de Luxe. Akan tetapi, pada proses simulakrum pascamodern berikutnya, simulasi Trabant ini bertransformasi menjadi tanda hiperriil Trabant yang tidak berhubungan dengan realitas yang sebelumnya menjadi acuan utama. Mural dan instalasi Trabant memberikan suatu pengalaman figuratif secara langsung kepada konsumennya, di mana pengalaman tersebut menjadi bentuk realitas yang sama riil dengan realitas di dunia nyata.

Abstract
Nowadays simulation could be used not only to represent the world, but also to simulate its reality: a hyperreal. Using five pictures of Trabant car _taken from www.flickr.com; two pictures, which prototype are, were used as examples of the real Trabant car and the three pictures, which Trabant_s murals and installation are, were used as the research objects; this mini thesis tried to seek its representation and the simulacrum effect on simulations Trabant in Germany_s postmodernism. Therefore, it used Jean Baudrillard_s theory of Postmodernism and Simulation and also Semiology concept from Ferdinand de Saussure. The result indicates that Trabant_s murals and installation are simulacra in the postmodern era. They not only represent the reality of Trabant car, but also show us the hyperreality. Through the visual simulations, these simulacra of Trabant represent the reality by its figurative experience and also the nostalgia of East Germany."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S14710
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Haryoseno Bimantoro
"Manifesto mural dibuat oleh kaum Fasis sebagai pernyataan atas kesenian yang mereka bangun, yaitu seni fasis. Mural dipilih karena memiliki akar kuat dalam tradisi Romawi. Selain itu, mural dibuat di dalam ruang publik yang memungkinkan masyarakat untuk menerima pesan Fasisme lebih mudah. Dalam cara pandang estetika Marxis yang menggunakan seni sebagai alat perjuangan kelas, mural dalam Fasisme ini digunakan sebagai alat perjuangan kelompok Fasis. Mural dibuat sebagai alat perjuangan dan propaganda ideologi. Moralitas terhadap seni dijadikan sebagai bagian yang penting dalam membuat mural.

Abstract
Manifesto of mural created by Fascist as a statement of the art of Fascist. Mural was choosen because it had a strong root in a Roman tradition. Beside, mural uses public sphere as its gallery, so that it makes possible for people to receive the message of Fascism easily. On the view of Marxist aesthetic which makes art as a mean of class struggle, mural is used by Fascism as a mean of Fascist struggle. Mural is created as a mean of struggle and propaganda of ideology. Morality on art is an important thing to create a mural."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S535
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
899.209 BET
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zeffry
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Natanael
"ABSTRAK
Jalan layang adalah salah satu solusi untuk masalah persinggungan titik
transportasi jalur darat. Namun keberadaan jalan layang berdampak pada munculnya ruang bawah jalan layang tempat kolom-kolom penahan jalan layang tersebut. Jalan layang yang berbeban besar membutuhkan kolom berukuran besar pula, dan kolom berukuran besar membutuhkan ruang yang berukuran besar pula. Pada ruang-ruang bawah jalan layang ini kerap dijumpai tindakan vandalisme. Vandalisme menjadi sampah visual di wajah kota dan menimbulkan rasa tidak aman bagi masyarakat kota. Namun dalam beberapa kasus, ruang-ruang bawah jalan layang justru dimanfaatkan sebagai taman graffiti, sebuah tempat berekspresi dan menyampaikan pesan-pesan sosial yang positif bagi masyarakat kota.
Studi kasus dilakukan dengan membandingkan vandalisme dan graffiti yang terjadi di beberapa jalan layang yang terdapat di kota Jakarta. Lokasi, kepadatan lalu lintas, dan kondisi sekitar yang berbeda dari jalan layang ternyata memberikan perbedaan hasil yang mucul di ruang bawah jalan layang, apakah vandalisme atau seni graffiti. Dengan melakukan perbandingan analisis dalam studi kasus antara ruang bawah jalan layang yang mendapat tindakan vandalisme dan seni graffiti, akan didapat jawaban apa faktor dibalik terjadinya vandalisme seni graffiti di ruang bawah jalan layang.

abstrack
Flyover is one of solution for the contiguity of land transportation tracks problem. However, a flyover give an impact for its existence and it is the emergence of space underneath that flyover. Space underneath a flyover is an absolute impact of the flyover?s big columns. A flyover with huge load require a lot of big colums, and a lot of big colums require a big underneath space. It is not a shocking fact if people have seen many vandalism acts in these underneath spaces. Vandalism is visual trashes for urban face and make people feel insecure. But in some cases,
spaces underneath the flyovers were used as graffiti parks, places where people express and deliver positive massages for urban people through graffiti art. Writer do the case studies by comparing vandalism act and graffiti art in several flyovers? spaces underneath in Jakarta. Different location, traffic density, and sorrounding environment of each flyover turn out to be some causes of the result difference, whether it is vandalism act or graffiti art. By comparing analysis of the
space underneath a flyover with vandalism act and the space underneath a flyover with graffiti art, writer will know the causes behind emergence of vandalism act and graffiti art in space underneath the flyovers."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42769
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anggie Renaisance Zulkarnain Putri
"Seni mural merupakan salah satu karya seni melukis atau menggambar pada permukaan permanen. Banyak wilayah di Indonesia yang menerapkan seni mural ini untuk memperindah suatu ruang dan membangun identitas kota, salah satunya adalah seni mural yang terdapat di Kelurahan Cikini, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh seni mural terhadap identitas tempat yang terbentuk di Kelurahan Cikini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan analisis deskriptif dengan pendekatan keruangan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara secara daring dan observasi lapangan. Hasil penelitian ini adalah karakteristik tempat seni mural yang ditinjau berdasarkan site terbagi menjadi tembok bangunan umum dan tembok pagar pembatas. Tembok bangunan umum terbagi menjadi tiga, yaitu fasilitas transportasi, fasilitas keamanan, dan fasilitas pendidikan. Berdasarkan situation, karakteristik tempat seni mural ditinjau berdasarkan kondisi keramaian masing-masing tempat seni mural. Seni mural yang dihasilkan di Kelurahan Cikini berpengaruh terhadap identitas tempat yang terbentuk di masing-masing tempat seni mural. Seni mural menambahkan identitas tempat yang baru, yaitu berupa tempat yang menggambarkan mahasiswa/seniman IKJ dan The Last Supper versi budaya lokal, taman yang cantik, tembok yang terlukis berbagai kesenian yang ada di Jakarta, serta tempat yang menggambarkan ajakan untuk mengubah kondisi Kali Pasir yang sering terjadi tawuran dan kondisi warga Kwitang yang sering mengonsumsi narkoba.

Mural art is one of the art works of painting or drawing on a permanent surface. Many regions in Indonesia apply this mural art to beautify a space and build a city identity, one of which is mural art in Cikini Village, Menteng District, Central Jakarta. This study aims to determine the effect of mural art on the identity of the place formed in Cikini Village. The research method used is a qualitative method and descriptive analysis with a spatial approach. Data collection methods used are bold interviews and field observations. The result of this research is the place of mural art which is reviewed based on the site which is divided into public building walls and parapet walls. The walls of public buildings are divided into three, namely transportation facilities, security facilities, and educational facilities. Based on the situation, the characteristics of the mural art venues are reviewed based on the crowd conditions of each mural art venue. The mural art produced in Cikini Village has an effect on the identity of the place that is formed in each mural art place. The mural art adds a new identity to the place, in the form of a place that depicts students/artists of IKJ and the local cultural version of The Last Supper, a beautiful garden, a wall painted with various arts in Jakarta, as well as a place that depicts an invitation to change the condition of Kali Pasir brawls often occur and the condition of Kwitang residents who often consume drugs."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Adriyan
"Fenomena street art merupakan suatu bentuk propaganda dari fine art, dan biasanya menjadi konsumsi masyarakat dari kelas tertentu, namun street art mencoba mendobrak hal tersebut dengan menampilkan seni di tempat umum, dengan menghadirkan seni tersebut kepada masyarakat, dan bukan membuat masyarakat yang mendatangi sebuah galeri. Salah satu dari perwujudan street art yaitu seni grafiti yang pada awalnya berfungsi sebagai penunjuk identitas bagi individu atau sekelompok orang, dengan hasil yang terkadang bersifat vandalisme. Tetapi sekarang grafiti mulai diterima oleh sebagian kalangan tertentu. Dalam hal ini grafiti tersebut sudah di gunakan sebagai elemen dekorasi suatu ruangan dan membentuk identitas dari ruangan tersebut.
Beberapa studi kasus yang dipilih dibandingkan dengan berbagai bentuk grafiti yang ditempatkan pada ruang yang berbeda-beda, dimulai pada grafiti yang ditempatkan di dalam ruang interior bangunan, lalu grafiti pada luar bangunan tetapi masih didalam satu kompleks interior bangunan, selanjutnya di bandingkan kembali dengan penempatan grafiti yang berada di luar bangunan. Selain itu dibandingkan dengan satu bentuk mural yang terdapat pada ruang interior. Dengan penempatan grafiti yang berbeda-beda tersebut, ternyata menghasilkan dampak dan kesan yang berbeda dengan grafiti yang berada dipinggir jalan dengan eksterior bangunan sebagai medianya.
Skripsi ini mencoba menggali tentang faktor apa saja yang mempengaruhi grafiti untuk dapat difungsikan sebagai elemen suatu ruang, dan grafiti seperti apa yang dapat digunakan pada ruang tersebut. Dengan melakukan perbandingan analisis dalam studi kasus, akan didapat jawaban dari faktor apa yang mempengaruhi grafiti tersebut untuk dapat kembali masuk kedalam konteks suatu ruang.

Street art phenomenon has became a propaganda of fine art, and it usually used by specific consumer, but street art tried to break the rules by showing it off on public spaces, presenting it to people in order to make them see it on the street, not in the gallery. One of its kind is graffiti, which exists to identify certain people or group at the first time, and sometimes, it is considered as vandalisme. But now, some people has started to accept it, and it is used more for decoration which can help to communicate the characteristic of the space.
Case study has been done by comparing many kind of graffiti that are made in different places; which are done within the interior spaces, outer side of the building, and the exterior. It then, also compared with mural of the interior spaces. Applicating graffiti in many different places, resulting the different impact and impression of shape and function, in comparison to the exterior media.
This paper by discover the factors that influence the use of graffiti as one element or space. By comparing them for different purposes, one can find the factors which affect the graffiti to be applied within different spatial contexts.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45160
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Suparta
"ABSTRAK
Permasalahan pokok yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengungkapkan bentuk-bentuk adegan erotis yang terdapat di dalam karya seni prasi ali. Seni prasi yang dimaksudkan disini adalah gambar yang dibuat di atas daun lontar, Selanjutnya, bentuk-bentuk adegan erotis tersebut dijadikan bahan untuk melakukan kritik seni yaitu untuk menemukan kaidah estetik yang melatarbelakangi karya seni prasi tersebut.
Tujuan khusus yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah melakukan penilaian secara obyektif atas realitas adegan erotis yang ditemukan dalam seni prasi Bali. Sehingga di dalam memandang adegan-adegan erotis yang terdapat dalam seni prasi tersebut menjadi proporsional, dan dapat megungkapkan kaidah-kaidah estetik yang mempengaruhi sampai terlahirnya sebagai sebuah genre seni yang memiliki motif dan karakteristik tersendiri.
Analisis dan kritik estetik [aesthetic criticism] yang dulakukan atas unsur adegan erotis tersebut adalah dengan berpegang pada teori bentuk estetik [aesthetic form] yang dirumuskan oleh The Liang Gie dalam bukunya Garis besar Estetik [Filsafat Keindahan]. Dalam penerapan teori tersebut, penetuan gambar-gambar yang berupa adegan erotis di dalam seni prasi Bali dilakukan dengan menerapkan metode kualitatif, serta dibantu dengan teknik foto yang disebut micro-piece.
Namun, dalam penelitian ini pengambilan contoh belum secara komprehensif, tetapi masih terbatas pada beberapa naskah prasi. Sekalipun demikian, suatu kesimpulan yang dapat dicapai dalam penelitian ini, bahwa seni prasi sebagai genre seni [rupa] yang memiliki motif dan karakterisitik tersendiri, yang menunjukkan adanya pengambilan pada sumber karya sastra tertentu dan menampilkan pengaruh dari "dunia pewayangan". Nilai-nilai estetik banyak dipengaruhi oleh poetika Sansekerta, yakni yang disebut srengara rasa, yang mencangkup vipralambha-srengara dan sambhoga-srengara, sebagai unsur yang esensial di samping sembilan rasa [nawa rasa] lainnya.**"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Senen
Jogyakarta: BP ISI, 2006
792 WAY p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Senen
Yogyakarta: BP ISI, 2005
793.315 8 IWA p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>