Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82397 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Arsip Nasional RI, 1982
959.8 MAL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Budhy Kusworo
"ABSTRAK
Kebudayaan suatu bangsa menentukan kelangsungan hidup bangsa yang bersangkutan. Kata-kata ini merupakan kesimpulan dari apa yang dinyatakan oleh Spradley dan Rynkiewich, dan juga oleh Parsudi Suparlan. Spradley dan Rynkiewich (1975:7) menyatakan, "Kebudayaan menunjuk pada pola-pola tingkah-laku dan kepercayaan yang diterima secara umum oleh para anggota suatu masyarakat. Ia merupakan ketentuan-ketentuan untuk memahami dan menciptakan tingkah laku yang menjadi kebiasaannya. Kebudayaan mencakup kepercayaan, norma-norma, nilai-nilai, asumsi-asumsi, harapan-harapan, dan rencana-rencana untuk bertindak. Ia merupakan kerangka di dalam mana orang melihat dunia sekitarnya, menginterpretasikan peristiwa-peristiwa dan tingkah laku, dan mengadakan reaksi terhadap realitas yang diserapnya.
Senada dengan arti kebudayaan tersebut di atas, Parsudi Suparlan (1986:2) mengemukakan "Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat model-model pengetahuan, yang secara selektif digunakan oleh para pendukung/ pelakunya untuk menginterpretasi dan memahami lingkungan yang dihadapi, dan digunakan sebagai referensi atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. Karena itu kebudayaan adalah blueprint, desain, atau pedoman menyeluruh bagi kehidupan manusia.
Kebiasaan berpikir rasional dan religiusitas merupakan nilai-nilai budaya yang sangat meresap dalam kehidupan sosial di Amerika. Dilihat dari segi fungsi bekerjanya, kedua nilai budaya ini sama-sama bersumber dari kemampuan manusia, namun melalui fungsi yang berbeda. Berpikir rasional bersumber dari rasio atau akal budi, sementara penghayatan agama bersumber dari hati manusia. Akal budi memberikan kemampuan kepada manusia untuk berpikir secara rasional, yaitu mengerti hubungan sebab dan akibat beserta menarik kesimpulan secara kausal logic. Kesadaran hati manusia memberikan kemampuan untuk menggunakan perasaannya, memberikan kemampuan menetapkan perasaan moralnya, yaitu penghayatannya tentang benar dan tidak benar dalam menilai tindakannya maupun perlakuan yang diterimanya yang datang dari luar dirinya."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noerhadi Magetsari
"Pernyataan P. J. Zoetmulder dalam karangannya yang berjudul "The significance of the study of culture and religion for Indonesian historiography", bermaksud menekankan peranan yang dimainkan oleh agama dalam kebudayaan. Masalah dinyatakannya, bahwa tidak ada satu pun kebudayaan di dunia ini yang lepas dari pengaruh agama. Kenyataan ini baginya berlaku juga bagi kebudayaan indonesia, terutama kebudayaan indonesia kuno. Dari data arkeologi, dapat diketahui bahwa sebagian besar data itu berhubungan erat dengan peninggalan keagamaan. Dengan lain perkataan, hasil kebudayaan yang dipersembahkan bagi tujuan-tujuan keagamaan dibuat dari bahan yang lebih tahan dari pada hasil kebudayaan yang ditujukkan untuk mempertahankan hidup. hal ini tiada lain hanya menuntun kita ke arah perkiraan, bahwa hasil kebudayaan yang mencerminkan agama lebih bertahan dari hasil kebudayaan yang mencerminkan kehidupan sehari-hari, seperti yang dinyatakan oleh Zoetmulder itu.
Namun demikian, peranan agama yang demikian besar pengaruhnya terhadap kebudayaan itu, dalam dunia penelitian atas kebudayaan Indonesia Kuno, kurang mendapat tempat yang sewajarnya. Lebih-lebih pada penelitian Indonesia Kuno, para peneliti memalingkan perhatian dari agama itu sendiri. Proses penganutan Agama Buddha dan agama-agama Hindu lebih dilihat dari segi perubahan kebudayaan, bahkan sebagai proses pembudayaan. Sebagai akibatnya, yang menjadi permasalahan ialah proses masuknya Kebudayaan India ke Indonesia, siapa pembawanya, dan baru kemudian dipermasalahkan peranan kebudayaan 'lokal' itu. Dari sudut metode, permasalahan ini juga selalu mengarahkan penelitian untuk melakukan pendekatannya dari sudut pandang India, atau sebagai proses 'Indianisasi'. Demikianlah masalah agama menjadi tenggelam dalam masalah kebudayaan, dalam arti sebagai permasalahan ilmiah penelitian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1982
D202
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geertz, Clifford
Yogyakarta: Yayasan Bentang Indonesia, 2000
959.86 GRE nt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rusli Andi Atjo
"History of independence movements in Maluku, Indonesia during the 16th century"
Jakarta: Cikoro Trirasuandar, 2008
959.85 RUS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Toto Prihadi
Jakarta: PPM, 2008
658.151 TOT s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Vevi Ratna Sari
"Skripsi ini berisi tentang bentuk, hiasan, dan keletakan relung-relung candi Hindu dan Buddha di Jawa Tengah pada abad ke-8--10. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bentuk, hiasan, dan keletakan relung-relung candi Hindu dan Buddha dan melihat persamaan dan perbedaannya, serta diharapkan dari penelitian ini menambah pengetahuan mengenai perbedaan fisik yang terdapat di candi Hindu dan Buddha. Dalam penelitian ini dilakukan pengidentifikasian relung-relung yang terdapat di candi Hindu dan Buddha di Jawa Tengah pads abad ke-8-10, balk itu berupa data lapangan maupun studi kepustakaaii. Hasr1 penelitian lapangan dan kepustakaan ini kemudian diklasifikasikan secara umum (bentuk, bingkai relung, dan hiasan), dan diklasifikasikan lagi berdasarkan kronologi relatif yang telah dilakukan oleh peneliti.-peneliti sebelumnya. Pada tahap pengolahan data, hasil klasifikasi tersebut dianalisis dengan cara perbandingan terhadap masing-masing relung Hindu, masing-masing relung Budhha dan perbandingan di antara keduanya untuk mendapatkan hasil akhir. Hasil penelitian menunjukkan dari 28 jenis relung Hindu dan enam belas jenis relung Buddha terdapat tujuh bentuk relung, yaitu bentuk empat persegi panjang, empat persegi panjang dengan puncak busur lemah, empat persegi panjang dengan puncak busur tinggi, empat persegi panjang dengan puncak segi tiga, empat persegi panjang dengan puncak seperti puncak huruf M, empat persegi panjang dengan puncak seperti puncak huruf M ganda, dan empat persegi panjang dengan puncak lengkung kurawal. Diketahtu bentuk yang dominan dari relung Hindu adalah bentuk empat persegi panjang, sedangkan untuk bentuk relung Buddha adalah empat persegi panjang dengan puncak busur lemah dan empat persegi panjang dengan puncak seperti puncak huruf M. Untuk hiasan relung, umumnya pada candi Hindu dan Buddha sama, yaitu hiasan kola-makara dengan lidah api atau pilaster. Keletakan yang paling umum pada relung Hindu adalah tiga relung utama yang masing-masing berada pada dinding luar bagian utara, selatan, dan timur atau barat sesuai dengan arah hadap candi dan dua relung penjaga yang masing-masing terletak di kanan-kiri pintu masuk, sedangkan pada relung Buddha setiap candi memiliki keletakan yang berbeda-beda dan umumnya berada di dalam bilik. Sehingga dapat dikatakan untuk membedakan relung Hindu dan Buddha tidak dapat dilihat dari bentuk dan hiasannya, tetapi dapat dilihat dari keletakan relung-relung tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12038
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwin, Graham
Kuala Lumpur Dewa Bahasa dan Pustaka 1986
959.5 I 383 nx
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sarjiyanto
"Pengadaan perkebunan pala oleh Belanda di Banda yang melibatkan tenaga budak merupakan usaha paling awal di wilayah Asia, terutama di Kepulauan Nusantara. Keinginan memperoleh salah satu rempah yang paling dibutuhkan dunia ini memicu berbagai pedagang untuk memonopoli dari sumbernya langsung. Ketika perjanjian-perjanjian dagang tidak cukup untuk mencapai tujuan, Mulailah muncul tekanan-tekanan yang menimbulkan konflik antara Belanda sebagai pedagang pendatang dan warga dan tokoh setempat Banda yang memilki sumberdaya rempah pala. Puncak konflik terjadi ketika terjadi pembantaian tahun 1621, terhadap tokoh-tokoh adat dan beberapa Orangkaya Banda, serta pengusiran sebagian besar penduduk asli Banda. Melalui organisasi dagangnya, yakni Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). lanskap wilayah Banda dibagi dalam petak-petak perkebunan yang disewakan pada para vrijburgher dari Belanda. Disiapkanlah pula para pekerja yang berstatus budak. Terbentuklah kemudian masyarakat perkebunan yang saling melakukan relasi sosial. Perkebunan dikelola oleh seorang pekebun (perkenier) dan tempat pengeringannya dikenal nama perk yang sesungguhnya merupakan dapur pengasapan (rookkobuizen). Persoalan besarnya adalah bagaimana sesungguhnya hubungan yang terjadi pada komponen masyarakat perkebunan yang terdiri dari VOC, perkenier dan para budak? Selain itu bagaimana kekuasaan memainkan peranan dalam relasi sosial yang terjadi ? Bagaimana pula identitas masing-masing komponen masyarakat perkebunan direpresentasikan melalui praktik-praktik budaya yang dijalankan ? Representasi seperti apa yang terbentuk dari praktik-praktik budaya yang dijalankan ? Tujuan dari kajian ini untuk melihat berbagai bentuk relasi sosial terkait dengan kekuasan dan representasi dari identitas budaya yang dimiliki kelompok masyarakat perkebunan. Melalui pendekatan yang dikenal dengan arkeologi sejarah (historical archaeology), melalui metode yang menggabungkan antara data arkeologi dan data sejarah, diharapkan tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa kekuatan dan kekuasaan menciptakan bentuk-bentuk budaya yang sesuai dengan kondisi dan, situasi yang terjadi pada masanya. Latar belakang sosial, budaya, ideologi, dan ekonomi berpengaruh besar terhadap bentuk relasi sosial dan implementasinya pada budaya material yang ditinggalkan. Termasuk represantasi dari status, dan identitasnya yang dimiliki kelompok masyarakat perkebunan pala.

The procurement of nutmeg plantations by the Dutch in Banda which involved slave labor was the earliest business in the Asian region, especially in the Archipelago. The desire to obtain one of the most needed spices in the world has prompted various traders to monopolize the direct source. When the trade agreements were not sufficient to achieve the goal, pressures began to emerge which caused conflict between the Dutch as immigrant traders and the residents and local leaders of Banda who had the resources of nutmeg spices. The peak of the conflict occurred when there was a massacre in 1621, against traditional leaders and some Bandanese Orangkaya, as well as the expulsion of most of the indigenous people of Banda. Through its trade organization, the Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). the landscape of the Banda region is divided into plantation plots which are rented out to vrijburghers from the Netherlands. Prepare also slave workers. Then a plantation community was formed that carried out social relations with each other. The plantation is managed by a planter (perkenier) and the drying area is known as a perk which is actually a smoking kitchen (rookkobuizen). The big problem is what is the real relationship between the components of the plantation community, which consists of the VOC, perkenier and slaves? In addition, how does power play a role in the social relations that occur? How is the identity of each component of the plantation community represented through the cultural practices that are carried out? What kind of representation is formed from the cultural practices that are carried out? The purpose of this study is to look at various forms of social relations related to power and representation of the cultural identity of plantation community groups. Through an approach known as historical archaeology, through a method that combines archaeological data and historical data, it is hoped that the expected goals can be achieved. The results obtained show that strength and power create cultural forms that are in accordance with the conditions and situations that occurred at that time. Social, cultural, ideological, and economic backgrounds have a big influence on the form of social relations and their implementation in the abandoned material culture. This includes a representation of the status and identity of the nutmeg plantation community group."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1980
992.5 IND b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>