Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107020 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soenarto Timoer
Jakarta: Balai Pustaka, 1984
791.539 2 SOE d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kanti W. Walujo
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000
791.5 KAN d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Mardijatmoko
Pekalongan: Kabin Kebudayaan .Kabupaten Pekalongan, 1974
791.5 SLA b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Pertunjukan wayang purwa Jawa sebagai suatu karya seni yang amat tinggi nilai estetisnya, mengandung nilai-nilai sakral dan makna-makna khusus. Dengan tetap mempertahankan beberapa nilai dan makna yang terkandung di dalamnya, pergelaran wayang purwa berkembang fungsinya menjadi suatu pertunjukan yang lebih bersifat hiburan. Karena itu keberadaan tempat yang khusus bagi pertunjukan wayang kuht perlu dipikirkan. Tuhsan ini dimulai dengan menelusuri asai mula pertunjukan wayang kulit, makna simbolis yang terkandung di dalamnya dan pengaruhnya balk dalam rumah Jawa maupun terhadap kehidupan orang Jawa, dilanjutkan dengan mengumpulkan beberapa unsur yang perlu dipertahankan dan menganalisis kegiatan dalam pergelaran wayang purwa sebagai suatu bentuk pertunjukan. Dari analisis kegiatan tersebut, tubsan ini mencoba menyimpulkan unsar-unsur dan aspek-aspek keruangan yang selanjutnya digunakan untuk membuat suatu konsep tempat pertunjukan wayang kuht Jawa."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48159
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kanti W. Walujo
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000
791.5 KAN d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Darmoko
"Seni gerak dalam pertunjukan wayang sering disebut dengan sabetan. Dalam seni gerak wayang dikandung aturan-aturan, norma-norma atau wewaton yang merupakan konvensi yang dianut dan diacu oleh para seniman dalang ketika menggerakkan wayang-wayangnya. Salah satu konvensi seni gerak dalam pertunjukan wayang yakni udanagara. Udanegara yakni tatacara bertutur kata, bersikap, dan bertingkahlaku seorang tokoh dalam pertunjukan wayang, yang di dalamnya dikandung etika dan estetika.
Yang dimaksud gerak wayang meliputi, antara lain: menyembah, berjalan, berlari, menari, terbang, dan perang. Gerak wayang tersebut berprinsip pada status sosial, tua-muda (usia), klasifikasi, dan wanda tokoh-tokoh wayang. Dalam seni gerak wayang memperhatikan pula prinsip wiraga (benar dan tepatnya action dalam gerak), wirasa (benar dan tepatnya penghayatan dalam gerak), dan wirama (benar dan tepatnya irama dalam gerak). Langkah kerja penelitian ini dilakukan secara bertahap, yakni: pengumpulan data (menyaksikan pergelaran wayang langsung, baik di televisi, live, wawancara kepada para dalang: studi kepustakaan; pengolahan data; dan laporan penelitian.
Penelitian ini menyimpulkan: gerak wayang terdiri dari dua pengertian, ?luas? (totalitas gerak tokoh) dan ?sempit? (perang); gerak wayang dibatasi oleh konvensi (norma) yang disepakati para dalang (udanegara); prinsip gerak wayang mengacu pada status sosial, usia (tua-muda), klasifikasi, dan wanda tokoh wayang; gerak wayang dewasa ini telah banyak penggarapan, dinamis (tidak terlihat kendor). Perkembangan gerak wayang tersebut seiring dengan pola pikir masyarakat yang semakin maju, kritis, dan dinamis.

Movement art in the puppet performances is often mentioned as sabetan. Puppet movement art, that contains rules, norms, guidance (orientation) is convention that is observed and referred to guidance the dalang artists when they move the puppets. One of the convention of movement in the puppet performance is udanagara. Udanegara, that contains ethics and aesthetic, is the rules of speaking, attitude, and action for actors in the puppet performance.
Puppet movement include among others paying homage, walking, running, dancing, flying and fighting. That puppet movement is based on social class of puppet, age of puppet, class of puppet, and mood of expression of puppet. Therefore, the movement art of the puppet adopts basic wiraga (true or false action in the puppet movement), wirasa (true or false feeling of puppet movement), and wirama (true or false rhythm in the puppet movement). Method in this research will be conducted step by step: collection data (to watch of puppet performance on television, live performance, dialogue with dalang artist), analysis of data, literary research, conclusion and reporting of the research.
This research concludes: puppet movement has of two meanings, large (totality of puppet movement) and narrow (fighting); puppet movement refers to the conventions (norms), oriented by dalang artists (udanegara); basic of puppet movement refers to social class of puppet, age of puppet, class of puppet, and mood of expression of puppet; now, puppet movement becomes more and more creative and dynamic. The development of puppet movement in line with the way of thinking of society that is more improved, critical, and dynamic."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Surakarta: Etnika, 2004
791.53 PER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Surakarta: Citra Etnika Surakarta, 2004
791.5 PER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fanani
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996
899.221 MUH s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>