Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147848 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nova Ardiani Rahmah
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S13032
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indrawati Tanoto
"Topik skripsi ini mengenai pengobatan tradisional Cina yang berkembang di Jakarta. Pengobatan tradisional terus mengalami perkembangan dan mordenisasi namun tetap masih tergolong tradisional. Di era globalisasi yang serba modern ini, semua orang ingin praktis, begitu juga dalam bidang kesehatan . Jika seseorang sakit, dia ingin secepatnya sembuh. Untuk ini sudah banyak yang melirik pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional Cina di Indonesia, khususnya di Jakarta, tidak semata-mata bertahan karena perkembangan pengobatan itu sendiri yang semakin ilmiah, tetapi juga karena semakin banyaknya masyarakat yang mempercayai seni pengobatan yang satu ini. Elain itu masih ada factor-faktor lain yang ikut menunjang. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S12870
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teresa Yasmin
"Makanan mempunyai peran penting dalam kebudayaan Cina terutama dalam segi sosial dan religi dari Jaman dulu sampai sekarang. Dalam kehidupan sosial orang Cina, yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan religi, makanan Cina berfungsi untuk menjaga hubungan baik orang Cina dengan kerabatnya, sanak-saudaranya dan anggota masyarakat lainnya. Hal itu dapat dilihat pada upacara perkawinan, kelahiran dan jamuan makan yang diselenggarakan formal maupun informal. Dalam kehidupan religi, makanan mempunyai fungsi untuk menjaga hubungan baik orang Cina dengan arwah nenek moyang dan dewa-dewa. Hal tersebut tercermin dalam upacara kematian dan upacara pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa. Metode penelitian yang dipakai adalah metode peneli_tian kepustakaan dan wawancara langsung. Melalui peneli_tian-penelitian tersebut dapat dilihat bahwa walaupun orang-orang Cina di Jakarta pada masa kini sedikit banyak masih menganggap makanan Cina memegang-peran penting dalam kehidupan sehari-hari dan dalam upacara tradiaional Cina. tetapi terdapat beberapa perbedaan dengan apa yang biasa dilakukan oleh nenek moyang mereka. Perbedaan-perbedaan tersebut disebabkan oleh: (1) kemajuan zaman; (2) Pengaruh kebudayaan setempat; (3) Agama."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S12713
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheny Alianto
"Pengobatan tradisional cina merupakan metode pengobatan yang menggunakan obat-obatan herbal alami, jarum akupuntur, dan berbagai alternatif lainnya. Dasar metode pengobatan ini adalah membangun sistem imun tubuh sehingga dapat melawan virus atau kuman penyebab penyakit. Pengobatan tradisional cina sekarang ini tidak hanya berkembang di Cina, melainkan sudah mulai berkembang di negara-negara Asia dan Eropa. Makalah ini membahas pengobatan tradisional cina secara umum, yaitu mengenai asal-usul pengobatan Cina, jenis metode pengobatan tradisional Cina, serta cara pemeriksaan yang dilakukan dokter (atau yang dikenal dengan sinse) kepada pasien.

Traditional chinese medicine is a method of treatment that uses natural herbal medicines, acupuncture needles, and various other alternatives. The base of this treatment method is to build the body’s immune system to fight the virus or disease-causing germs. Traditional is not only develop in China, but has begun to develop in Asia and Europe. This paper discusses traditional Chinese medicine in general, which is about the origin of Chinese medicine, the types of traditional Chinese medicine, and how the doctors (or known as sines) check the patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Haikal Milleza
"Sebagai salah satu titik dibangunnya MRT Tahap Dua di Jakarta, Glodok dirasa memiliki urgensi yang tinggi untuk dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai sebuah kawasan yang menerapkan Transit Oriented Development. Urgensi ini hadir karena beberapa hal yang salah satunya adalah karena populasi yang terus meningkat sehingga mengakibatkan tingginya jumlah lansia yang tentunya memiliki kondisi tubuh yang mengalami kekurangan kebugaran dan lebih rentan dalam terjangkit penyakit. Ditambah dengan kondisi banyaknya toko yang menjual obat tradisional cina disana membuat saya merasa bahwa kawasan Glodok ini memerlukan sebuah program berupa pusat pengobatan tradisional yang dapat menjaga kesehatan para lansia yang ada di kawasan Glodok serta menjadi pelengkap berupa pusat praktik pengobatan di tengah toko-toko eksisting yang menjual obat-obatan tradisional. Sehingga Glodok Traditional Chinese Healthcare (Shinse) ini pun hadir sebagai salah satu jawaban akan urgensi yang berkaitan dengan kesehatan para lansia yang ada disekitar. Dengan hadirnya Shinse ini diharapkan tidak hanya dapat menjadi naungan bagi kesehatan para lansia yang ada disekitar namun juga untuk memperkuat citra Glodok dari sebagai pusat kesehatan tradisional Cina di Jakarta.

As one of the nodes for the construction of MRT Phase Two in Jakarta, Glodok is felt to have a high urgency to be developed further as an area that implements Transit Oriented Development. This urgency exists for several reasons, one of which is the ever-increasing population, resulting in a high number of elderly who of course have a body condition that is deficient in fitness and is more susceptible to disease. Coupled with the many shops selling traditional Chinese medicine there, it makes me feel that the Glodok area needs a program in the form of a traditional medicine center that can maintain the health of the elderly in the Glodok area as well as a complement in the form of a medical practice center amid existing shops that selling traditional medicines. So that Glodok Traditional Chinese Healthcare (Shinse) is also present as one of the answers to the urgency related to the health of the elderly around. With the presence of Shinse, it is hoped that it will not only serve as a shelter for the health of the elderly around but also strengthen Glodok's image as a traditional Chinese health center in Jakarta."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Hardini
"Geji adalah wanita penghibur kelas atas yang hidup dalam masyarakat Cina tradisional. Kehidupan ge ji yang unik dan berbeda dari wanita Cina tradisional lainnya, justru menjadikan mereka sebagai golongan yang istimewa, tidak hanya di antara wanita-wanita, namun juga di dalam masyarakat Cina tradisional, khususnya pada masa dinasti Tang dan Song. Penulisan skripsi ini menerapkan metode kepustakaan dengan menggunakan buku-buku dan tulisan-tulisan yang memberikan informasi yang diperlukan, terutama mengenai kehidupan sosial, wanita, dan pelacuran. Dari pembahasan mengenai kehidupan ge ji ini saya menarik kesimpulan bahwa : sebagai suatu bagian masyarakat, ge ji tidak dianggap hina dan rendah seperti pelacur biasa, namun sebagai wanita, kedudukan geji dalam masyarakat tetap tidak lebih tinggi dari wanita biasa lainnya"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamba, Riani Uliana
"Skripsi ini membahas tentang salah satu bentuk kepercayaan dari masyarakat Cina tradisional yaitu kegiatan ramal mermal. Kegiatan ini. sudah dikenal oleh masyarakat Cina sejak ribuan tahun yang lain, hal tersebut dapat dibuktikan dengan ditemukannya catatan mengenai kegiatan ini dalam kitab-kitab sejarah Cina Kuno. Kegiatan meramal di Cina didasari oleh adanya pemikiran tradisional yang percaya pada kekuatan-kekuatan supraalami. Kekuatan itu diwujudkan menjadi berbagai macam konsep. Contohnya konsep Tian yaitu konsep kekuatan tertinggi yang menentukan Ming (nasib) semua makhluk hidup. Bagi masyarakat Cina yang percaya pada kegiatan ramal meramal ini, meramal bukan saja semata-mata hanya untuk menge_tahui masa depan seseorang saja (fortune teller). Bagi masyara_kat Cina tradisional meramal adalah untuk mencari jalan keluar dalam kesulitan hidup, mengetahui tindakan yang tepat: sesuai dengan kehendak kekuatan supraalami, bahkan ,juga sebagai penuntun menjalin kerjasama dengan manusia lain. Pada masa lain, kegiatan meramal ini mendapat tempat cukup..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S12968
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tumanggor, Rusmin
"Pemilihan judul ini dilatarbelakangi oleh pandangan bahwa kesehatan termasuk kebutuhan pokok. Hal yang menarik, mengapa pengobatan tradisional lewat racikan langsung unsur-unsur alam "natural" bersama upacara religi "supernatural" atau ramuan tradisional yang secara lokal disebut dengan pulungan roha-roha/pulungan hutahuta" masih diminati masyarakat Barus, di saat dunia mengalami kemajuan pesat dibidang pengobatan modern. Komunikasi relatif terbuka ke dunia luar. Buktinya agama-agama besar dapat menjadi anutan mayoritas masyarakatnya. Kristen, Islam disamping agama lokal Sipele Begu. Pranata pengobatan modern: Puskesmas, klinik-klinik pribadi dokter, bidan dan mantri hadir disini. Berada kota yang berpeluang bagi perubahan. Apalagi hampir di setiap desa terdapat warga masyarakat yang memiliki pesawat TV dengan parabolanya.
Dari itu yang menjadi permasalahan dalam disertasi ini adalah eksistensi pengobatan tradisional masih sangat kuat di kalangan masyarakat Barus di tengah-tengah era pembangunan kesehatan modern hingga sekarang. Karena itu pertanyaan penelitian ialah mengapa pengobatan tradisional masih dominan di kalangan masyarakat Barus? Mengapa mereka memilih model penggunaan ramuan tradisional seperti itu? Kepercayaan apa yang terdapat di baliknya? Bagaimana agama-agama yang dianut masyarakat bisa permisif terhadap model pengobatan setempat? Seberapa dalam keterkaitannya dengan nilai-nilai kebudayaan yang berlaku pada masyarakat tersebut? Atas rangkaian itu, penulis berhipotesa bahwa pengetahuan masyarakat Barus tentang kosmologi yang bersumber dari penafasiran mereka atas lintas berbagai agama dan kepercayaan yang diyakininya membawa kerukunan dan kedamaian hidup, menjadi pedoman umum mereka dalam melakukan interpretasi dan kegiatan pengobatan tradisional.
Tujuan yang ingin dicapai adalah substansi kebudayaan berupa pengetahuan dan kepercayaan yang mendorong praktek penggunaan ramuan tradisional dalam sistem pengobatan tradisional warga masyarakat Barus, sebagai kajian teoritis. Sementara signifikansinya berguna dalam memahami makna keragaman kebudayaan berkaitan dengan masalah biologi, psikologi dan sosial dalam pengobatan serta perencanaan SKN (Sistem Kesehatan Nasional) untuk kepentingan terapan.
Kerangka teori. Dalam pengembangan kerangka teori, dimulai dengan kajian atas tulisan para ahli tentang sistem kebudayaan yang meliputi ide sebagai intinya, aktivitas dan benda-benda kebudayaan berupa hasilnya. Dilanjutkan dengan analisa terhadap berbagai tulisan tentang sistem kepercayaan (belief system) yang meliputi kosmologi, makrokosmos dengan kekuatan gaibnya , dan mikrokosmos dalam kaitannya dengan pandangan mengenai kesehatan, penyakit dan penyembuhannya. Juga dikaji bagaimana hal itu berproses menjadi nilai kebudayaan kesehatan dalam masyarakat.
Karena data temuan memperlihatkan bahwa masyarakat Barus menggunakan ramuan tradisional tumbuh-tumbuhan, hewan, benda, diiringi dengan mantra dan jampi (tab's dart tonggo) Berta unit (kusuk) untuk hampir semua jenis penyakit maka teori yang relevan dikaji dalam penelitian ini adalah teori pengobatan lewat cairan "Hurnoral Medicine Theory" yang dikembangkan Hippocrates 460-357 SM dan teori pengobatan lewat manipulasi kekuatan gaib dan pemujaan secara agama 'Magico-Religious Medicine Theory" yang diketengahkan oleh Rivers 1864-1972 . Seberapa jauh faham ini berlaku atau menyimpang di Barus. Dengan kata lain kemungkinan bahwa di Barus memiliki teori tersendiri.
Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya kemapanan, penyerapan dan perubahan dalam pengobatan tradisional, juga dikaji teori perubahan kebudayaan dari Spradley, Boehisantoso, Suparlan, Kalangie dan Bodhihartono yang intinya sebuah kebudayaan akan mengalami perubahan jika ada: keharusan untuk adaptasi; inovasi; difusi dan terterima oleh masyarakat pendukungnya.
Pendekatan. Sesuai dengan data yang dibutuhkan adalah sistem kepercayaan dan pengobatan tradisional masyarakat yang mengacu pada pandangan mereka sendiri tentang dunianya maka pendekatan yang digunakan adalah "emik". Karena gejala perilaku kesehatan ini tidak akan dapat menjawab dirinya sendiri seutuhnya tanpa melihat kaitannya dengan gejala lainnya dalam satu sistem kebudayaan, dimana harus dilihat hubungannya dengan sistem kepercayaan dan unsur kebudayaan lainnya secara menyeluruh, maka pendekatan dalam pengumpulan data dilakukan secara "halistik" dan "sistemik".
Metode. Sesuai pendekatan tersebut maka metode yang digunakan bersifat kualitatif. Sehiugga yang dituju tersentral pada data yang sifatnya esensial dan substansial. Dan itu dalam pengumpulan data dilakukan lewat wawancara, diiringi observasi terlibat dengan frekuensi tinggi dan intensif, ditambah dengan photografi. Sementara informan terdiri dari para data 'dukun', pasien dan keluarganya, petugas pengobatan modern, orang tua-tua, pimpinan formal dan informal yang terdapat di Barus."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
D446
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tumanggor, Rusmin
"ABSTRAK
Pemilihan judul ini dilatarbelakangi oleh pandangan bahwa kesehatan termasuk kebutulian pokok. Hal yang menarik, mengapa pengobatan tradisional lewat racikan langsung unsur-unsur alam "natural" bersama upacara religi "supernatural" atau ramuan tradisional yang secara lokal disebut dengan pulungan roha-roha/pulungan hutahuta" masih diminati masyarakat Barus, di saat dunia mengalami kemajuan pesat dibidang pengobatan modern. Komunikasi relatif terbxika ke dunia luar. Buktinya agama-agama besar dapat menjadi anutan mayoritas masyarakatnya. Kristen, Islam disamping agama lokal Sipele Begu. Pranata pengobatan modern: Puskesmas, klinilc-klinik pribadi dokter, bidan dan mantri badir disim. Berarti kota yang berpeluang bagi perubahan. Apalagi hampir di setiap desa terdapat warga masyarakat yang memiliki pesawat TV dengan parabolanya.
Dan itu yang menjadi permasalahan dalam disertasi ini adalah eksistensi pengobatan tradisional masih sangat kuat di kalangan masyarakat Barus di tengah-tengah era pembangunan kesehatan modern hingga sekarang.
Karena itu pertanyaan penelitian ialah mengapa pengobatan tradisional masih dominstn di kalangan masyarakat Barus? Mengapa mereka memilih model penggunaan ramuan tradisional seperti itu? Kepercayaan apa yang terdapat di baliknya? Bagaimana agama-agama yang di anut masyarakat bisa permisif terhadap model pengobatan setempat? Seberapa dalam keterkaitannya dengan nilai-nilai kebudayaan yang berlaku pada masyarakat tersebut?
Atas rangkaian itu, penuhs berhipotesa bahwa pengetahuan niasyarakat Barus tentang kosmologi yang bersumber dari penafsiran mereka atas lintas berbagai agama dan kepercayaan yang diyakininya membawa kerukvinan dan kedamaian hidup, menjadi pedoman umum mereka dalam melakukan interpretasi dan kegiatan pengobatan tradisional.
Tujuan yang ingin dicapai adalah substansi kebudayaan berupa pengetahuan dan kepercayaan yang mendorong praktek penggunaan ramuan tradisional dalam sistem pengobatan tradisional warga masyarakat Barus, sebagai kajian teoritis. Sementara sifnifikansinya berguna dalam memahami makna keragaman kebudayaan berkaitan dengan masalah biologi, psitologi dan sosial dalam pengobatan serta perencanaan SKN (Sistem Kesehatan Nasional) untuk kepentingan terapan.
Kerangka teori. Dalam pengembangan kerangka teori, dimnlai dengan kajian atas tuliean para ahli tentang sistem kebudayaan yang meliputi idea sebagai intinya, aktivitas dan benda-benda kebudayaan berupa hasilnya. Dilanjutkan dengan analisa terhadap berbagai tvdisan tentang sistem kepercayaan (belief system) yang meliputi kosmologi, makrokosmos dengan kekuatan gaibnya , dan mikrokosmos dalam kaitannya dengan pandangan mengenai kesehatan, penyakit dan penyembuhannya. Juga dikaji bagaimana hal itu berproses menjadi nilai kebudayaan kesehatan dalam masyarakat.
Karena data temuan memperhhatkan bahwa masyarakat Barus menggimakan ramuan tradisional tumbuh-tumbuhan, hewan, benda, diiringi dengan mantra dan jampi (tahas dan tonggo) serta urut (kusuk) untuk hampir semua jenis penyakit, maka teori yang relevan dikaji dalam penehtian ini adalah teori pengobatan lewat cairan "Humoral Medicine Theory" yang dikembangkan Hippocrates 460-357 sM dan teori pengobatan lewat manipulasi kekuatan gaib dan pemujaan secara agama "Magico-Religious Medicine Theory" yang diketengahkan oleh Rivers 1864-1972 . Seberapa jauh faham ini berlaku atau menyimpang di Barus.
Dengan kata lain kemungkinan bahwa di Barus memiliki teori tersendiri. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya kemapanan, penyerapan dan perubahan dalam pengobatan tradisional, juga dikaji teori perubahan kebudayaan dari Spradley, Boehisantoso, Suparlan, Kalangie dan Bodhihartono yang intinya sebuah kebudayaan a lean mengalami perubahan jika ada: keharusan untuk adaptasi; inovasi; dihisi dan terterima oleh masyarakat pendukungnya. Pendekatan. Sesuai dengan data yang dibutuhkan adalah sistem kepercayaan dan pengobatan tradisional masyarakat yang mengacu pada pandangan mereka sendiri tentang dunianya, maka pendekatan yang digunakan adalah "emik". Karena gejala perilaku kesehatan ini tidak akan dapat menjawab dinnya sendiri seutuhnya tanpa melihat kaitannya dengan gejala lainnya dalam satu sistem kebudayaan, dimana harus dilihat hubungannya dengan sistem kepercayaan dan unsur kebudayaan lainnya secara menyeluruh, maka pendekatan dalam pengumpulan data dilakukan secara "hohstik" dan "sistemik".
Metode. Sesuai pendekatan tersebut, maka metode yang digunakan bersifat kuahtatif. Sehingga yang dituju tersentral pada data yang siffltnya esensial dan substansial. Dari itu dalam pengumpulan data dilakiikan lewat wawancara, diiringi observasi terhbat dengan frekuensi tinggi dan intensif, ditambah dengan photografi. Sementara informan terdiri dari para datu dukun', pasien dan keluarganya, petugas pengobatan modern, orang tua-tua, pimpinan formal dan informal yang terdapat di Barus.
Wilayah dan kehidupan masyarakat Barus. Wilayah Barus memiliki kekayaan flora dan fauna dan sumberdaya laut dan potensi hidrogen. Semua ini menjadi dasar mata pencaharian penduduk. Kaya dengan simpanan situs kepurbakalaan Tiongkok, Persia/Timur Tengah dan India maupun artefak karya putra Barus sendiri. Dalam lintasan sejarah, Barus terkenal dengan ke-bahari-an, j^QQ^aritiman, perdagangan, kota penuh misteri, mitos dan legendaris. Diperkirakan 6000 Tabun sM telah ada kehidupan manusia di Barus.
Sewaktu penulis melakukan penelitian tahun 1995 , di Desa Lobu Tua sedang diadakan Perayaan Peringatan Lobu Tua 5000 tahun yang dihadiri oleh Penganut dan Pemuka Agama Islam, Kristen dan Sipele begu setempat dan Pemda Tk. II. Demikian diyakini masyarakat Barus sekahpun tidak semua di dukung oleh data akurat dilihat dari pendekatan ilmiah yang selama ini digunakan untuk Barus.
Dari sudut perdagangan, dari Barus sangat terkenal kapur barus (getah/kristal sejenis kayu) asH dari Barus yang bernama hayu hapur, kemenyan dengan nama haminjon, dll. Khusus kapur barus dari wilayah inilah berkembang ke seluruh dunia. Hal ini penulis yakini dengan melihat nama kapur barus terpakai di negara manapun dalam rangka menyebutkan kapur barus yaitu dasar kapxir dan penuhs hubungkan dengan proposisi Boedhisantoso el."Perkembangan kebudayaan di suatu masyarakat tidak satupun yang lepas dari pengaruh kebuadayaan lainnya karena keterbatasan setempat." Dengan kata lain "Tidak akan lahir satu kosa kata sesuatu bahasa masyarakat di suatu wilayah pendukung kebudayaan, jika disitu tidak terdapat sumberdaya 'resources.
Dari segi keagamaan, di Barus telah lama hidup agama lokal yaitu Sipele Begu (pembauran animisme, dinamisme dan pohteisme). Kemudian dipengaruhi kosmologi Tionghoa kuno agama RU hingga Prasejarah yang belakangan berwujud agama seperti Taoisme dan Konfusionisme oleh Tsyou dan Kong Fu Tse dengan adanya kepercayaan Shang Ti (dapat kesaktian dari Tuhan) dan Hong (Raja Setan) pada masyarakat Barus. Kemudian dipengaruhi agama Hindu dan Budha dari India tetapi tidak utuh dan tak bertahan lama. Selanjutnya masuk agama Yahudi kalau tidak dan masa Nabi Musa dengan kitabnya Taurat atauprm setidaknya dari masa Nabi Daud dengan kitabnya Zabur.
Terakhir masuk Islam dan Kristen pembawa ajaran Monoteisme. Kecuah Kristen, semua mi tergambar pada kosmologi dan kedukunan Barus. Dari Barus ini terkenal dua ulama dan ilmuan besar dizamannya yaitu Hamzah Fansuri dan Abdurrauf Al-fansuri. Keduanya pernah mengajar di Banda Aceh/Kutaradja-lama, sekitar abad 17 dan Abdurrauf Alfansuri diabadikan namanya pada Perguruan Tinggi Negeri terkenal di Banda Aceh dengan mengambil nama tempat pemukimannya yaitu Universitas (Tengku/Kiyai/Ulama-pen) Syiah Kuala Darussalam. Adapun keorganisasian sosial yang hidup hanyalah keagamaan dan oTTii kopGrasx luar d-o-lzhQii/ tlcl tolu sGcaxa informal dan infGnsl^* Transportasi SGtampat, ada dangan jalan kaki, kuda, SGpada, rakit, motor dan mobil angkutan antar kocamatan dan Ibu kota. SomGntara kesenian adalab gondang, opara, sikambang, tarian-tarian malayu, ukirukiran dan ornaman. Bahasa adalah bahasa Tapanuli, Malajm/Pasisir dan Pakpak Dairi.
Palayanan kesehatan modarn tardiri dari Puskesmas dan Balai Kesahatan, Klinik pribadi dangan tanaga para doktar, mantri/parawat dan bidan. Adapun jumlah doktar 4 orang, bararti 1: 19.018 panduduk. Bidan 19 orang, bararti 1: 782 KK dan parawat 45 orang, bararti 1; 1690 panduduk. Sadangkan jumlah datu kasaluruhannya (kacuali 8 dasa yang tidak mangirimkan nama datunya), 242 orang dangan parincian 186 di Barus 56 di Manduamas. Bararti satu datu untuk 314 pandudiik. Satiap Dasa mamiliki ± 5 datu.
Dari sagi pemerintahan, di Dasa Lobu Tua ditamukan sabuah bantang yang diperkirakan abad ke 8 - 12, tempat raja dsin keluarganya yaitu orang Arab. Ada juga yang mangatakan pada abad ka 10 (929 M) Barus sabagai Ibu kota Sriwijaya. Kamudian pada abad ka 11 s/d 16 Barus dikuasai raja-raja Acah. Abad ka 17 Balanda masuk dan juga rajaraja Minangkabau hingga abad ka 19. Sahingga raja-raja lokal dibawah jajahan itu. Abad ka 20 Jepang dan Sakutu masuk, dan parang kamardakaan olah rakyat. !Merah putih barkibar, raformasi barjalan, Barus tinggal kanangan dan nyaris tarlupakan.
Kehidupan Ma^yarakat Barus dapat dilihat dari babarapa sudut. Mata pancaharian pada umumnya adalah tani sawah, nalayan dan tukang secara musiman. Jika dilihat dari tingkat pandapatan penduduk, kuahtas pariimahan masyarakat, pamilikan lahan, transportasi dan tarnak, Barus targolong miskin dan sangat miskin. Pandangan hidup dan keteraturan dalam kehidupan. Adapun paiidangan hidup "world view"/"Weltanschauung" masyarakat Barus yakni gigih maraih kahormatan, kakayaan dan katurunan yang manyabar. Tujuan akhir yang ingin dicapai dari sini, pada tingkat personal dapat hidup sampuma. Semantara di tingkat sosial dimilikinya horas 'keutuhan' sabagai centra dari core culture masyarakat Barus. Tempat mawujudkannya adalah melalui pranata keorganisasian sosial dalihan na tolu 'tiga tungku' yang tardiri dari saudara samarga, pihak marga pamberi wanita dan pihak marga panarima wanita. Disini terjadi penggalangan potensi setiap adanya kewajiban dan hak dalam menghadapi suka d\ika dalam hidup kekerabatan, termasuk soal kesehatan dan pengobatan. Semua ini diyakini sesuai yang dicontohkan Tiihan dan arwah leluhur.
Masyarakat pesisir menghubimgkannya dengan jaringan "sumando": orang tua, mertua, anak menantu, abang ipar, adek ipar, cucu, dll. Dikaitkan pula dengan nilai-nilai budi pekerti ajaran Islam. Kosmologi asli masyarakat Barus terdapat pada Pustaha 'kumpulan ilmu' Batak, yang terbuat dari kulit ka5ni. Isinya meUputi: tumbaga huling 'dinding baja' yang mencakup; keagamaan, kerajaan dan adatistiadat. Satu lagi adalah sura agong 'pikiran dalam kegelapan', yang mencakup: paperangan, pekerjaan dan kedukunan, Semua ini adalab sesuatu yang masib gelap untuk diasumsikan dan diprediksi. Melalui pembabasan dalam sura agong inilab akan terang jalan keluarnya. Penganut Sipele Begu menganggap ini sebagai kitab suci. Sementara ummat Islam dan Kristen yang memilikinya memandang sebagai kitab pusaka yang mengandung tuab atau kesaktian "mana". Baik untuk memabami tumbaga huling maupun untiik sura agong, ablinya adalab datu.
Adapun isi kosmologi mebputi kebidupan di dunia macrokosmos yaitu tempatnya berbagai kekuatan supernatural dengan alam gaibnya. Tempat ini terdiri dari dunia atas dan dunia bawab. Ada pula kebidupan di Dunia Tengab atau mikrokosmos sebagai natural tempat tinggalnya manusia, tmnbub-tumbuban, bewan, benda-benda dengan rob serta kesaktian "mana" masing-masing. Manusia adalab anak cucu dari Tuban yaitu dari anak Tuban yang pertama turun ke Bumi "Boru Deak Parujar dan Raja Odap-odap" di kaki gunung "Pusxik Bubit" di pinggiran Danau Toba. Lokasi inilab yang disebut "Batakna" yaitu areal perumaban cucunya Tuban Pencipta. Inilab dasar kata "Batak".
Sementara yang beragama Islam dan Kristen nama-nama Tubannya berubab, akan tetapi makbluk gaib lainnya dan manusia, tetap sama. Baik eksistensi maupun fungsinya. Warga masyarakat Barus juga mempunyai sistem kategorisasi dan keteraturan hidup. Alam supernatural dan natural adalab tempat pencipta dan ciptaannya. Alam juga memiliki jenis, sifat berpasangpasangan, bertentangan maupun netral. Ada Tuban Pencipta, Tuban- Tuban Ciptaan-Nya, Anak-Anak Tuban, Pembantu, setan (di udara, darat, laut dan pelimbaban), jin (di laut), rob (manusia, bewan, tumbubtumbuban dfjn benda). Alam natural terdiri dari benda bumi (dengan kandungan besi, air, tanab, udara/angin), bulan (yang melabirkan ikbm sejuk), mata bari (yang melabirkan ikbm panas), dan bintang (pemberi tanda dan arab).
Keteraturan hidup dapat dicapai lewat manjalankan bak dan kewajiban antara diri dengan lainnya. Jika tidak terjadilab gangguan bidup berupa ketidak barmonisan. Diantara akibatnya adalab terserang penyakit wabah "epidemi" secara massal, penyakit akut atau kronis maunpun beresiko kematian keluarga serta pribadi.
Konsepsi tentang kesehatan. Konsepsi masyarakat Barus tentang sehat, yaitu: sehat badan, jiwa dan roh. Badan bisa menikmati makan dan mengeluarkan sisanya tanpa kelainan perasaan dari kenikmatan biasa. Mampu berketurunan, bersih, dapat melakukan tugas sehari-hari. Mwa dapat berpikir lurus, perasaan gembira, beribadah sesuai perintah Tuhan. Tidak mudah dimasuki makhluk halus. Rohnya sanggup memikul beban yang ditimbulkan oleh kegiatan phisik dan jiwa.
Sumber kesehatan dapat diperoleh dari perlindungan, usaha diri sendiri dan tidak ada pengguna black-magic yang mengganggu. Konsepsi masyarakat Barus tentang sakit adalah kebalikan dari keadaan di atas tadi yang intinya dapat melakukan tugas sehari-hari. Warga masyarakat juga melakukan kategorisasi penyakit. Sakit badan meHputi penyimpangan dari segi bobot, bentuk, dan rasa. Sakit jiwa mehputi keturiman, setan/jin dan perbuatan sendiri. Sementara itu sumber penyakit ada yang dari Tuhan, makhluk halus, manusia dan berbagai kekuatan alam.
Masyarakat Barus juga mempunyai konsep tentang penyembuhan yaitu prinsip penyembuhan kembah kepada penyebab peny^t tadi.
BabV
Penyembuh tradisional "Datu" dalatn masyarakat. Orang-orang yang dipercayai imtuk menganalisa pengobatan lewat penggimasin ramuan tradisional yang diirmgi sejumlah aktivitas ritual dan seremonial kepercayaan tertentu, disebut datu.
Datu terdin dari beberapa hategori. Berguru dan bukan berguru tetapi lewat kemasukan, mimpi maupim bisikan hati. Kategori yang disebut terakhir mi umumnya tidak mau disebut datu. Alasannya datu yang berguru cendrung melekat pada dirinya kemampuan mengobati dan membuat penyakit sementara mereka tidak. Datu terdiri dari datu bolon 'dukun besar' dan datu gelleng 'dukun kecil'. Ada juga yang disebut datu parangas-angas, menguasai banyak atau hanya satu ilmu pengobatan, tetapi sangat telaten atau beken.
Motivasi jadi datu mehputi; pewarisan budaya, perhndungan, sosial kemanusiaan, keamanan, ekonomi, dan bakat. Khusus yang berguru, proses belajar mengajar antara guru dengan murid berlangsung secara rabasia (esoterik) dan umumnya satu persatu. Murid melihat cara datu berpraktek, mencatat nama-nama obat, mantra dan jampi yang digunakan untuk setiap jenis penyakit serta menghafalnya.
Sesudah jadi datu, tidak boleh sombong, tidak materiahs, penyabar, dan makanan pemberian pasien tidak boleh dikonsumsi sendiri tetapi dibagi-bagikan kepada kerabat, tetangga, disamping dengan pasien sGndixi. B©rarti ada nilai psmbinaan. kButuhan tsritorial..
Selanjutnya terlihat pula historis dan huhungan antara Datu dengan Pasien dan Keluarganya dan dengan Masyarakatnya. Hubungan datu, pasien dan kelurganya sangat akrab. Pengobatan selalu diawali dengan tarombo 'membuka silsilah kekerabatan dan hubungan kemargaan'. Adapun acuan pedotnan kegiatan hadatuon meliputi. Pustaha yang isinya berupa Hmu-ilmu Batak yang dipengaruhi pula oleh berbagai sumber yakni kosmologi dan sistem kepercayaan Tiongkok kuno (dengan adanya tertera di Pustaha konsep shang ti 'kesaktian yang dititiskan penguasa langit terhadap seseseorang'. Selanjutnya oleh agama Yahudi, kalaupun tidak dimulai dari agama yang dibawa Nabi Musa dengan kitabnya Tairrat seminimalnya dari agama yang dibawa Nabi Baud dengan kitabnya Zabur (dengan tercantumnya di Pustaha pernyataan "Debata Batara Guru mertua dua Raja Sulaiman"lp\itra. Nabi Daud).
Seterusnya adalah dari Qur 'an dan Hadits (Islam), Tajul Muluk (Taj Al Mulk) oleh Ulama-ulama Islam, Rangkaian ritual dan do'a -do'a mujarrabat oleh 'ulama-ulama Islam, mantra dan jampi serta ramuan lewat mimpi, mantra dan jampi serta ramuan seketika dari bisikan hati, do'a dan ramuan dari kemasukan. Terakhir adalah kumpulan catatan datu-datu . Ada yang dari kosmologi dan sistem kepercayaan Tiongkok kuno (dengan adanya mantra dan jampi yang diawah dengan Hong! (Raja Setan! menurut para datu) yang dalam kosmologi dan teologi Tionghoa kuno bernama "Kwang Khong" dibaca "Kwan Hong" (Dewa Neraka). Selebihnya adalah mantra dan jampi rekayasa berupa inovasi dari para datu itu sendiri lewat berbagai pedoman di atas.
Bab VI
Penggunaan ramuan tradisional dalam pelestarian kehidupan dan upaya penyembuhan. Masyarakat menyatakan ini semua sebagai pengobatan "parubaton". Dalam pelestarian kehidupan, ramuan tradisional digunakan untuk: pengembangan (konstruktif) bagi kesehatan,. antara lain uras jabu 'membersihkan rumah' dan partahanan pamatang 'menyegarkan badan'; mengatasi berbagai masalah berupa pencegahan (preventif) pribadi seperti, terkena darah sial, keluarga seperti memindahkan kubiuran anggota keluarga sesuai mimpi kerabat, masyarakat seperti, penentuan waktu turun ke sawah.
Bagi penyembuhan (kuratif) mehputi: Penyakit alami "na somal/angin" seperti perubahan cuaca, ± 93 macam penyakit. Penyakit rekayasa manusia "pambaenan ni halak" /"black-magic" ± 12 macam seperti hona rasun. Kemudian penyakit intervensi makhluk gaib/supernatural "sahit sian ginjang/alogo" yang mehputi dari arwah leliihur, setan, jin atau Tuhan pencipta ± 13 macam seperti, na denggan basa/na elok baso/bunga.
Penggunaan ramuan tersebut dilatarbelakangi oleh pengetahuan mereka tentang kandungan ramuan tradisional yang bersumber dari pandangan teologi, konsep-konsep natural/sekuler serta pengetahuan pelaksana pengobatan modern yang ada di Barus.
Kandungan pada ramuan tradisional meniurut masyarakat: zat penambah, pengurang, pengimbang, pembunuh bakteri, makna simboHs, pembujukan, pengusiran penyakit atau sumbernya. Dari 129 species, 128 genus serta 74 family tumbuh-tumbuhan yang telah teridentifikasi khasiatnya menurut pengobatan modern, 51 species (39,5%), 60 genus (46,8%), 25 family (33,7%) terdapat persamaan pandangan dengan pengobatan tradisional, disamping berbagai perbedaan. Seperti, bulung ni sia (Adenostemma lavenia) sama-sama dinyatakan bisa mengobati penyakit mata, demam, diare, batuk Han penyakit perut.
Datu juga mempxmyai tehnik diagnosa dan pengobatan lewat ramuan tradisional. Prosedure dan peralatan diagnosa dilakukan dengain: menatap wajah dan tubuh pasien saja; memakai kunjdt; menggnnakan geleta atau stoples; gerakan beliung; menabiar beras; kemasan sirih; jeruk purut atau jeruk nipis; kemasukan; mimpi; bisikan/gerakan hati. Mengiringi ramuan tradisional adalah ritual dan seremonial dari magik-religi. Ritual dimaksud adalah upacara yang bersifat tatacara pemujaan, persembahan dan peribadatan. Seremonial, adalah upacara yang bersifat perayaan.
Prinsipnya, ritual dan seremonial dari magik-reHgi mesti dirangkaikan kepada setiap penggunaan ramuan tradisional. Alasannya, disatu sisi, alam memihki kekuatan dahsyat yang tersembun5d diluar kenyataan sehari-hari. Dari itu magik saat diperlukan dapat dimanfaatkan. Di sisi lain, difahami bersama, semua alam datang dari Maha Pencipta. Bahkan seluruh datu dan bukan saja datu penganut agama Sipele Begu tetapi sebahagian datu (Islam dan Kristen) menyatakan kitapun bahagian dari Tuhan. Oleh karena itu kita mesti minta kepada Tuhan atas penggunaan semua ciptaannya imtuk obat supaya dapat keberkahan. Permintaan itu dilakukan dalam bentuk tabas (jampi) dan tonggo (mantra) dengan konsentrasi tinggi "haripat". atau makrifat. Kalau haripat-nya tinggi, yang berbicara itu bukan lagi kita (datu) tetapi sudah Tuhan. Jadi "kata-kata itulah Tuhan dan Tuhan adalah kata-kata itu" (Hata i Do Debata, Debata do hatai/Keccek kito tu anyo Tuhan,Tuhan anyo keccektu). Nampaknya pernyataan ini ada hubungan dengan ajar an Sipele Begu disatu sisi, faham tasauf "Wahdatul Wujud" Hamzah Fansuri di sisi lain. Sehingga menggambarkan berpengaruhnya kedua faham tersebut ke dunia hadatuon di Barus. Adapun model tahas dan tonggo meliputi: bujukan, kemarahan dan rajukan serta pengusiran. Sebagai contoh:"... Binsumirloh dirahaman dirahamin... rangkaian jampi dan mantra.. sah" (keluarlah).
Lebih lanjut dapat pula kita ketahui adanya persentuhan sistem pengobatan tradisional dengan sistem pengobatan modern dalam keyakinan dan praktek pengobatan masyarakat Barus. Adapnn sejumlah alasan yang melatarbelakangi kepercayaan warga masyarakat terhadap efektifitas pengobatan tradisional, sbb: Karen a badan manusia terdiri dari isi (zat) alam, dan isi alam dan Tuhan, dimana manusia juga pimya hubungan dengan kekuatankekuatan gaib lainnya selain Tuhan, maka ramuan tradisional yang asalnya dari bumi dan juga ciptaan Tuhan, pasti ramuan tradisional tersebut sesuai dengan kesehatan manusia. Ramuan tradisional ini gabimgan dari isi/zat pada alam diperkuat dengan mantra dan jampi termasuk do'a, diiringi dengan urut badan pasien sebagai syarat sampainya ramuan ke tubiih dan jiwa pasien lewat mediator yaitu datu. Adapun kemudahan ramuan tradisional menurut masyarakat Barus, obatnya mudah didapat di sekitar rumah sendiri, tetangga, desa, desa lainnya atau hutan sekeliling wilayah Kecamatan. Kunjimgan ke datu, hubungannya penuh keakraban dan biaya terjangkau. Sekahpun bahan ramuannya terkadang agak mahal, tapi sasaran pengobatannya lebih meyakinkan dibandingkan dengan pengobatan modern. Di sisi lain, menyangkut sistem pengobatan modern dalam kehidupan masyarakat. Pertama, pengobatan modern telah masuk sejak 1920-an. Namun hingga tahun 1960-an warga masyarakat jarang sekah yang mau berobat ke Puskesmas Balai Kesehatan , mantri maupun bidan.
Pada tahun 1970-an untuk sejumlah jenis penyakit dalam kasus sangat terdesak sudah banyak yang mulai ke Puskesmas, mantri atau bidan. Tahun 1980-an berkembangnya Puskesmas dan Program KKB, warga masyarakat semakin dekat dengan jasa pengobatan modern. Diakui ada sejumlah kemudahan pelayanan sistem pengobatan modern. Obat-obatnya telah dikemas, tidak perlu dicari lagi. Sejumlah penyakit cepat dapat disembuhkan seperti mencret, demam karena influensa, menghentikan pendarahan waktu luka.
Kelemahan pada sistem pengobatan modern menurut masyarakat mehputi: obat-obatnya sering agak usang dan cepat cair berderai; sejumlah penyakit black-magik dan supernatural, tidak dapat disembuhkan pengobatan modern; pelaksana pengobatan modern masih banyak yang tidak mau kompromi penuh kesombongan. Namim demikian menurut para datu dan sejumlah pasien, prospek hubungan pengobatan modern dengan pengobatan tradisional, sudah terlihat akan ada titik terang. Buktinya akhir-akhir ini sejumlah penyakit yang tidak tertanggulangi oleh pelaksana pengobatan modern, diserahkan dan setidaknya ada juga yang sekedar dianjurkan ke datu. Dengan demikian sekalipun masih banyak hal dan wilayah di tanah air yang mesti distudikan, akan tetapi jika contoh ini terpolakan, langkah ke arah kerjasama, menimjukkan kegembiraan sesuai harapan Sistem Kesehatan Nasional (SE[N).
Bab VIII
Akhirnya dapat diketahm pertalian: pandangan hidup, kosmologi, sistem-sistem kepercayaan dan sistem pengobatan tradisional pada masyarakat Barus. Kebudayaan dan kepercayaan berfungsi terhadap penggunaan ramuan tradisional. Kebudayaan telah memberikan persingkat berupa model-model pengetahuan sebagai pedoman kehidupan umum. Sementara kepercayaan memberi kajian keyakinan tentang hubrmgan dunia nyata dengan nirnyata lewat hak dan kewajiban yang tertuang dalam ritual dan seremonial. Salah satu unsur terkait dengannya adalah soal kesehatan, penyakit dan penyembuhan.
Core culture masyarakat Barus adalah haras 'keutuhan hidup' yang akan tercapai hanya dengan sarimatua 'kesempirrnaan hidup' lewat perolehan kehormatan, kekayaan, dan keturunan yang menyebar dan inovatif.
Untuk kesempurnaan hidup perlu dibina kehangatan hubimgan makhluk hidup di diuna tengah dengan Tuhan di dunia atas dan dengan roh-roh orang yang telah mati di dunia bawah. Ketiga dunia ini diikat oleh satu pohon besar. Disinilah perlunya upacara yang bersifat ritual dan seremonial beserta pengorbanannya.
Kaitannya terhadap penggunaan ramuan tradisional tumbuh dari pandangan bahwa semua yang ada di bumi adalah ciptaan Tuhan untuk menghidupi manusia. Dan semua kehidupan diikat dengan tumbuhan sebagai landasan filosofis kehidupan dan pengobatan masyarakat Barus. Ketidak^eimbangan semua unsru melahirkan penyakit pada manusia. Oleh karena itu, dalam upaya penyembuhan harus juga menggunakan ramuan tradisional. Karena semua punya roh, roh ramuan perlu dibujiik dan dimohon keizinan pemanfaatannya. Dari itu perlu rangkaian tabas 'mantra' dan tonggo 'jampi'.
Dari uraia tadi dapat pula kita deskripsi teori sistem pengobatan tradisional yang berlaku pada masyarakat Barus yang mendukung hipotesis dalam disertasi ini. Hipotesis yang berbunjd pengetahuan masyarakat Barus tentang kosmologi yang bersumber dari penafsiran mereka atas lintas berbagai agama dan kepercayaan yang diyakininya membawa kerukunan dan J^^danxaian hidup^ mcnjadv psdanxan^ "LLtnum m^j^cka daLatn m^IfakiLkan interpretasi dan kegiatan pengobatan tradisional, terbukti dalam penelitian ini. Yaitu, sistem pengobatan tradisional pada masyarakat Barns merupakan likwidasi kepercayaan tentang huknm alam (natural) dengan kepercayaan religi (supernatural) secara ganda dan sinkretis kedalam idea hingga aktivitas pengobatan dan pembuatan obat. Berarti keran^a teori pada Bab I terbukti dalam penelitian, dengan beberapa perubaban yaitu, rob manusia, tumbuban, bewan, benda, ikut mempengarubi kondisi kesebatan, penyakit dan penyembuban yang tadinya tidak terpikirkan oleb penxdis. Kerangka teori finalnya terlibat
Halam Bab VIII.
Oleb karena terdapatnya kepercayaan antar lintas dari penganut rebgi (Islam, Kristen, Sipele Begu) dalam penggunaan mantra dan jampi untuk pengobatan, dimana masyarakat pengguna dan para datu mengakm keberadaan eksistensi Tuban antar penganut Agama dan dapat digunakan imtuk menolong dalam upaya pengobatan lewat mantra dan jampi kepada Tuban penganut agama lain itu sebagai tetangga Tubannya, disamping dipercayai ada xmsur alam yang berpengarxib terbadap kesebatan yang berpangkal dari alam tumbub-tumbuban, hewan dan benda sertamerta robnya, maka teori pengobatan tradisional yang berlaku di Barus adalab "henotheism-natural medicine theory" atau "teori pengobatan lintas kepercayaan dan alamiah". Berarti penggabungan konsep teori Hippocrates dan Rivers.Menyinggang teori perubahan dari Spradley, Boedhisantoso, Suparlan, Kalangie dan Boedhihapitoao, dari konsep horas, terjadi penyerapan keyakinan religi terhadap pengobatan. Metode pengembang agama-agama besar yang masuk ke Barus yang lebih bersifat sosiologis ketimbang teologis, membuat sinkretisme agama-agama termasuk pengarunya terhadap memahami upaya pengobatan. Sulitnya warga masyarakat menerima pengobatan modern, karena konsepnya sangat jauh dari sistem kepecayaan masyarakat. Karena itu umur penggobatan tradisional ini masih sangat lama.
Bab IX
Kesimpulan. Dalam berbagai penubsan teori pengobatan tradisional sebelumnya rasanya belum pernab ada yang mengetengabkan teori ini. Demikianlab ringkasan sebagai pengantar untuk mengetabui irraian lebib rinci dalam sembUan bab disertasi ini. Semoga ada manfaatnya."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
D406
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>