Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2470 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mbete, Aron Meko
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992
398.218 ARO ft (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen P & K, 1992
899.221 3 CER (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987
499.2 STR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Remigius Dewa
[place of publication not identified]: [publiser not identified], 1993
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tarsisius Florentinus Sio Sewa
"Interaksi antaretnis dan antarbudaya adalah realitas sosial yang tidak dapat dihindari terlebih di era globalisasi dewasa ini. Interaksi yang tidak dikelola secara baik dapat menimbulkan konflik dan ketidakseimbangan relasi. Interaksi yang tidak sehat dapat saja terjadi oleh karena stereotype, prejudice dan sikap etnosentrisme. Padahal interaksi yang baik menuntut adanya saling keterbukaan, saling pengertian dan upaya untuk masuk dan beradaptasi dengan budaya lain.
Hal yang sama dapat saja terjadi dalam interaksi antara etnis Ende dan Lio dengan etnis Cina dan Padang di Kota Ende, yang menjadi subyek penelitian Tesis ini. Dengan menggunakan paradigma konstruktivis dan pendekatan komunikasi antarbudaya, penulis menjelajahi realitas "communicative-style" ke-empat kelompok etnis yang saling berinteraksi, termasuk latarbelakang sosio-budaya, sosio-ekonomi dan sosio-religius yang mempengaruhinya.
Untuk memahami pola komunikasi dari mereka yang berinteraksi, penelitian tersebut secara khusus menyoroti enam ( 6 ) elemen Communicative-style Barnlund yang relevant 1) tema pembicaraan, 2) bentuk interaksi, 3) tatacara berkomunikasi, 4) cara merespons, 5) penyingkapan diri, dan 6) emphaty.
Etnis Ende, dengan karakter ekstrovert: banyak berbicara, bicara dengan suara keras dan emosi yang kadang tak terkendali, tidak sulit berinteraksi terutama dengan etnis Padang dan Lio. Mereka cenderung lebih dekat dengan etnis Padang karena kesamaan agama dan etnis Lio karena hubungan darah dan adat serta bahasa dan budaya yang relatif hampir sama. Berhadapan dengan Etnis Lio dan Padang, mereka dapat berbicara apa saja, mulai dari obrolan santai, obrolan serius, penyingkapan diri dan bahkan dengan etnis Lio sampai kepada tingkat emphaty. Sementara itu, interaksinya dengan etnis Cina masih sebatas tegur-sapa dan transaksi jual-beli. Hal ini juga sangat dipengaruhi oleh medan interaksi yang terbatas antara keduanya.
Dengan karakter yang relatif lebih tenang, santun, ramah dan terbuka, etnis Lio dengan mudah dapat berinteraksi dengan etnis Padang, Cina dan Ende. Dalam interaksi di antara mereka, tampak bahwa etnis Cina cenderung lebih dekat dengan etnis Lio karena kesamaan agama dan karena medan interaksi yang cukup luas. Walaupun jarang ada emphaty dan penyingkapan diri; namun tegur-sapa, basa-basi, obrolan santai dan kadangkala obrolan serius, sering menjadi bagian dari komunikasi dan interaksi di antara mereka.
Meminjam istilah Norton dengan sembilan (9) "Communication characteristic"-nya, etnis Ende lebih banyak memperlihatkan perilaku: dominant, dramatic, contentious dan animated; dibandingkan dengan etnis Lio yang cenderung bersikap: relaxed, attentive, open dan Friendly. Sementara itu, etnis Cina cenderung berperilaku: Relaxed, Friendly, attentive khusus dengan etnis Lio dan dramatic, khusus dalam mempromosi barang dagangannya. Sedangkan etnis Padang sering menunjukkan perilaku yang Relaxed, Friendly dan kadangkala attentive khusus dalam interaksinya dengan etnis Ende.
Pemahaman yang baik tentang communicative-style akan membantu mereka yang berinteraksi untuk dapat "menempatkan diri" sebagai subyek yang trampil dan kompeten dalam berkomunikasi antarbudaya. Dengan demikian, keanekaan budaya yang tampak dalam keanekaan cara orang berkomunikasi, tidak menjadi halangan bagi terciptanya iklim komunikasi yang baik; tetapi sebaliknya, menyadarkan orang menerima perbedaan yang ada sebagai "kondisi terberi" guna saling melengkapi dan menyempurnakan demi "bonum commune" (kebaikan bersama). Karena kebaikan bersama adalah impian semua manusia, siapapun dia dan dari mana asalnya!

Interethnic and intercultural interaction is a social reality which can not be avoided, especially at the era of globalization, nowadays. Unmanaged interaction will bring conflict and unbalanced relation. Unhealthy interaction would be caused by stereotype, prejudice and ethnocentrism among communication participants. It could be concluded that a pleasant interethnic and intercultural interaction required openness, a deep insight and require effort to put our self in the other culture and also to adapt with that culture.
The same assumption may apply in communication and interaction between Endenese, Lionese and Chinese, Padangnesse in Ende, which is the subject of this Thesis research. By using Constructivism paradigm and intercultural communication approach, the researcher try to explore "communicative-style" of those four ethnics in their interaction including the influence of social-cultural, social-economic and social-religious background.
To understand the behavior of the communication participants, this research reflects six (6) elements of Barnlund's Communicative-Style: The Topics people prefer to discuss, their favorite forms of interaction ritual, repartee, self disclosure and the depth of involvement they demand of each other.
Endenese with their extrovert characters: speaks frequently, interrupts and un-controls conversations, speaks in a loud voice, have no difficulties to interact with the Padangnese and Lionese. They tend go closer with the Padangnese because of similarities in social-religious factor; and with the Lionese because of family and customary relationships, resembling in similar language and culture. With them, Endenese can cover various topics of conversation, beginning with a short conversation, serious-talk, self-disclosure and than empathy. Their interaction with the Chinese still restricted to small-talks and subjects related to trading. This fact is influenced by their restricted interactions-setting.
Lionese with their relaxed character: calm, simple, modest, friendly and open, can interact with Padangnese, Chinese and Endenese, easily. The Chinese tends go closer with the Lionese because of similarities in social religious factors and their interactions-setting is broad enough. Although, in daily interaction they seldom display empathy and self disclosure; but small-talks, a short conversation and serious-talk occasionally, often can be a part of their communication and interaction.
Based on Nortons technical-term and his nine (9) communication-characteristics, Endenese much more display these communication traits: dominant, dramatic, contentious and animated; comparing with Lionese which is relaxed, attentive, open and friendly. The Chinese tend to be relaxed, friendly, attentive, especially with the Lionese and dramatic especially in promoting their trading goods. Padangnese often are relaxed, friendly and sometimes attentive, especially with the Endenese.
A good understanding about communicative-style and its influencing factors would help the communication participants: Endenese, Lionese, Chinese and Padangnese, to "put themselves" as "competent-subject" in intercultural communication and interaction. Therefore, the variety of cultures that appear on the diversity communicative-styles, should not become a constraint to develop a good communication-climate; but on the other hand should make someone more aware of the importance of accepting differences with honesty and sincerity, to reach "bonumcommune". Because "bonum-commune" is a vision of all mankind, whoever and wherever they come!
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T7073
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octavia Syafarwati
"Menabung di bank adalah salah satu kebutuhan manusia yang terkait dengan kehidupan masa depan. Dalam memilih bank masyarakat Kampung Lio memiliki karakteristik internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi keputusan pemilihan bank. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pemilihan bank yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Lio dengan menggunakan analisis spasial dan statistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lokasi bank yang dipilih oleh masyarakat Kampung Lio yang tinggal di RW 13 memiliki jumlah lokasi bank yang lebih banyak daripada RW 20 dengan karakteristik pekerjaan, umur dan faktor jarak yang mempengaruhi pemilihan. Rute yang dipilih oleh masyarakat Kampung Lio adalah melalui Jalan Arif Rahman Hakim, Jalan Dewi Sartika dan Jalan Margonda dengan menggunakan moda transportasi jalan kaki, sepeda motor, mobil pribadi dan kendaraan umum.

Saving money in bank is one of human needs in future. When choosing a bank, Kampung Lio`s society have their own internal and external characteristics that could influence them to choose a bank. The aim of this research is to know the spatial pattern of Kampung Lio`s society in choosing a bank as a savings place by using statistical and spatial analysis.
The result of the research shows that the amount of choosen bank location of Kampung Lio`s society in RW 13 is bigger than Kampung Lio`s society in RW 20. Furthermore, the characteristics of job and age have influenced the process of choosing a bank as well as distance variable. The routes that Kampung Lio`s society choosed are Jalan Arif Rahman Hakim, Jalan Dewi Sartika and Jalan Margonda, by using motorcycle, walking, private car and public car.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S33771
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fachmi Zain
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki pola perilaku spasial aktivitas bermain anak-anak beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini dilakukan pada anak-anak yang tinggal di Kampung Lio, dimana merupakan salah satu permukiman penduduk berpenghasilan rendah yang ada di Kota Depok. Pengumpulan data dilaksanakan menggunakan beberapa metode yaitu focus group discussion, geographic diary, observasi dan wawancara. Analisis perilaku spasial mempertimbangkan jumlah, jenis dan distribusi spasial dari ruang-ruang bermain anak.
Penelitian ini menemukan bahwa aktivitas bermain anak-anak Kampung Lio sebagian besar mengambil tempat di lingkungan permukimannya. Selain itu, ditemukan juga perbedaan pola perilaku bermain antara anak-anak laki-laki dengan anak-anak perempuan. Pola spasial dari aktivitas bermain anak-anak dalam penelitian ini dipengaruhi oleh preferensi aktivitas bermain anak, kondisi fisik ruang bermain, kontrol orang tua dan interaksi sosial dengan anak lain.

The aim of this research was to investigate the spatial behavior patterns of children's play as well as the factors that influence it. This research was conducted on children who live in Kampung Lio which is one of low income neighborhoods in Depok. Data collection occurred through multiple methods including focus group discussion geographic diary observation and interview. The analysis of spatial behavior considered the number variety and spatial distribution of children's play spaces.
This research found that children's play activity mostly take place in their neighborhood. Furthermore, this research also found the differences between boys'and girls'play patterns. Spatial pattern of children's play in this research is influenced by children's play preferences physical environment of play spaces parental controls and social interaction with other children.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S57732
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2000
398.218 TUT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yurista Widiyanti
"Keberadaan kampung kota memunculkan berbagai macam pandangan dan pencitraan yang berbeda-beda di kalangan pemerhati kota dan penghuninya, serta masyarakat tertentu. Lokasinya yang berada di pusat kota, seringkali membawa pengaruh terhadap lingkungan sekitarnya, baik positif maupun negatif. Citra buruk, kotor selalu melekat pada keberadaan kampung kota ini, sedangkan di sisi lain kampung kota merupakan ruang kehidupan penghuninya. Citra dipengaruhi pengalaman dan pengetahuan atau konsep yang terbentuk. Sesuatu yang tercitra meliputi kondisi fisik dan kegiatan yang meruang. Pencitraan yang muncul dari perencana kota setempat didapat dari data sekunder dan wawancara non formal, yang kemudian dibandingkan dengan realita yang ada di kampung dengan pengamatan dan wawancara dengan penghuni kampung.
Perencana kota memiliki ruang terkonsep terhadap kawasan kampung lio, yang terlihat adanya perencanaan peremajaan kawasan situ rawa besar, yang berdampak pada penggusuran kampung lio. Perencana kota secara implisit tidak mengikuti pola pemukiman kampung sehingga kampung lio terhilangkan sama sekali menjadi kawasan baru. Sementara itu, ruang-ruang yang terbentuk di kampung kota akibat dari kebutuhan spontan akan ruang bertinggal, yang dilakukan dengan reproduksi ruang dan terkadang terjadi pelanggaran berada di tempat yang tidak semestinya. Dengan analisis ditemukan bahwa kampung lio, Depok tidak se'buruk dan se'kotor yang tercitrakan sehingga tidak harus dihilangkan secara keseluruhan namun hanya diperlukan penanganan di sebagian ruang yang memang tidak pada tempatnya dan berbahaya. Pencitraan yang mempengaruhi perencanaan kawasan bisa jadi hanya sebuah rekaan yang dibuat untuk menghilangkan kawasan itu.

Existence of kampung has images and views which different in among planners of city and its dwellers, and also other society in the city. Kampung where location in centre of the city bring influence for environment, both positive or negative. Ugly and dirt are images which always attach in kampung, but in other side, kampung is lived space for users. Image is influenced by experience and knowledge or concept which formed. Image is formed by condition physically of thing and spatial activity. Its therefore done by using qualitative method, with observation in kampung, non formal interview and get some data which significant with issues.
Urban planners have conceive space for Kampung Lio area. They have planned for redevelopment Kampung Lio area, that effect eviction of kampung. The redevelopment plan do not follow morphology of kampung, so kampung area be a brand new. Finding have shown that Kampung Lio, depok is not dirty or ugly like which people and planners imaged so has not to eviction as a whole, but only need planned in slum and dangerous area and re-organize environment. Image which bring influence maybe only phantasy for eviction that a whole of kampung area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T40419
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heidyanne Rahajeng Kaeni
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai-nilai moral yang terungkap
dalam cerita rakyat Betawi pada buku teks “Pendidikan Lingkungan Budaya
Jakarta (PLBJ)” untuk siswa SD. Ancangan penelitian ini didasarkan pada teori
Analisis Wacana Kritis Van Dijk (2008; 2009) yang menggunakan pendekatan
sosiokognitif untuk menunjukkan kesesuaian atau pertentangan pemahaman
wacana dengan konteks sosial. Beberapa teori lain seperti teori Alwi, et. al. (2003)
tentang pemerian kalimat dalam tata bahasa baku Bahasa Indonesia serta teori
proposisi makro dan skema naratif Van Dijk (1980) juga diterapkan untuk
mengalisis struktur teks. Sementara itu, kesesuaian atau pertentangan pemahaman
wacana dengan kesepakatan sosial atas nilai-nilai moral diuji dengan
menggunakan prinsip moral dasar Magnis-Suseno (1987). Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa pembaca diarahkan untuk memahami tindakan-tindakan
dalam teks sebagai tindakan yang bernilai positif. Namun, temuan menunjukkan
bahwa tindakan tokoh-tokoh dalam teks cenderung digambarkan dengan kata-kata
berkonotasi negatif dan beberapa teks cenderung menggunakan kekerasan atau
perkelahian sebagai konsekuensi atas tindakan tertentu. Dari temuan yang
diperoleh, terlihat bahwa tindakan tokoh-tokoh yang terungkap dari teks cerita
rakyat Betawi dalam buku PLBJ untuk siswa SD melanggar nilai-nilai moral yang
menjadi kesepakatan sosial.

ABSTRACT
The objective of this paper is to analyze the moral values of Betawi folktales in
“Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta (PLBJ)” textbook for elementary
students. This study employs Van Dijk’s Critical Discourse Analysis (2008; 2009)
as the core theory which applied sosiocognitive approach to explain how
comprehension of the discourse and social context corresponds or contradicts each
other. In addition, other theories such as sentence division in Bahasa Indonesia
grammar by Alwi, et. al. (2003) and macroproposition as well as narrative schema
by Van Dijk (1980) are applied to analyze the text structures while basic moral
principles by Magnis-Suseno (1987) is used to examine the moral values of the
stories. The results demonstrate that character behaviours in the stories can be
viewed as examples with positive values by readers. Meanwhile, those behaviours
are likely described using words with negative connotation and some texts tend to
utilize violence as consequences to certain behaviours. These findings suggest that
the behaviours in Betawi folktales in “Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta”
textbook for elementary students fail to comply with basic moral principles thus
cannot be consented by society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T39069
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>