Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25124 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susi Muryanah
"Skripsi ini membahas tentang perkembangan Pelabuhan Tegal pada tahun 1850-1900. Pelabuhan Tegal merupakan salah satu pelabuhan kecil yang ada di Hindia Belanda yang dibuka untuk umum sesuai dengan peraturan Pemerintah Kolonia Hindia Belanda pada 31 Mei 1858. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa perkembangan Pelabuhan Tegal pada tahun 1850-1900 dipengaruhi oleh aktivitas perdagangan dalam hal ini ekspor. Aktivitas ekspor yang terjadi di Pelabuhan Tegal adalah ekspor gula. Gula merupakan komoditas ekspor terbesar yang dihasilkan oleh daerah-daerah sekitar pelabuhan tegal (hinterland). Hinterland dari pelabuhan Tegal berupa perkebunan dan pabrik-pabrik gula. Ada sekitar 12 pabrik gula yang terdapat di residensi Tegal, yang dikelola oleh pihak swasta. Oleh karena hasil gula yang diekspor melalui pelabuhan tegal inilah, pelabuhan Tegal kemudian disebut sebagai Pelabuhan Gula.

This thesis discusses the development of the harbor in the year 1850-1900. The harbor is one small port in Dutch East Indies, which was opened to the public in accordance with government regulations Kolonia Dutch East Indies on May 31, 1858. The results of this study concluded that the development of the harbor in the year 1850-1900 was influenced by the activities in this export trade. Export activity that occurred in the harbor is the export of sugar. Sugar is the largest export commodities produced by the areas around the port dost (hinterland). Hinterland of the port of Tegal form of plantations and sugar mills. There are about 12 sugar mills located in the residencies of Tegal, which is managed by private parties. Therefore, the results of sugar is exported through the port dost, Tegal port was later named Port of Sugar."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S13107
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farikha Hevtavia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan Pelabuhan Tegal, yang merupakan salah satu pelabuhan yang yang terletak di Jawa Tengah, pada kurun waktu 1961-1994. Diawali dengan perkembangan Pelabuhan Tegal pada tahun 1961-1969 sebagai pembahasan awal studi ini. Pembahasan dilanjutkan pada tahun 1969, di mana tahun ini merupakan awal pelaksanaan orde baru. Mulai periode inilah Pelabuhan Tegal mengalami kemajuan. Kemajuan ini ditandai dengan meningkatnya volume ekspor dan impor yang melalui Pelabuhan Tegal. Komoditas yang diperdagangkan pun bervariasi. Di samping itu kunjungan kapal juga meningkat ke PeIabuhan mi. Di antaranya terdapat kapal-kapal yang berasal dari Singapura, Malaysia, Jepang, Inggris dan lain-lain. Akan tetapi keadaan ini hanya bertahan sampai tahun 1985.
Pembahasan selanjutnya dimulai dari tahun 1985 sampai dengan 1994. Pada tahun 1985 Pelabuhan Tegal mengalami kemunduran. Kemunduran ini ditandai dengan menurunnya volume ekspor dan impor melalui Pelabuhan Tegal serta menurunnya jumlah kunjungan kapal ke Pelabuhan Tegai. Di samping itu komoditi yang diperdagangkan pun jenisnya berkurang.Hal ini disebabkan karena pada tahun 1985 Pelabuhan Semarang dioperasikan sebagai Pelabuhan Samudera, yang dilengkapi dengan kontainer. Keadaan ini jauh berbeda dengan pengangkutan yang terdapat di Pelabuhan Tegal yang hanyamenggunakan tongkang. Disamping itu, kedalaman pelabuhan yang hanya 3,5 meter menyebabkan kapal-kapal besar sulit merapat ke dermaga Pelabuhan Tegal.
Kondisi tersebut menyebabkan perubahan fungsi Pelabuhan Tegal sebagai pelabuhan yang hanya diramaikan oleh kedatangan pelayaran rakyat dengan aktifitas bongkar muat kayu dari Kalimantan. Diantara kayu-kayu yang dibongkar di Pelabuhan Tegal tersebut terdapat kayu yang tidak dilengkapi dengan dokumen resmi. Oleh karena itu pada tahun 1994 pemerintah menutup sementara Pelabuhan Tegal dari aktifitas perdagangan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S12325
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rahmad
"Pelabuhan Ampenan merupakan pelabuhan utama di pulau Lombok Sejak ditetapkan menjadi pusat kegiatan perdagangan aekitar abad ke-19, aktivitas pelabuhan terus meningkat. Perkembangan pelabuhan tersebut mendorong Pemerintah Hindia Belanda ( berkuasa tahun 1894 - 1942 ) mengeluarkan kebijakan - kebijakan terhadap pelabuhan, seperti mengadakan perbaikan dan pembangunan sarana pelabuhan termasuk jaringan komunikasinya, sehingga proses pengangkutan komoditi dapat berjalan lancar dari pelabuhan ke pedalaman. Semua biaya berasal dari kas daerah Lombok dan penebusan kerja rodi, sedangkan pengawasan dan pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umurn Lombok dan penduduk setempat. Setelah dikeluarkan kebijakan tersebut, aktivitas perdagangan ekspor dan impor terlihat mengalami peningkatan dibandingkan dengan masa sebelumnya, meskipun kondisi itu tidak (selalu berlangsung stabil karena faktor intern dan ekstern yang mempengaruhinya Selain itu, pelabuhan Ampenan juga berperan dalam kegiatan pelayaran di Nusantarapada masa kolonial. Puncak perdagangan ekspor - impor terjadi pada periode 1920 - 1930. Terjadinya krisis ekonomi 1930 berpengaruh pada pelabuhan Ampenan, yakni penurunan drastis kegiatan ekspor - impor. Tanda - tanda pulihnya perekonomian baru nampak pada tahun 1936. Perkembangan pelabuhan telah mendorong pertumbuhan dan perkembangan kota Ampenan. Pada gilirannya, muncul masalah - masalah kota yang menyebabkan kota mempunyai dinamikanya sendiri. Meskipun demikian, Pemerintah Hindia Belanda dapat mengatasinya sampai berakhirnya kekuasaan"
2000
S12095
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roziq Budiarto
"ABSTRAK
LATAR BELAKANG
Sejak zaman dahulu, pelabuhan adalah sarana yang pant
ing. Tanpa adanya pelabuhan,maka daerah tersebut akan
terisolir. Pelabuhan tidak saja erat hubungannya dengan
bidang perkapalan, komoditi atau oasa-jasa lainnya pada
umumnya, akan tetapi juga berhubungan erat dengan keadaan
lalu lintas di dalair. dan ke luar dimana pelabuhan
tersebut berada. Sebagai negara yang memiliki pantai
laut berkat letak geografinya, maka lalu lintas laut
daerah sangat penting, karena dengan cara ini dapat
melakukan perdagangan dengan dearah lain.
MASALAH
Bagaimana perkembangan pelabuhan di pantai utara Jawa
dari tahun 1930 sampai dengan 1989 ?
METODE PENELITIAN
1. Mengumpulkan data-data yang diperlukan meliputi data
Jumlah pelabuhan di pantai utara Jawa, kunjungan kapal,
kunjungan perahu dan kapasitas muatan eksporimpor.
2. Membagi waktu penelitian menjadi tiga meliputi ;
a. Tahun 1930 - 1949.
b. Tahun 1950 - 1969.
c. Tahun 1970 - 1989.
3. Menghitung prosentase jumlah kunjungan kapal, kunju
ngan perahu dan kapasitas muatan ekspor-impor.
4. Kemudian disajikan dalam tabel, peta dan grafik.
HASIL PENELITIAN
1. Berdasarkan Sejarah.
Jumlah pelabuhan yang ada di pantai utara Jawa dari
tahun 1930 sampai tahun 1989 mengalami peningkatan
jumlahnya dari 18 pelabuhan raenjadi 53 pelabuhan.
Berdasarkan PP Noll tahun 1983 Junkto PP No 56 - 57
1991, status pelabuhan dibagi menjadi dua meliputi ;
pelabuhan yang diusahakan dan pelabuhan yang tidak di
usahakan.
2. Berdasarkan Jumlah Kunjungan Kapal dan Perahu.
Jumlah kunjungan kapal dan perahu mengalami pening
katan di pelabuhan Banyuwangi, Cirebon, Pasuruan,
Probolinggo, Tegal. Jumlah kunjungan kapal meningkat dan jumlah kunjungan perahu tetap di peia'ouhan Tanjung
Priok, Tanjung Emas dan Tanjung Priok. Jumlah kunjungan
kapal menurun dan jumlah kunjungan perahu meningkat
dipelabuhan Sunda Kelapa, Banten, Kalianget.
Berdasarkan Kapasitas Muatan Ekspor-Impor.
Jumlah kapasitas muatan ekspor-impor meningkat di pelabuhan
Banten, Banyuwangi, Cirebon, Gresik, Tanjung
Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas, Tegal dan Sunda
Kelapa. Jumlah kapasitas muatan ekspor-impor menurun
di pelabuhan Kalianget, Pasuruan dan Probolinggo."
1997
S33655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Syahrir
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai perkembangan pelabuhan Pontianak dalam aspek ekonomi dan politik pada tahun 1771 ? 1942. Sultan Syarif Abdurakhman Al Qadrie mendirikan kerajaan Pontianak dan pelabuhan ini pada tahun 1771, yang letaknya di persimpangan antara Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Sejak saat itulah pelabuhan ini menjadi ramai dikunjungi baik oleh para pedagang nusantara maupun pedagang asing. Perdagangan yang semakin ramai membuat pihak kerajaan ingin memperluas kekuasan ke seluruh Kalimantan Barat. Untuk memperluas kekuasaan tersebut, Kerajaan Pontianak mulai menaklukan Kerajaan Sanggau, Kerajaan Mempawah, Kerajaan Sambas, dan Kerajaan Sukadan. Usaha inipun berhasil karena Kerajaan Pontianak mendapat bantuan dari VOC yang sudah melakukan kontrak politik dengan pihak kerajaan pada tahun 1779. Kontrak politik tersebut membuat VOC ikut campur dalam aktifitas kerajaan baik dalam segi politik, ekonomi, maupun sosial. Pada abad ke-19 hingga abad ke-20, pelabuhan Pontianak mengalami perkembangan perdagangan dan pelayaran yang sangat pesat. Berkembangnya pelabuhan Pontianak, menjadikan pelabuhan Pontianak sebagai pusat kegiatan pelayaran dan perdagangan di Kalimantan Barat.

ABSTRACT
This undergraduate thesis discusses about the development of Pontianak Port in economy and political aspect in 1771-1942. Sultan Syarif Abdurakhman Al Qadrie established The Kingdom of Pontianak and the port in 1771, which located on the intersection between Kapuas River and Landak River. Since then, the port became busy by the economical activity and visited not only by traders from Nusantara but also from other countries. The growth of trade and other economic activities led the Kingdom to spread its influence on the entire of West Kalimantan. To spread its influence, Pontianak Kingdom started to conquered kingdoms surround it, Sanggau, Mempawah, Sambas, and Sukadan. This effort was successful with helped by VOC which already had a politic contract with the Kingdom in 1779. That politic contract made VOC more or less interfered the Kingdom?s politics, economic, and social. In 19th until 20th century, Pontianak port had a significance growth. This growth, made Pontianak port became the entrepot in West kalimantan.
"
2015
S60244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Sunarti
"Tesis ini membahas Proses pembangunan dan perkembangan sebuah pelabuhan di Semenanjung Malaysia dari tahun 1900 sejak proses pembangunan sampai dengan tahun 1963 tahun dimana berakhirnya pengendalian pihak kereta api terhadap pelabuhan tersebut. Pelabuhan Swettenham dibangun atas inisiatif pihak kereta api Negara-negara Melayu Bersekutu (Federated Malay States Railways).
Perkembangan pesat ekonomi di Semenanjung Tanah Melayu menjelang awal abad ke-20, menyebabkan pihak kereta api Negara-negara Melayu membutuhkan sebuah Pelabuhan yang memiliki fasilitas lengkap untuk menunjang kegiatan ekspor-impor yang semakin meningkat. Pelabuhan yang telah ada seperpti pelabuhan Kiang, Teluk Anson, dan pelabuhan Weld dianggap sudah tidak memadai lagi.
Hal yang menarik dalam proses perkembangan Pelabuhan Swettenham ini adalah walaupun pada mulanya pihak pemerintah kolonial Inggris tidak berminat untuk mengembangkan Pelabuhan Swettenham ini menjadi pelabuhan besar seperti pelabuhan Singapura dan Pulau Penang , namun perkembangan ekonomi Tanah Melayu yang begitu pesat di tahun 1920-an sampai dengan tahun 1950-an, membuat pihak-pihak pemerintah kolonial Inggris meninjau kembali kebijakannya.
Sebagai pelabuhan milik kereta api Negeri-negeri Melayu Bersekutu, pengelolaan pelabuhan sejak awal pembukaannya hingga tahun 1963 berada di bawah kendali pihak kereta api. Berbeda dengan Pelabuhan Singapura dan Pelabuhan Pulau Penang yang memiliki Harbors Board sendiri. Hal inilah yang membuat perkembangan Pelabuhan /Port Swettenham selain memiliki kekhasan sendiri juga menyebabkan tersendatnya perkembangan pelabuhan, karena pihak kereta api tidak bisa memfokuskan perhatiannya terhadap masalah-masalah pelabuhan, sebab selain mengendalikan pelabuhan Swettenham pihak kereta api juga mengendalikan pelabuhan-pelabuhan lain miliknya di Semenanjung Tanah Melayu seperti Teluk Anson, Port Weld. Selain itu fokus utama perhatian pihak kereta api adalah mengurusi masalah-masalah kereta api. Masalah manajemen pelabuhan merupakan salah satu kelemahan yang paling banyak dikritik oleh pengguna pelabuhan."
2001
T10900
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanto Zuhdi
"Studi ini mengkaji perkembangan pelabuhan dan kota Cilacap dalam periode kolonial Hindia Belanda (ca1830-1940). Perkembangan yang dimaksud disini ialah suatu proses bagaimana sebuah pelabuhan di suatu daerah yang semula hampir-hampir tak dikenal (terra incognita) secara lambat laun berkembang dan berperan besar khususnya di bidang ekspor, di bagian selatan Jawa Tengah. Disebut sebagai pelabuhan yang semula tak dikenal, karena tradisi pelayaran dan perdagangan baik antar pulau maupun internasional di Jawa terletak di pantai utara. Pelabuhan-pelabuhan seperti Banten, Sunda Kelapa, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Tuban, Jepara, Panarukan, telah lama berkembang jauh sebelum kedatangan orang Barat.
Sejalan dengan kepentingan pemerintah kolontal yang sejak 1800 telah memperlihatkan ciri lebih ambisius daripada sebelumnya untuk menggali dan memanfaatkan sebanyak mungkin hasil-hasil pertanian, khususnya di Jawa, untuk diekspor ke pasar Eropa, fungsi pelabuhan Cilacap mulai terangkat dari skala perdagangan tukar-menukar (ruilhandel) ke pelabuhan yang berorientasi ekspor ke luar negeri. Perdagangan kecil yang dimaksud adalah kegiatan mempertukarkan barang-barang seperti ikan asin, garam, terasi dari penduduk dl sekitar pantai Cilacap dengan beras dan hasil bumi lainnya dengan orang dari pedalaman.
Eksistensi dan peran pelabuhan Cilacap sudah tentu tidak dapat dilepaskan dari daerah belakang (hinterland), tempat produk ekspor (cash-crops) dihasilkan, dan pasar dunia tempat komoditi itu dijual. Lalu lintas ekspor itu juga diimbangi oieh kegiatan impor, yakni barang-barang yang didatangkan dari luar negeri dan didistribusikan ke daerah-daerah pedalaman. Dilihat dari arus keglatan tersebut maka prasarana dan sarana komunikasi dan transportasi memegang peran penting. Ketika alat-alat transportasi modern belum diperkenalkan maka arus barang dari dan ke pelabuhan Cilacap sangat tergantung pada keramahan alam. Jalan sungai mempunyai fungsi utama.
Perkembangan prasarana dan sarana modern di suatu daerah biasanya tidak dapat dipisahkan dari potensi daerah itu sendiri, artinya seberapa jauh daerah itu dianggap menguntungkan. Perkembangan pelabuhan Cilacap sebenarnya juga tidak berbeda dari kecenderungan umum itu. Kehadiran unsur-unsur seperti produk ekspor dari pedalaman, pelabuhan dan pasar, yang didukung oleh prasarana dan sarana, telah memungkinkan terjadinya anus barang, yang pada gilirannya melahirkan pula mobilitas sosial geografis. Adalah dapat dikatakan jika proses-proses itu kemudian mewujudkan suatu perkembangan lokalitas kota. Dengan demikian dapatlah diajukan suatu hipotesa bahwa perkembangan aktivitas pelabuhan telah mendorong pertumbuhan dan perkembangan kota Cilacap."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Riana
"Tesis ini membahas proses pembangunan dan perkembangan Pelabuhan Pulau Baai di Bengkulu tahun 1968-2010. Fokus penelitian ini menekankan pada perkembangan aktivitas pelabuhan sebagai pintu gerbang lalu lintas barang dalam perdagangan antar pulau maupun luar negeri di Propinsi Bengkulu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan menyajikan hasil penelitian dalam bentuk deskriptif-analisis. Pelabuhan Pulau Baai merupakan pelabuhan lama Kerajaan Silebar yang direvitalisasi pada masa pemerintahan Orde Baru. Latar belakang pembangunan kembali pelabuhan Pulau Baai ini untuk menunjang aktivitas perdagangan komoditi ekspor yang dihasilkan oleh daerah belakang. Perkembangan aktivitas pelabuhan mengalami kemajuan seiring dengan peningkatan hasil produksi komoditi daerah belakang. Komoditi ekspor andalan berasal dari sektor pertambangan yaitu batu bara dan sektor perkebunan yaitu karet dan kelapa sawit olahan (Crude Palm Oil/CPO). Pelabuhan Pulau Baai dalam pelaksanaan operasional mengalami kendala yaitu sedimentasi yang tinggi yang menyebabkan alur pelayaran pelabuhan mengalami pendangkalan. Meskipun terjadi sedimentasi yang menghambat, namun tidak mempengaruhi aktivitas ekspor di Pelabuhan Pulau Baai yang semakin meningkat terutama sejak tahun 2000 dan mengalami kenaikan ekspor pada tahun 2010.

This thesis discusses the process of the establishment and development of the Pulau Baai Port in Bengkulu on 1968-2010. It emphasizes on the export-import activities of the port in the province of Bengkulu. This study uses the method of historical research by presenting the research results in the descriptive-analytical form. The study finds that the Pulau Baai Port is an old port of Silebar Empire which revitalized during the reign of the Orde Baru era. The background of rebuilding the Pulau Baai Port is to support the export of commodity from the hinterland products. The development of port activities were in line with the increase of the productions such as rubber, oil palm plantation (Crude Palm Oil/CPO) and coal which become the main good of commodity. Despite the Pulau Baai Port had obstacles as the consequence of high sedimentation the export activity at the Pulau Baai Port was rising since 2000 and reached its peak in 2010."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T29967
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ruslan
"Pelabuhan Toli Toli merupakan pelabuhan kecil pada masa kolonial Belanda. Walaupun statusnya sebagai pelabuhan kecil, namun peran yang dimainkan Pelabuhan Toli Toli cukup penting pada waktu itu. Hal tersebut didukung dengan hasil produk hutan terutama rotan dan kopra yang kemudian mendorong kemajuan pelabuhan Toli Toli. Peranan pelabuhan Tali Toli banyak ditentukan oleh pendatang yang masuk ke pelabuhan Toli Toli, terutama orang Bugis yang memegang peranan penting untuk mengangkut komoditi yang dihasilkan Toli Toli. Pelabuhan Toli Toli secara administratif berada di bawah wewenang raja yang kemudian mengangkat seorang pejabat berpangkat syahbandar yang bertugas untuk memungut bea dan cukai ekspor impor atas kapal kapal dagang yang singgah untuk membongkar dan memuat barang dan orang dari pelabuhan Toli Toli. Jabatan sahbandar yang tunduk dan bertanggung jawab kepada raja merupakan suatu tanda bahwa posisi pelabuhan dan perkapalan laut cukup penting, khususnya bagi masyarakat setempat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S12387
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuni Kurniati Utami
"ABSTRAK
Pelabuhan Surabaya sudah lama menjadi bandar perdagangan (sejak abad 16). Kemudian ketika kepentingan kolonial mulai memaksa dalam rangka hegemoni ekonomi, Surabaya semakin ditonjolkan perannya. Untuk mengimbangi pesatnya ekonomi di Jawa Timur yang banyak menghasilkan komoditi ekspor perkebunan, maka dibutuhkan pelabuhan yang modern dan siap menampung produksi ekspor dari pedalaman. Karena itu diadakanlah usaha perluasan fasilitas pelabuhan oleh pemerintah kolonial.Didukung oleh letak yang strategis dan kondisi daerah belakang yang subur untuk perkebunan, Surabaya diprioritaskan menjadi pelabuhan besar di pantai utara Jawa bahkan ditetapkan menjadi titik pusat mata rantai perdagangan bagi wilayah timur kepulauan. Setelah periode perluasan fasilitas pelabuhan, aktivitas perdagangan ekspor-impor terlihat mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya, meskipun kondisi itu tidak selalu berlangsung stabil, karena faktor intern dan ekstern yang mempengaruhinya. Puncak perdagangan ekspor-impor terjadi pada periode tahun 1920-1930. Depresi 1930 meninggalkan kesan yang mendalam bagi ekspor impor pelabuhan Surabaya yang masih terasa sampai lima tahun kemudian. Tanda-tanda pulihnya perekonomian baru nampak pada tahun 1937. Perkembangan pelabuhan Surabaya rupanya telah mendorong pembentukan pertumbuhan dan perkembangan kota Surabaya. Suasana pelabuhan mempengaruhi pembentukan masyarakat kota sehingga persoalan-persoalan sosial, ekonomi dan politik terbentuk dalam ciri tersendiri.

"
1996
S12741
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>