Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2257 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vohdin, K.W.
Jakarta: Pradnya Paramita, 1955
669.1 VOH m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Dani K
"Proses pengelasan sering diaplikasikan untuk peningkatan sifat ketahanan korosi besi luang kelabu, metnerlukan deposit logam lasan dengan komposisi yang sesuai dengan logam pengisi dari material tahan lrorosi dan behas dari adanya cacat-cacat pengelasan. Umuk mendapatkan sifat ketahcman korosi yang bebas dari cacat-cacat las akibat sifat kemampulasan besi tuang kelabu yang kurang baik, diperlukan suatu perlakuan awal sebelum proses pengelasan dan pengelasan multiple pass. Perlakuan awol dalam hal ini adalah perhatian terhadap kebersihan spesimen dan pemanasan awol dengan temperatur yang sesuai serta jumlah pass penge!asan yang optimum uruuk mendapalkan komposisi yang sesuai dengan logam pengisi. Penelitian ini alum membahas pengaruh temperatur pemanasan awal dan jumlah pass pengelasan dalam rangka peningkatan sifat kemampulasan besi luang kelabu menggunakan logam pengisi baja tahan karat auslenitik 316 dengan melakukan variasi terhadap temperatur pemanasan awal dan jumlah pass pengelasan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dengan melakukan pemanasan awal 700°C unluk pengelasan I pass dan pemanasan awal dengan temperatur minimal 300°C untuk pengelasan 3 pass dapat meningkatkan kemampulasan besi luang kelabu sehingga dapat terhindar dari cacat pada logam lasan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chanto Joshua
"Besi tuang nodular memiliki pengaruh besar pada komponen mesin seperti poros engkol (crankshaft) karena sifat-sifat yang dimilikinya yaitu tahan gesekan, tahan temperatur tinggi, dan juga memiliki elongasi yang tinggi. Pada umumnya, pembuatan besi tuang nodular menggunakan metode sandwich seperti yang digunakan pada penelitian ini. Grafit yang dimiliki oleh besi tuang nodular berbentuk bulat karena adanya penambahan unsur Magnesium dengan jumlah yang telah ditentukan. Sama seperti Magnesium, unsur Lantanum dan Yttrium juga dapat berperan sebagai noduliser. Oleh karena itu, penelitian kali ini akan menggunakan unsur Lantanum dan Yttrium sebagai noduliser dan pengecoran akan dilakukan dengan metode sandwich. Hasil penelitian akan diamati menggunakan mikroskop optik (Zeiss Primotech) untuk melihat morfologi grafit yang terbentuk. Setelah diperoleh sampel dari hasil pengecoran, dilakukan analisa menggunakan software ImageJ. Didapatkan hasil morfologi grafit dengan pengaruh yang signifikan pada penambahan Yttrium (Y) dengan nilai noduaritas sebesar 46,23% dengan jumlah Yttrium (Y) yang diberikan yaitu 0,2%, sedangkan pada penambahan Lantanum (La) pengaruh yang diberikan sangat kecil dengan nilai nodularitas tertingginya sebesar 23,16%. Dilakukan juga pengukuran rata-rata luas area dan diameter grafit untuk mengetahui adanya pengaruh pada penambahan Lantanum dan Yttrium.

Nodular cast iron has a major influence on engine components such as the crankshaft because of its characteristics, which is friction resistance, high temperature resistance, and high elongation. In general, the manufacture of nodular cast iron uses the sandwich method. The graphite of nodular cast iron is spheroidal due to the addition of the element Magnesium in a predetermined amount. Just like Magnesium, Lanthanum and Yttrium elements can also act as nodulisers. Therefore, this research will use Lanthanum and Yttrium elements as nodulisers and the casting will be using the sandwich method. The results of the research will be observed using an optical microscope (Zeiss Primotech) to see the morphology of the graphite form. After obtaining the sample from the casting, it was analyzed using ImageJ software. Graphite morphology results were obtained with a significant effect on the addition of Yttrium (Y) with a nodularity value of 46.23% with the amount of Yttrium (Y) given was 0.2%, while the addition of Lanthanum (La) has very small effect with highest nodularity was 23.16%. Measurements of the average area and diameter of graphite were also carried out to determine the effect on the addition of Lanthanum and Yttrium."
Depok: Fakultas Teknik, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fidelia Andrean
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
fortifikan NaFeEDTA dalam tepung tempe terhadap kadar zat besi plasma darah tikus
(Rattus norvegicus L.) jantan galur Sprague-Dawley. Metode penelitian
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas 25 ekor tikus putih
jantan yang dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol normal
(KK1) yang hanya diberikan CMC 0,5%, kelompok kontrol perlakuan (KK2) yang
diberikan suspensi tepung tempe tanpa fortifikan dan kelompok perlakuan 1, 2, 3
(KP1, KP2 dan KP3) yang diberikan suspensi tepung tempe dengan fortifikan
NaFeEDTA dosis 1,35 mgFe/ kgBB, 2,7 mgFe/ kg BB, dan 5,4 mgFe/ kgBB.
Pemberian bahan tersebut dilakukan secara oral selama 21 hari berturut- turut.
Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-0 dan setelah perlakuan hari ke-21. Kadar
Fe diukur dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Hasil uji anava satu
arah dan LSD (P < 0,05) terhadap sampel menunjukkan terdapatnya perbedaan nyata
pemberian fortifikan NaFeEDTA dalam tepung tempe terhadap kadar zat besi selama
21 hari. Peningkatan kadar zat besi tertinggi akhir penelitian (t21) terjadi pada KP 3,
yaitu sebesar 27,40% terhadap KK1 dan 24,38% terhadap KK2.

ABSTRACT
The study has been conducted to know the effect of fortificant NaFeEDTA
administration on tempeh flour to the plasma iron concentration of male rats (Rattus norvegicus L.). Twenty five male rats were divided to five groups consisting of normal control group (KK1) which was administered with CMC 0,5%; treatment control group (KK2) which was administered with tempeh flour without fortificant; and three treatment groups which were administered with tempeh flour and fortificant NaFeEDTA with different doses; 1,35 mgFe/KgBw (KP 1); 2,7 mgFe/KgBw (KP 2); and 5,4 mgFe/KgBw (KP 3). Treatments were carried out orally within 21"
"consecutive days. Blood is tested before treatment (t0) and after 21 days of treatment (t21). The plasma iron concentrations were measured by Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Result was statistically tested with SPSS. One-way anova test (P < 0,05) and post hoc LSD test (P <0,005) showed that adding fortificant NaFeEDTA is giving a differences iron concentrations at blood levels of rats from the first day until last day of treatments. Increased iron levels are highest in the KP3 at day 21, which increased 27.40 % compared with KK 1 and 24,38% compared with KK 2."
2016
S4787
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: McGraw-Hill, 1994
R 624.182 1 STR (1
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Gorenc, B. (Branko)
Kensington, N.S.W.: New South Wales University Press, 1981
624.821 GOR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Grinter, Linton E. (Linton Elias), 1902-
New York: Macmillan, 1963
624.17 GRI t II (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cooper, Sol E.
Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, 1985
624.1821 COO d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fukumoto, Yuhshi
Boca Raton: CRC Press, 1992
624.1821 FUK s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lothers, John E.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1965
624.182 1 LOT d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>