Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94962 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kencono Anggrahito
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pencarian informasi tunanetra, yang meliputi kebutuhan, sumber, bentuklformat dan hambatan apa yang dialami tunanetra dalam melakukan pola pencarian informasi. Pola pencarian informasi ini berguna untuk pustakawan dan pekerja informasi dalam memprediksi kebutuhan informasi pemustaka (user). Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebutuhan informasi, sumber informasi dan format yang paling disukai tunanetra bermacam-macam. Hal ini dipengaruhi oleh latar helakang pendidikan, tingkat pendidikan dan pekerjaannya. Salah satu hambatan yang dialami tunanetra dalam mencari informasi yaitu; tidak adanya penerbit yang menerbitkan buku khusus untuk tunanetra.

The objectives of this research is to determine information seeking patterns of blind or visually impaired, which includes the needs, resources, forms and barriers experienced by blind people what to do information search patterns. Search pattern is useful information for librarians and information workers in predicting user needs information. This research is a qualitative research method of phenomenology. The results of this study indicate that the information needs, sources of information and the most preferred formats blind variety. This is influenced by educational background, level of education and work. One of the obstacles experienced by blind people in seeking information, namely: the absence of a publisher who publishes a special book for the blind."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S15320
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Hayu Padma Juwita
"Skripsi ini membahas peran Perpustakaan Yayasan Mitra Netra bagi tunanetra. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peran yang dilaksanakan Perpustakaan Yayasan Mitra Netra dalam memenuhi kebutuhan penggunanya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Sampel dalam penelitian ini berjumlah lima orang pengguna perpustakaan Yayasan Mitra Netra berjenis tunanetra berat (totally blind) dan tunanetra ringan (low vision).
Hasil dari penelitian ini berupa identifikasi peran Perpustakaan Yayasan Mitra Netra bagi tuna netra, dengan kesimpulan : peran yang sudah terlihat di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra adalah peran perpustakaan sebagai tempat pendidikan, sebagai tempat pengembangan diri, kreativitas, dan rekreasi serta peran sosial perpustakaan. Penelitian ini memberikan beberapa saran untuk Perpustakaan Yayasan Mitra Netra meningkatkan keseluruhan peran utama perpustakaan.

This thesis describes about the role of Yayasan Mitra Netra's Library for the users (blind people). The purpose of this research is to identifying the roles are implemented in Yayasan Mitra Netra's Library to meet users need. This research uses descriptive qualitative approach with case study method. Sample in this research are five users in Yayasan Mitra Netra's Library, with totally blind and low vision impairment.
The result of this research is the role identification of Yayasan Mitra Netra's Library for the blind people, with the conclusion : roles that have been seen in the Yayasan Mitra Netra's Library are library's role as an education place, as a self development, creativity, and recreation place, and the social role of the library. This research give some suggests for Yayasan Mitra Netra's Library in order to prove the whole of main library's role.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46762
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Irni Nidya Nurfitri
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi layanan perpustakaan YMN, dilihat dari persepsi pengguna (tuna netra) terhadap layanan perpustakaan Yayasan Mitra Netra; layanan perpustakaan yang dibutuhkan oleh pengguna (tuna netra); dan pemanfaatan layanan perpustakaan Yayasan Mitra Netra oleh pengguna (tuna netra). Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 5 (lima) orang pengguna perpustakaan yang terdiri dari tuna netra berjenis low vision dan totally blind. Hasil dari penelitian ini berupa evaluasi layanan perpustakaan YMN menurut persepsi pengguna, yang berkesimpulan bahwa Persepsi pengguna mengenai layanan perpustakaan YMN sangat membantu mereka dalam mendapatkan bahan bacaan atau akses informasi bagi tuna netra. Akan tetapi dari segi layanan koleksinya, ditemukan kendala, seperti sulitnya memperoleh buku-buku pelajaran terbitan baru; .layanan yang dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan YMN yaitu, koleksi yang sifatnya mudah digunakan/ praktis (buku bicara/ digital talking book), jumlah duplikasi koleksi, koleksi yang relevan, seperti koleksi buku pelajaran baru yang dibutuhkan oleh pelajar setiap tahun ajaran baru. ruang perpustakaan yang lebih memadai, lokasi yang terjangkau/ cabang perpustakaan (sehingga dapat memanfaatkan layanan di perpustakaan dengan mudah), penambahan jumlah staf/ pembaca; pemanfaatan perpustakaan oleh pengguna rata-rata hanya pada saat membutuhkan bahan bacaan, dan tidak untuk memanfaatkan fasilitas lain yang ada di perpustakaan. Hal ini disebabkan beberapa faktor yaitu, masa peminjaman yang cukup lama, lokasi perpustakaan yang jauh, waktu yang terbatas/ bersamaan dengan hari kerja bagi pengguna yang sudah bekerja."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S15639
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Alawiyah
"Penelitian ini mengkaji tentang penerimaan informasi melalui media pembelajaran digital talking book untuk siswa tunanetra. Proses penerimaan informasi terdiri dari tiga elemen, yaitu penyeleksian informasi, interpretasi, dan retensi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan informasi melalui digital talking book di kalangan siswa tunanetra mempunyai tantangan tersendiri. Dalam tahapan penyeleksian informasi, informan menggunakan sumber informasi dari braille dan digital talking book secara bergantian sesuai dengan kebutuhan. Dalam tahapan interpretasi informasi, informan menafsirkan konten digital talking book dibantu dengan catatan dalam huruf Braille. Dalam tahapan retensi, informan mampu mengingat secara baik informasi yang bersifat sementara, seperti kata-kata istilah, angka-angka, dan penjelasan tentang definisi, namun memiliki keterbatasan untuk memori jangka panjang sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama.

This research examines regarding how information reception through learning media of digital talking book used by students with visual impairment. The study was conducted using case study method. The results showed that the information reception through digital talking book among students with visual impairment has its own challenge. In the process of selecting information, they use the source of information from Braille and digital talking book alternately as needed. The changing from using Braille sense of touch into digital talking book the sense of hearing becomes a problem of itself. In the information interpretation stage, the informant interprets the content of the digital talking book assisted by notes in Braille. In the memory retention phase, the informant is able to remember well the temporary information, such as the terms of words, numbers, and the explanation of the definition, but it has limitations for long term memory therefore it takes a longer time.Key words Digital Talking Book visual impaired information reception information selection interpretatin retention."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T47873
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H.U. Buldansyah
"Berdasarkan Buku Petunjuk Teknis yang ditetapkan oleh Direktorat Rehabilitasi Penyandang Cacat, Direktorat. Jenderal Bina Rehabilitasi Sosial tahun 1995, didefinisikan bahwa Resosialisasi adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk mempersiapkan penerima pelayanan dan masyarakat agar terdapat integrasi social dalam kehidupan bermasyarakat. Namun demikian, masih banyak keluhan yang mengungkapkan bahwa hasil program resosialisasi masih kurang memadai. Misal rendahnya peranserta masyarakat dalam menunjang keberhasilan usaha pelayanan; rendahnya kemampuan penyandang cacat untuk menyesuaikan diri di dalam masyarakat; rendahnya kemampuan penyandang cacat dalam pengembangan bantuan stimulan usaha produktif; terbatasnya ketrampilan yang dimiliki untuk diterapkan dalam kegiatan kerja; sulitnya memperoleh lapangan usaha bagi penyandang cacat netra. Oleh karena itu sesuai dengan pendekatan yang digunakan, tujuan pokok kajian ini yaitu mengevaluasi keberhasilan program resosialisasi penyandang cacat netra sesuai dengan sasaran kegiatan yang telah ditetapkan.
Hasil evaluasi menunjukkan pencapaian sasaran setiap kegiatan dari program resosialisasi cukup berhasil. Tingkat kesiapan kelayan sudah cukup siap, walau tingkat kesiapan keluarga dan masyarakat masih kurang siap. Tingkat penyesuaian diri kelayan belum seluruhnya baik. Pada umumnya penyandang cacat netra melakukan pemeliharaan terhadap bantuan stimulan usaha produktif, walaupun mereka belum mampu mengembangkannya. Secara keseluruhan para penyandang cacat netra telah dapat disalurkan untuk memperoleh kesempatan kerja yang layak.
Pencapaian sasaran setiap kegiatan tersebut tampaknya dipengaruhi berbagai faktor internal PSBN, seperti komposisi pegawai, anggaran untuk operasional, sarana fisik, jenis pelatihan, struktur organisasi. Selain itu dipengaruhi juga oleh faktor eksternal PSBN, seperti peranserta masyarakat, peran organisasi sosial, koordinasi antar instansi, perubahan aplikasi teknologi dan dinamika pasar jasa/barang. Dengan demikian program resosialisasi telah cukup berhasil diselenggarakan sesuai dengan tujuannya mewujudkan integrasi sosial. Hal ini ditunjukkan oleh indikator ekonomi yang sangat layak dan indikator social yang cukup layak.
Rekomendasi dari evaluasi ini yaitu perlu melakukan : (a) pengembangan kerjasama dan kemitraan; (b) peningkatan peranserta masyarakat, baik kuantitas maupun kualitasnya; (C) peningkatan kegiatan koordinasi; (d) pengembangan jenis pelatihan keterampilan dengan mengakomodasi perubahan aplikasi teknologi serta dinamika permintaan dan penawaran barang/jasa; (e) peningkatan profesionalisme pegawai dan dana operasional."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nofan Ariza Putra
"Skripsi ini membahas mengenai perencanaan program Mini Learning Center untuk tunanetra yang dilakukan oleh Yayasan Mitra Netra dan faktor-faktor pendukung serta penghambat dalam proses perencanaan program Mini Learning Center. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini mendeskripsikan mengenai tahapan perencanaan program Mini Learning Center di Yayasan Mitra Netra yang terdiri dari menganalisis permasalahan; assessment kebutuhan klien; menentukan tujuan, sasaran, dan sumber daya manusia; merancang strategi pelaksanaan program; pendanaan dan penganggaran; dan evaluasi. Selain itu juga mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat perencanaan program tersebut.

This thesis discusses the planning of Mini Learning Center program for the blind by Mitra Netra Foundation while also supporting and inhibiting factors in the planning of Mini Learning Center program. The study is a qualitative research with descriptive design. The result of this study describes the planning stages of Mini Learning Center program at the Yayayasn Mitra Netra which consists of analyzing the problem; assessment of client needs; determine the goals, objectives, and human resources to design strategies for the program; funding and budgeting, and evaluation. But it also describes the factors supporting and inhibiting the program planning."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Risqi Putri Wulandari
"Skipsi kali ini membahas tentang proses transfer ilmu bagi guru tunanetra di Yayasan Mitra Netra. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi proses transfer pengetahuan bagi guru tunanetra dan mengidentifikasi kendala dalam proses transfer pengetahuan bagi guru tunanetra di Yayasan Mitra Netra. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa transfer pengetahuan guru tunanetra di Yayasan Mitra Netra untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan siswanya. Yayasan Mitra Netra adalah sebuah lembaga pendidikan informal dimana mayoritas siswa di Yayasan Mitra Netra adalah siswa dewasa yang akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja. Kolaborasi antara guru dan siswa yang merasa memiliki kesamaan membuat proses transfer pengetahuan menjadi efektif. Kolaborasi juga dibentuk dengan metode dan media yang dilakukan guru sesuai dengan karakteristik siswa. Ini untuk memudahkan proses transfer pengetahuan. Meski begitu, ada kendala yang dihadapi yaitu kemalasan, mood, mengajar terlalu cepat, dan tunanetra yang memiliki kebutuhan khusus lainnya.

This time, the Skipsi discussed the process of knowledge transfer for blind teachers at the Mitra Netra Foundation. The purpose of this study was to identify the knowledge transfer process for blind teachers and identify obstacles in the knowledge transfer process for blind teachers at Mitra Netra Foundation. This research uses a qualitative approach with a case study method. Data collection techniques in this study using interviews, observation, and document analysis. The results of this study indicate that the transfer of blind teachers' knowledge at the Mitra Netra Foundation is to develop the knowledge and skills of their students. Mitra Netra Foundation is an informal educational institution where the majority of students at the Mitra Netra Foundation are adult students who will continue to pursue higher education or work. Collaboration between teachers and students who feel they have something in common makes the knowledge transfer process effective. Collaboration is also formed with the methods and media carried out by the teacher according to the characteristics of the students. This is to facilitate the knowledge transfer process. Even so, there are obstacles faced, namely laziness, mood, teaching too fast, and blind people who have other special needs.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Mardiarini Ismail
"Bidang kebutuhan dan perilaku pencarian informasi merupakan bagian dari kajian pemakai. Kajian ini merupakan salah satu bidang dari 12 kajian Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Penelitian mengenai perilaku pencarian informasi penyandang tuna netra pemah dilakukan oleh Kirsty Williamson et al dengan judul Information Seeking by Blind and Sight Impaired Citizen: an Ecological Study. Penelitian ini dilakukan terhadap penyandang tuna netra di Australia dan diterbitkan di Information Research, Vol.5 No.4 July 2000. Setiap orang pasti membutuhkan informasi agar tetap bisa mengikuti perubahan zaman. Masalah kebutuhan dan pencarian informasi pun dialami siswa tuna netra. Sebagai siswa, informasi utama berkaitan seputar pelajaran sekolahnya. Dengan segala keterbatasannya -- terutama berkaitan dengan mobilitasnya --, siswa tuna netra akan mencari informasi yang dibutuhkannya. Model perilaku pencarian informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Behavioral Model of Information Seeking Strategies yang dikenalkan oleh David Ellis. Model ini mengamati seorang pencari informasi mulai dari ia mengindentifikasi kebutuhan informasinya hingga ia menemukan informasi yang dibutuhkannya. Model tersebut terdiri dari tahap starting, chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan ending. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif interpretif dengan metode kualitatif berupa observasi dan wawancara. Informan terdiri dari 13 orang siswa tingkat SMP-SMA di SLBIA Pembina Tingkat Nasional. Pengambilan sampel sebagai informan menggunakan gabungan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Analisis data dilakukan dengan tiga alur: reduksi data, analisis serta interpretif, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini adalah: 1) Ada lima kategori jenis kebutuhan informasi mereka. Dua kategori yang utama adalah kebutuhan informasi berdasarkan pelajaran sekolahnya dan berdasarkan minatnya. Tiga lainnya adalah informasi tentang lawan jenisnya, berita-berita umum, dan orientasi arah/harga barang. 2) Sumber perolehan informasi andalan untuk kebutuhan informasi berdasarkan pelajaran sekolahnya adalah informal (teman, keluarga, dan guru/pihak sekolah) dan formal (kaset, buku braille, radio, tv, internet). Sumber perolehan informasi untuk kebutuhan informasi andalan untuk kebutuhan informasi berdasarkan minat, lawan jenis, berita-berita umum, dan orientasi arah/harga adalah informal (teman dan keluarga). 3) Tidak tersedianya buku braille di perpustakaan umum menunjukkan kurang seriusnya perhatian pemerintah sehingga para penyandang tuna netra lebih mengandalkan kekuatan sendiri dan kerja sama dengan pihak swasta/luar negeri. 4) Tahap pencarian informasi untuk kebutuhan informasi berdasarkan pelajaran sekolahnya adalah starting, chaining, browsing, differentiating, extracting, dan ending. Tahap pencarian informasi untuk kebutuhan informasi berdasarkan minatnya adalah starting, chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan ending. 5) Hambatan yang dialami para siswa ini adalah hambatan personal (trauma dan psikologis karena perubahan daya fisik penglihatan) dan lingkungan (masyarakat, tak tersedianya akses atau fasilitas memadai ke dan di sumber perolehan informasi)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S15519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nahar
"ABSTRAK
Masalah yang diteliti dalam tesis ini adalah bagaimana proses pelaksanaan program rehabilitasi sosial penyandang cacat netra di dalam panti, dan bagaimana kerjasama antar lembaga dalam upaya mengintegrasikan penyandang cacat netra tersebut di masyarakat, serta bagaimana pemahaman para pelaksana program terhadap kebijakan hukum, khususnya kebijakan kesejahteraan sosial yang melandasi pelaksanaan tugasnya. Sedangkan tujuan yang ingin dicapainya adalah memahami dan menjelaskan penerapan teknologi pelayanan sosial dalam proses pelaksanaan program rehabilitasi sosial penyandang cacat netra di dalam panti dan dalam upaya mengintegrasikan penyandang cacat netra di masyarakat melalui kerjasama antar lembaga, serta dalam upaya meningkatkan pemahaman petugas panti terhadap kebijakan hukum dalam bentuknya sebagai peraturan perundang undangan dan kebijakan kesejahteraan sosial.
Oleh karena penelitian ini bersifat deskriprif-analitis dengan pendekatan yuridis normatif empiris, maka pengumpulan datanya tidak saja dengan studi kepustakaan melainkan juga dengan studi lapangan melalui kegiatan pengamatan peserta (participant observation) dan wawancara tidak berstruktur, yang sampelnya ditentukan dengan purposive sampling.
Dari hasil penelitian dengan menggunakan metodologi penelitian tersebut, maka diketahui bahwa proses pelaksanaan program rehabilitasi sosial penyandang cacat netra di Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung telah menggunakan teknologi pelayanan sosial. Teknologi tersebut, lebih banyak diperoleh dari sumber inforrnasi dasar kebijakan hukum (legal policy) melalui proses penemuan penafsiran hukum (legal interpretation) yang tipe-tipenya antara lain nampak dalam proses pelaksanaan program rehabilitasi sosial penyandang cacat netra di dalam panti, yaitu bahwa semua tahapan kegiatan pelayanannya mendasarkan diri pada kehijakan sosial dan kebijakan kesejahteraan sosial. Kebijakan-kebijakan tersebut merupakan teknologi pelayanan sosial, karena dapat mem-berikan pedoman kepada para pelaksana program untuk melaksanakan tugasnya secara benar dan dapat dipertanggung-jawabkan secara hukum. Kebijakan yang digunakan tersebut antara lain adalah UU No. 6 Tahun 1974, PP. No. 36 Tahun 1980, Keppres No. 39 Tahun 1983, Kepmensos No. 22/HUKII995, Kepmensos No. 55/HUKIKEPIVMl 1981, dan kebijakan kesejahteraan sosial lain sebagai pelaksananya.
Program pelayanan untuk menangani masalah sosial penyandang cacat netra adalah program rehabilitasi sosial berseta pelayanan-pelayanan lainnya yang terkait. Sistem pelayanan yang digunakannya adalah rehabilitasi sosial melalui sistem panti. Metoda intervensi yang digunakan dalam setiap tahapan pelayanan adalah metoda intervensi pekerjaan sosial. Dari tipe teknologi pelayanan sosial yang memanfaatkan struktur organisasi, nampak dari sikap pimpinan dan para petugas pelaksananya yang telah melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing. Misalnya pimpinan panti menetapkan kebijakan intern panti dan melakukan supervisi dalam upaya meningkatkan pemahaman petugasnya terhadap kebijakan yang telah ditetapkan dan mampu menerapkan teknologi pelayanan sosial lainnya dengan baik. Dan para petugas yang khusus diberikan wewenang menangani masalah sosial penyandang cacat netra adalah pekerja sosial fungsional sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal S Kepmensos 221HUK11995 jo. PP. No. 16 Tahun 1994 jo. Pasal 17 UU. No. 8 Tahun 1974.
Tahapan kegiatan setelah pelayanan rehabilitasi sosial adalah resosialisasi dan pembinaan lanjut. Cara yang ditempuh untuk mengintegrasikan penyandang cacat netra dalam tahapan kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui upaya pemasaran sosial. Pemasaran sosial tersebut dapat dilaksanakan melalui kerjasama antar lembaga, pendekatan terhadap perusahaan atau lembaga yang bersedia menerima tenaga kerja penyandang cacat netra, dan mengadakan penyuluhan sosial dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat untuk dapat menerima tenaga kerja dari penyandang cacat netra atau tidak memperlakukannya secara berbeda. Dalam tahapan kegiatan ini, semua teknologi pelayanan sosial seperti dalam proses pelaksanaan program, dapat digunakan.
Berkaitan dengan pemahaman petugas terhadap kebijakan kesejateraan sosial yang berkaitan dengan program rehabilitasi sosial yang menjadi tanggung jawabnya, sebenarnya telah dipahaminya dengan baik. Tetapi pemahaman tersebut dalam pelaksanaan kegiatan resosialisasi dan pembinaan lanjut belum dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan atau kebijakan sosial pendukung lainnya. Sehingga seringkali upaya yang dilaksanakan dalam mengintegrasikan eks penerima pelayanan di masyarakat masih menemukan banyak hambatan. Hambatan tersebut dapat datang dari pihak perusahaan yang tidak bersedia menerima penyandang cacat netra, atau karena kemampuan/keahlian penyandang cacat netra sendiri yang masih di bawah standar pasar kerja. Dalam masalah ini, tipe teknologi pelayanan sosial yang belum digunakan secara maksimal adalah perpaduan kebijakan sosial dan metoda intervensi. Artinya jenis keterampilan yang diberikan harus benar-benar dibutuhkan dalam pasaran kerja, para petugas juga perlu aktif melakukan kerjasama atau penyadaran masyarakat dengan mempergunakan kebijakan sosial dan kebijakan kesejahteraan sosial lainnya yang terkait.

ABSTRACT
The Juridical Contemplation Of The Social Welfare Policy To The Activities Of Social Rehabilitation Program Over The Blind People At The Blind Service Institution Wyata Guna Bandung
The problem being researched in this thesis was how the realization process of the social rehabilitation in integrating the blind people in society, and how the program activities to the legal policy, especially the social welfare policy which bases the process. The goal of this research is to comprehend and to explain the application of the social service technology in the process of social rehabilitation program activities to the blind person at the institution and in integrating them in the society through the corporation among institutions, and the effort of improving the comprehension of the institutions officers to the legal policy in the term as rules of the legal and social welfare policy.
For the reasons, the research is analytic descriptive by using the empirical-normative approach, so the data collection either by literature study or field study through the observation of the activities and the unstructured interview, where the samples we defined by purposive sampling.
From the research result which used the methodology, was observed that the process of social rehabilitation on The Blind Service Institutions Wyata Guna Bandung has used the social service technology. This technology, gained the information more from the basis information resource of the legal policy through the process of legal interpretation which the types appeared in the process of the social rehabilitation program to the blind in the services institution, that all the service for the activities based on the social policy and social welfare policy. This policy is the social service technology, because it is able to give the guidelines to the program doers to conduct their duty in the right way and rescindable in the term of law. The policy used are UU. No. 6/1974, PP. No. 36/1980, Keppres No. 39/1983, and Kepmensos No. 55/HUK/KEP/VIIU1981, and other social welfare policies.
The service program for hardling the blind person's social problem is the social rehabilitation program with other related service. The service system used is the social workers intervention method. The type of social service technology which is using the organization structure, showed from the principle stated the institution intern policy and did the supervision in order to improve his employees comprehension to the policy and capable to apply the social service technology in the right way. The workers who has the authority to overcome the blind person's problem, is the functional social worker stated in article 8 of the Minister of social affairs decree (Kepmensos) No. 22/HUK/1995 jo. Gouvernment rule (PP) No. 16/1994 jo. article 17 UU No. 8/1974.
The procedure of the activities after the social rehabilitation service is resosialization with the further establishment. The way to integrate the blind person into the process can be done through a social marketing. This social marketing can be applied through cooperation among the institutions, the approach to the companies or institutions who are willing to employ the handicapped, and give the social orientation program in order to improve the society awareness so they can employ the blind person or doesn't treat them differently. In this step, all of the social service technology in the process of conducting the program can be used.
Relating to the comprehension of the workers to the social welfare policy which is related to the social rehabilitation that is their responsibility, has been understood indeed. But this comprehension in the act of the further realization and the construction has not been connected to the legal regulation or the orthel connected social policy, so it often become an obstruction for the old costumers to integrate. The problem can be resourced from the Companies who don't want to employ the blind person, or because of the blind person's skill themselves whose the work is still under standard. In this matter, the type of the service technology that hasn't been used maximally, is the mixing of the social policy and the intervention method. It means that the skill given is really needed in the field of work, the officials are also needed to be active in the cooperation or the society awareness by using the social policy and others related social welfare policy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Wulandari
"Skripsi ini membahas upaya pustakawan mewujudkan layanan prima di Perpustakaan Mahkamah Konstitusi. Tujuan penelitian ini menjelaskan konsep layanan prima yang ada dipikiran pustakawan melalui tindakan keseharian di perpustakaan. Pustakawan menerapkan layanan prima di perpustakaan adalah untuk menunjang pemustaka memenuhi kebutuhan informasi. Namun, Pustakawan dalam mewujudkan layanan prima terdapat beberapa kendala yang hadir dalam penerapannya dan manfaat-maanfat yang telah tercapai dari layanan prima. Penelitian tentang layanan prima di Perpustakaan Mahkamah Konstitusi adalah penelitian kualitatif cirinya bersifat reflektif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pustakawan telah berupaya untuk bertindak secara prima dalam melayani. Oleh karena itu, kesehariannya pustakawan telah optimal dalam memberikan layanan yang aktif, inisiatif, dan komunikatif kepada pemustaka. Dalam mewujudkan konsep layanan prima yang pustakawan miliki, maka perlunya dukungan dari atasan dalam memperbaiki fasilitas dan menambah koleksi buku di perpustakaan.

This research discussed about the efforts to create the excellent librarian service at the Library of the Constitutional Court. This research is aimed to explain the concept of excellent service provided by the librarians to its constitutional justice researchers. The purpose of the librarians in applying excellent service is to answer the satisfaction of user in supporting the information needs. However, Librarians in creating the excellent service still face some obstacles in applying that and from the benefits that have been accomplished from this service. The research of excellent service at The Constitutional Court library is a qualitative research in shape of reflective.
The result shows that librarians have sought to achieve a prime service. Because in daily activities librarians have been giving an optimal service as an active, initiative and communicative services to the users. In creating the concept of service excellence that librarians have, there is a need of a support from superiors to improve facilities and to provide more collection of books in the library.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S65355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>