Ditemukan 59801 dokumen yang sesuai dengan query
Asti Latifa Sofi
"Skripsi ini membahas Perang Salib yang merupakan serangkaian operasi militer yang dilancarkan oleh Kaum Kristen Eropa terhadap kaum Muslimin pada abad ke-11, dan berlangsung selama kurang lebih dua ratus tahun. Babak paling dahsyat dari seluruh rangkaian Perang Salib ini adalah Perang Salib III (1187- 1192 M.). Pada babak itu muncul seorang pemimpin dari kalangan Islam Sunni bernama Salahuddin al-Ayyubi. Dia berhasil memimpin pasukan Islam dengan gemilang dan merebut kembali Yerusalem dari tangan kaum Kristen Eropa. Faktor yang mendasari kesuksesannya adalah konsep jihad yang dijalankannya, yaitu dengan memadukan antara jihad individu dan jihad kolektif, serta upayanya memperbarui strategi jihad."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13195
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Reston Jr, James
Jakarta: Lentera Hati, 2008
953 .02 R 119 wx
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Zia Ul Haramein
"Penelitian ini didasari pada interaksi diplomasi antara dua tokoh besar Perang Salib III dan V, yaitu Salahuddin al-Ayyubi dan Santo Fransiskus terhadap rival perangnya masing-masing. Semangat memperjuangkan perdamaian yang mereka upayakan dilandasi latar belakang agama dan sosial yang kuat. Ketika sebagian orang beranggapan bahwa agama menjadi alasan berperang, mereka justru sebaliknya. Dan penelitian yang berbasis studi pustaka ini bertujuan untuk menangkal anggapan tersebut. Dengan teori Segitiga ABC ala Johan Galtung dan teori
Shopkeeper milik Harold Nicolson, penelitian ini mengkaji bahwa sikap dan perilaku seorang diplomat menentukan hasil dari resolusi konflik. Segitiga ABC ialah elemen penting dalam mengupayakan resolusi berbasis diplomasi; (A) untuk
Attitude dan (B) untuk
Behavior dan (C) untuk
Contradiction. Ketiganya menempati ruang diplomasi yang signifikan. Begitu juga kepiawaian mereka bernegosiasi turut menjadi andil dalam menentukan akhir konflik, sebagaimana paparan teori Nicolson. Alhasil, dua tokoh abad pertengahan tersebut menunjukkan sikap-sikap bijaksana dan diplomatis yang tidak ditemui padanannya. Misi perdamaian yang sama dari dua keyakinan berbeda secara faktual mampu meredam kobaran api konflik Perang Salib menjadi kesepakatan atau perjanjian damai yang menguntungkan kedua belah pihak.
This research is based on the actions of two great figures, Saladin al-Ayyubi and Saint Francis, who used diplomatic interactions to reach peace agreements with their respective rivals in Crusades III and V. Their enthusiasm in fighting for peace was based on their strong religious and social backgrounds. Many people consider that religion is a reason for going to war, but these two men showed just the opposite, and so this library-based study aims to counteract the assumption that religions lead to war. Using the ABC Triangle theory of Johan Galtung and Harold Nicolson`s Shopkeeper theory, this study examines how the attitude and behavior of a diplomat can determine the outcome of conflict resolution efforts. The ABC Triangle theory is an important element in seeking a diplomacy-based resolution; (A) for Attitude, (B) for Behavior, and (C) for Contradiction. All three elements occupy significant diplomatic space. Likewise, a diplomat`s expertise in negotiating will contribute to determining the end of the conflict, as explained by Nicolson`s theory. As a result, we can see that the two medieval figures mentioned above showed wise and diplomatic attitudes that were not demonstrated by their counterparts. The same peace mission from two different religious beliefs was able to reduce the flames of the Crusade and create a peace agreement or an agreement that benefited both parties."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T54391
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Fulaivila Faizatun Naili
"Skripsi ini membahas tentang tuturan-tuturan yang mengandung makna imperatif dalam Serial Film Kartun al uddin al- Ayyubi ldquo;al-Ba al al-Us rah rdquo; episode 5 berdasarkan analisis Pragmatik. Metode yang digunakan adalah deskriptif-analisis. Tujuan dari skripsi ini adalah menguraikan tuturan yang bermakna imperatif baik tuturan tersebut tersusun dalam kalimat imperatif, deklaratif, maupun interogatif. Dalam skripsi ini, penulis menggunakan teori Rahardi untuk penjelasan pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia, teori Ibn Malik dan al-Hasyimi untuk penjelasan pragmatik imperatif dalam bahasa Arab. Adapun hasil dari skripsi ini adalah terdapat sepuluh makna pragmatik imperatif yaitu makna pragmatik perintah, suruhan, permohonan, ancaman, larangan, desakan, imbauan, ajakan, terima kasih, dan petunjuk.
The method used is descriptive analysis. The purpose of this thesis is to describe the meaningful speech imperative both the utterance is arranged in imperative, declarative, or interrogative sentences. In this thesis, the author uses Rahardi 39 s theory for imperative pragmatic explanation in Indonesian, Ibn Malik 39 s and al Hasyimi rsquo s theory for imperative pragmatic explanation in Arabic. The results of this thesis are ten pragmatic imperative meanings, pragmatic meaning of command, order, request, threat, prohibition, insistence, appeal, invitation, thanks, and instruction."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Mahajan, Rahul
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002
303.625 Mah p
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Hillenbrand, Carole
Jakarta : Serambi, 2005
297.253 HIL p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Handri Satria
Jakarta : Salsabila, 2022
297.09 HAN s
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Handri Satria
Jakarta : Salsabila, 2022
297.09 HAN s
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Armstrong, Karen
Jakarta : Serambi , 2001
R 909.07 ARM ht
Buku Referensi Universitas Indonesia Library
Amstrong, Karen
"In 1095, with the tomb of Jesus still in the hands of infidels and the Byzantine empire overrun by Muslim Turks, Pope Urban II summoned Christian warriors to take up the cross and their swords against the Turks and then recover the holy city of Jerusalem from Islam. It was to be the first of the Crusades, a holy war that would focus the power of the European kingdoms against a common enemy. The Crusades became the stuff of romantic legend, but in reality they were a series of rabidly savage battles carried out in the name of Christian piety to advance the power of the Western Church. Their legacy of religious violence is felt today as the age-old conflict of Christians, Jews, and Muslims persists."
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2004
909.07 AMS p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library