Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1726 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hilman
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1977
899.221 HIL lr
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fara Nazhira
"Pasangan yang menikah antarbudaya rentan untuk mengalami konflik yang berasal dari perbedaan budaya. Konflik yang sering dan berkepanjangan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, salah satunya penurunan tingkat kepuasan pernikahan. Common dyadic coping adalah upaya pasangan untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi bersama-sama. Sebanyak 45 pasang suami dan istri (M usia pernikahan=19,44, SD=8,69) yang berasal dari suku yang berbeda dan berdomisili di Jabodetabek, Bandung, dan Pekanbaru diminta untuk menjawab item dari Dyadic Coping Inventory (DCI) dan Couple Satisfaction Index-16 (CSI-16). Penelitian menggunakan Actor-Partner Interdependence Model dan data yang diperoleh dianalisis menggunakan APIM_SEM. Hasil penelitian membuktikan bahwa skor Common Dyadic Coping memiliki interdependensi dengan skor Common Dyadic Coping pasangannya. Common Dyadic Coping yang dilaporkan oleh individu memengaruhi kepuasan pernikahan individu secara positif (p istri<0,001, p suami=0,025) namun tidak memengaruhi kepuasan pernikahan pasangannya
Couples that marry interculturally are prone to have conflicts that stemmed from their cultural differences. Frequent and long-lasting conflict may cause various negative effects, such as decreasing marital satisfaction. Common Dyadic Coping is a joint effort to solve their problems together. Forty-five pairs of husband and wife (M marriage duration=19,44, SD=8,69) that come from different ethnic groups and currently lives in Jabodetabek, Bandung, and Pekanbaru were asked to answer a series of items from Dyadic Coping Inventory (DCI) and Couple Satisfaction Index-16 (CSI-16). This study uses Actor-Partner Interdependence Model and the data that was collected is analyzed using APIM_SEM. The results shows that individual’s report of Common Dyadic Coping has interdependency with their partner’s Common Dyadic Coping. One’s report of Common Dyadic Coping has a positive effect on their own marital satisfaction (p wives<0,001, p husbands=0,025), but had no effect on their partner’s marital satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
Roeslan Abdulgani
Jakarta: Percetakan Negara R.I., 1964
305.4 ROE b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
658.402 Cha S/2
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2018
327.117 KER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2018
327.17 KER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Husni Thamrin
"Skripsi ini membahas tentang sebuah gerakan pada sekitar tahun 1917-1922, yang bernama Gerakan Djawa Dipa, yang salah satu tujuan didirikannya adalah untuk menghancurkan feodaiisme Jawa pada saat itu. Gerakan ini berangkat dari suatu gagasan bahwa unggah-ungguh yang terdapat dalam bahasa Jawa harus dihilangkan dan diganti dengan hanya memakai satu tingkat bahasa Jawa raja, yaitu bahasa Jawa Ngoko. Menurut para pendukung panji gerakan ini, memakai bahasa Jawa yang penuh dengan unggah-ungguh hanya akan membuat rakyat Jawa menjadi takut, bermental budak, dan tidak pernah berani untuk menyuarakan kebenaran. Budaya feodal semacam itu sudah tidak relevan lagi dengan gerak kemajuan zaman yang tengah melanda tanah Hindia pada saat itu, sehingga adanya sinar Aji Dipa yang dimiliki oleh gerakan Djawa Dipa akan memberikan cahaya kesada_ran bagi rakyat Jawa.Proses tersebut didorong pula oleh perkembangan kapitalisme yang tengah terjadi di Hindia Belanda pada saat itu. Arus informasi yang terjadi banyak memberikan pengaruh pada kaum pergerakan, yang akhir_nya memberikan mereka gagasan-gagasan baru serta pandangan baru tentang zamannya. Ini pula yang salah satunya mereka manifestasikan dalam gerakan Djawa Dipa, ataupun perdebatan yang muncul dalam Kongres Kebudayaan Jawa pada tahun 1919. Di atas panggung pergerakan, Ngoko yang diperj_uangkan oleh Djawa Dipa ternyata juga menjadi bahasa alternatif bagi agitasi politik untuk buruh atau petani yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pergerakan saat itu. Alasannya cukup sederhana namun dapat masuk akal, yaitu ngoko merupakan bahasa sehari-hari mereka dan bahasa yang paling dimengerti oleh mereka. Dengan kata lain munculnya gerakan ini ke tengah panggung pergerakan merupakan suatu reaksi terhadap perubahan zaman yang sedang terjadi dan juga karena tuntutan kebutuhan pergerakan itu sendiri akan adanya suatu bahasa yang dapat dimengerti dan dite_rima sebagai bahasa yang dapat menghubungkan tokoh_tokoh pergerakan dengan massa buruh atau petani."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S12451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>