Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143295 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siegel, Curt
Bandung: Universitas Parahyangan, [date of publication not identified]
724.91 SIE st
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siegel, Curt
New York: Van Nostrand Reinhold, 1962
724.91 SIE s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
R. Sutrisno
Jakarta: Gramedia, 1983
724.9 SUT b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Fitri Ridayanti
"Arsitektur dan film di era modern ini tidak dapat dipisahkan dari segi generasi persepsi ruang Arsitektur dibangun di dan mengitari suatu ruang yang dapat menjadi setting untuk film sedangkan film adalah sebuah medium dua dimensi untuk mengeksplorasi dan menyajikan arsitektur sebagai kerangka sebuah narasi Arsitektur adalah komponen fundamental dalam rangka film dapat memberikan narasi Skripsi ini membahas bagaimana representasi arsitektur disampaikan sebagai kerangka narasi spasial film dan peran penting yang mereka pegang dalam menyampaikan pesan narasi yang mendasari dan pengalaman spasial dalam sebuah film.
Skripsi ini membahas pengerjaan dari real ke reel meminjam istilah Nezar AlSayyad yang merujuk realitas dan sinema menggunakan arsitektur modern di film Playtime Jacques Tati 1967 sebagai studi kasus Real dan reel adalah sebagai fokus utama skripsi ini Akhirnya skripsi ini mengamati konsep reel ke real bagaimana arsitektur dan film yang dapat mempengaruhi perspektif kita dalam hidup dan digunakan sebagai parameter untuk desain.

Architecture and film in this modern era are inseparable concerning the generation of perceptual spaces. Architecture is built in and around spaces, which may provide the setting for a film, whereas film stands as a two-dimensional medium to explore and present architecture as a narrative framework. Architecture is a fundamental component in order that film can deliver its narrative.
This thesis discusses how architectural representation is conveyed to encase the spatial narrative of a film and the important role they hold in conveying messages, underlying narratives, and the spatial experiences in a film. It discusses the workings of real to reel, borrowing Nezar AlSayyad's term in reference to the reality and the cinema, using the modern architecture in Jacques Tati's Playtime (1967) as a case in point. The real and reel stand as the main focuses of this thesis. Finally, it observes the concept of reel to real, how the architecture and film can affect our perspectives in life and be used as parameters for design.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrul Helen
"Komik merupakan medium unik yang menggabungkan dua jenis representasi yaitu gambar dan teks untuk menyampaikan informasi dengan harapan dapat menghasilkan respon tertentu dari pembaca. Arsitektur di dalam komik tidak hanya digunakan sebagai background untuk menginformasikan kepada pembaca dimana suatu adegan terjadi (sense of place) dan untuk membangun emosi tertentu (sense of depth), namun arsitektur juga dapat digunakan sebagai elemen pembangun cerita di dalam komik. Studi kasus yang digunakan adalah komik "Yes is More, An Archicomic of Architectural Evolution" oleh BIG dan komik "Durarara" oleh Ryohgo Narita, Suzuhito Yasuda dan Akiyo Satorigi.

Comic book is a unique medium which combines two kinds of representations, images and words, to convey informations in hope to gain response from the readers. Architecture in comic book is not only used as background to establish sense of place and sense of depth to the readers, but also can be used as the constructor elements of the story in the comic book. The cases study for this topic are "Yes is More, An Archicomic of Architectural Evolution", a comic book by BIG and "Durarara", a comic book by Ryohgo Narita, Suzuhito Yasuda and Akiyo Satorigi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ching, Francis D.K., 1943-
JAkarta: Erlangga, 1985
720.2 chi c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shintya Wahyu Apriliriana
"Adanya Globalisasi dan perkembangan teknologi membuat manusia kini memiliki mobilitas tinggi dan mampu mengatasi masalah ruang, jarak, dan waktu. Meskipun memiliki mobilitas tinggi, manusia tetap memiliki kebutuhan untuk berhuni menetap. Kemudahan berpindah memicu sebagian manusia untuk melakukan berhuni sambil berpindah atau bertransformasi menjadi nomad modern. Dalam skripsi ini penulis membahas tentang nomad modern sebagai produk dari perubahan zaman, klasifikasi nomad modern dan bagaimana pola berhuni sambil berpindah yang mereka lakukan yang kemudian dikaitkan dengan teori tentang berhuni dan tempat sebagai salah satu aspek penting dalam berhuni. Hasil penelitian menunjukan bahwa bila dikaitkan dengan konsep berhuni, pada pola berhuni berpindah yang dilakukan nomad modern terdapat anomali yang disebabkan naluri manusia untuk berhuni menetap dengan kebutuhan nomad untuk terus berada dalam perpindahan. Anomali yang dimaksud berupa dilema yang dirasakan nomad modern yang kemudian diselesaikan dengan adanya periode mooring (berhuni di suatu tempat dalam periode tertentu) yang dilakukan pada proses berhuni berpindah mereka. Mooring ini bertujuan sebagai pemulihan dari kelelahan selama perpindahan yang konstan sebelum melanjutkan kembali perjalanan mereka.

The existence of globalization and the development of technology makes people now have high mobility and capable of overcoming the problem of space, distance, and time. Despite having high mobility, people still have the need to settle. These facility trigger some people to do mobile dwelling or transformed into modern nomads. In this paper the author discusses about modern nomad as a product of the change of time, the classification of modern nomad and their mobile dwelling pattern then asscociated with the theory of dwelling and place as one of the important aspects of dwelling. The results showed that when associated with the concept of dwelling, there is anomaly in the pattern of mobile dwelling that done by modern nomad caused by the human nature to settle and the mobility of nomad that needs to continue moving. This anomaly is a form of dilemma perceived by modern nomad who later settled it with mooring period (dwelling in a particular place within a certain period of time) that done on the process of their mobile dwelling. This mooring period is to recover from fatigue during constant displacement before resuming their journey."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61607
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salvadori, Mario
Englewoods Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1963
721 SAL s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Adi Chandra
"Musik dan arsitektur merupakan dua bidang seni yang memiliki kaitan satu sama lain dalam aspek tertentu. Salah satunya pada prinsip dalam mendesain yaitu komposisi. Komposisi pada musik dibentuk dari elemen dasarnya yaitu melodi, harmoni dan ritme. Jazz sebagai salah satu jenis musik memiliki keunikan pada komposisinya yaitu improvisasi dimana melodi yang dimainkan merupakan ekspresi kebebasan dari sang pemain. Skripsi ini akan menganalisa komposisi pada arsitektur untuk mencari tahu apakah komposisi pada musik Jazz dapat ditemui dalam arsitektur.

Music and architecture are two different disciplines of art that related each other in some ways. Musical composition is formed by its elements; melody, harmony and rhythm. Jazz as one of musical style has a distinctive sound of its composition which is formed by improvisation, an expressive form of freedom from players. This thesis will analyze composition in architecture to find out whether jazz composition can be found in architecture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53272
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Kumalaratri
"ABSTRACT
Waktu memiliki keberagaman kondisi dalam melingkupi kehidupan
manusia. Waktu merupakan kondisi yang menerus dan memutar, dan juga paradoksikal. Paradoksikal menjelaskan waktu sebagai kondisi yang berpotongan dan tidak terprediksi disebabkan oleh keberagaman intuisi dan antisipasi manusia dalam menyusun perjalanan. Paradoksikal waktu mendefinisikan kegiatan manusia pada keseharian sebagai present yang merupakan akibat dari pengalaman past dan antisipasi future. Dalam arsitektur, belum banyak tersedia representasi yang mengakomodasi sifat paradoksikal waktu. Medium arsitektur kadang menghadirkan waktu sebagai keadaan yang statik, sedangkan waktu adalah keadaan dinamis yang multidimensi dan multiperspektif. Paradoksikal waktu membutuhkan representasi yang tidak konvensional untuk menjelaskan karakternya. Sehingga, paradoksikal waktu beralih pada media yang memiliki kualitas praktik keseharian berupa perjalanan spasial dan temporal yang bersifat subyektif. Film adalah media representasi waktu yang memberikan visualisasi arsitektur berupa perjalanan temporal. Film memiliki kemampuan untuk menampilkan subyektivitas present sebagai kemungkinan yang terikat pada past dan future melalui narasi. Hal tersebut merupakan potensi film sebagai visualisasi arsitektur yang mampu menjelaskan present sebagai kondisi yang beragam. Komponen abstraksi dan visualisasi film mampu menjelaskan paradoks melalui media sinematik, yaitu media yang bercerita akan perjalanan ruang melalui waktu. Melalui penelusuran komponen film tersebut, didapatkan pengertian paradoksikal waktu dalam kehidupan sebagai keseharian yang mengikat kemungkinan kondisi past-future.

ABSTRACT
Time encompasses human in their lives through its various conditions. Time is linear and cyclical, and it is also paradoxical. Paradoxs describe time as an intersecting and unpredictable conditions caused by the diversity of human intuitions and anticipations in composing journey. Paradoxical in time defines human activities in everyday life as present that is caused by past experiences and future anticipations. In architecture, there have not been many representations that accomodate the paradoxical nature of time. Architectural mediums tend to present time as a static state, while time dynamically is multidimensional and multiperspective. Paradoxs needs unconventional representation to unfold its character. It is then shifting to media with everyday practices quality, which is a journey of subjectivity. Film is the time representation media that delivers architecture visualisation through temporal experience. Its abstraction and visualisation components are able to explain paradoxs of time through cinematic media, the media that tells the story of space through time. Film has the ability to project subjectivity in present as possibilities that binds past and future through narration. It is film potential of explaining present as a diverse condition. By searching the components of film, we can understand the paradoxical sense of time as everyday life that binds the possibilities of past future conditions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>