Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131904 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christina Purnami Wulan
"Masyarakat beberapa negara seperti India, Pakistan dan Yunani menggunakan bunga teratai (Nelumbo nucifera Gaertn.) untuk mengobati penyakit jantung secara tradisional. Diduga bagian tanaman ini berkhasiat sebagai kardiotonik. Penggunaan obat tradisional umumnya didasarkan pada pengalaman empirik walaupun belum dibuktikan secara ilmiah. Ekstrak daun mahkota teratai telah diuji pengaruhnya terhadap gelombang T EKG dan frekuensi denyut jantung tikus putih jantan strain LMR, turunan Wistar. Pengujian ekstrak tersebut, dilakukan dengan cara menyuntikkan 1 ml larutan ekstrak tersebut secara intravena pada tikus. Kemudian efeknya dideteksi dengan elektrokardiograf, setelah 5 menit penyuntikan. Penelitian ini memberikan hasil sebagai berikut; ekstrak daun mahkota teratai meningkatkan amplitudo gelombang T EKG tikus serta meningkatkan frekuensi denyut jantungnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Lidah buaya (Aloe vera) is an Indonesian plant used as herbal medicine.The aim of this study was to to identity the enzymatic antioxidant activity and its potency as an antihaemolytic....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Elina Fara Diba
"Daun alpukat merupakan salah satu tanaman obat yang mudah ditemukan di Indonesia Kandungan kimia daun alpukat adalah saponin, alkaloid, flavonoid, polifenol, quersetin, dan gula alkohol persiit yang bersifat antiradang, antidiuretika, antianalgetika, dan antibakteri [1,2]. Staphylococcus sp. merupakan salah satu jenis bakteri yang dapat dihambat pertumbuhannya oleh senyawaan bioaktif dalam daun alpukat. Bakteri ini merupakan jenis bakteri pemecah urea yang dapat memicu terbentuknya batu ginjal [3,4]. Penelitian ini merupakan kajian awal ekstraksi padat-cair (leaching) daun alpukat dengan menggunakan metode sonikasi selama 20 menit yang bertujuan untuk mengkaji pengaruh konsentrasi dan tingkat kepolaran pelarut terhadap kemampuan ekstrak dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus, mengkaji hubungan antara kenaikan indeks bias ekstrak dengan aktivitas bakteriostatiknya, serta mengkaji ketahanan ekstrak daun alpukat terhadap oksidasi. Metode penelitian yang digunakan adalah persiapan bahan baku (pengeringan daun) dan percobaan utama (ekstraksi dan analisis). Variasi yang digunakan adalah tingkat kepolaran pelarut (air, etanol, klorofbrm) dan konsentrasi (2/20, 2/40, 2/60, 2/80, dan 2/100 gr/mL). Hasil ekstraksi dianalisis secara kualitatif dengan uji aktivitas antibakteri metode kertas cakram, pengukuran indeks bias, dan uji ketahanan terhadap oksidasi menggunakan metode weight gain. Hasil uji aktivitas antibakteri memperlihatkan bahwa ekstrak air dan ekstrak etanol daun alpukat memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus, tetapi tidak dapat membunuhnya. Konsentrasi dan tingkat kepolaran pelarut mempengaruhi aktivitas bakteriostatik ekstrak daun alpukat, diameter daerah hambat yang terbentuk adalah 22 mm (ekstrak air 2/80 gr/mL) dan 7,467 mm (ekstrak etanol 2/20 gr/mL). Proses ekstraksi terbukti dapat menaikan nilai indeks bias dari pelarutnya. Akan tetapi, tidak ditemukan kecenderungan tertentu antara kenaikan indeks bias dengan aktivitas bakteriostatik ekstrak. Pengujian weight gain selama tujuh hari menunjukkan bahwa ekstrak air (2/80 gr/mL) dan ekstrak etanol (2/20 gr/mL) daun alpukat memiliki ketahanan terhadap oksidasi yang cukup baik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emanuel Dani Ramdani
"ABSTRAK
Daun katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) dan daun torbangun (Coleus amboinicus (Lour.)) merupakan tanaman yang umum digunakan sebagai laktagoga. Prolaktin memegang peranan utama dalam pembentukan ASI dan peningkatan prolaktin umumnya dilakukan dengan menghambat interaksi antara dopamin dengan reseptor dopamin D2. Oleh karena itu, pada studi ini, dilakukan penelitian untuk mendapatkan kandidat senyawa aktif sebagai laktagoga dari ekstrak air daun katuk dan daun torbangun. Kandungan senyawa ekstrak air daun katuk dan daun torbangun dianalisa dengan studi metabolomik menggunakan HPLC-MS/MS dan proses identifikasi dilakukan dengan menggunakan basis data Metlin. Validasi protokol virtual screening mekanisme inhibitor reseptor D2 dilakukan dengan menggunakan program PLANTS dan protokol terbaik menghasilkan nilai EF1% 7.18 dengan cutoff ChemPLP -121.6. Analisa virtual screening terhadap kandungan senyawa teridentifikasi menunjukkan tidak ada senyawa yang memiliki ChemPLP ≤-121.6. Senyawa yang paling mendekati nilai cutoff ChemPLP adalah cyanin dengan ChemPLP sebesar -104.7280.

ABSTRACT
Katuk leaves (Sauropus androgynus (L) Merr) and torbangun leaves (Coleus amboinicus (Lour.)) are known as galactagogue. Prolactin is the main factor in milk production and prolactin increase can be achieved by inhibiting the interaction between dopamine and dopamine D2 receptor. Therefore, this research focused on finding the compounds which have dopamine galactagogue activity from katuk leaves and torbangun leaves via D2 inhibitor. Compound database were retrieved with metabolomic study by using HPLC-MS/MS and the identification was performed with Metlin database. Virtual screening protocol validation for dopamine D2 receptor inhibitor was performed with PLANTS and the best protocol produced EF1% 7.18 with ChemPLP cutoff -121.6. Virtual screening analysis of identified compounds shows that no compound has ChemPLP≤-121.6. The closest ChemPLP was produced with cyanin with -104.7280."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
T50160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mukhyarjon
"Ruang lingkup dan Cara penelitian: Buah merah merupakan tanaman yang kaya akan bahan-bahan antioksidan seperti beta karoten dan alfa tokoferol. Baik buah maupun minyaknya sudah banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan diyakini memiliki khasiat dalam pengobatan berbagai penyakit, salah satunya adalah kanker. Meskipun buah merah sudah digunakan secara luas oleh masyarakat, namun penelitian ilmiah tentang khasiat buah merah masih sangat terbatas. Penelitian pengaruh minyak buah merah terhadap karsinogenesis hati pada tikus yang diinduksi N-2-Fluroenilasetamida (FAA) bertujuan untuk menganalisis perlindungan minyak buah merah terhadap karsinogenesis akibat FAA pada tikus. Dalam penelitian ini digunakan 24 ekor tikus jantan galur Wistar, berumur ± 3 bulan dengan berat badan berkisar 150-200 gram, yang dibagi ke dalam 4 kelompok yaitu: kelompok kontrol, merupakan kelompok yang mendapatkan akuades, kelompok BM, adalah kelompok yang diberi minyak buah merah 10μl/gram BB/hari, kelompok FAA, merupakan kelompok yang diinduksi karsinogenesis FAA 40μg/hari dan kelompok BM+FAA, merupakan kelompok yang mendapatkan minyak buah merah dan FAA dengan dosis yang sama dengan kelompok BM dan kelompok FAA Perlakuan diberikan dengan sonde lambung setiap had selama ± 8 minggu. Pada minggu ke 8 tikus dikorbankan kemudian diambil hati dan darab dari jantung. Sebagai parameter karsinogenesis adalah kadar asam sialat, kadar proteasom dan skor karsinogenesis berdasarkan pemeriksaan histopatologis. Disamping itu juga diukur parameter untuk menilai fungsi hati seperti: albumin, protein total dan pola elekroforesis protein plasma serta aktivitas glutamatepiruvate transaminase (GPT) plasma. Data penelitian kemudian diolah secara statistik.
Hasil dan kesimpulan: Pada pemeriksaan asam sialat ditemukan bahwa kadar asam sialat hati kelompok FAA secara statistik lebih tinggi dibandingkan kontrol, namun demikian kadar asam sialat plasma belum ditemukan perbedaan yang bermakna. Uji statistik yang dilakukan terhadap kadar proteasom plasma dan jaringan hati menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan. Sedangkan pemeriksaan histopatologis memperlihatkan skor karsinogenesis kelompok FAA lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kontrol. Sementara itu pemeriksaan asam sialat, proteasom maupun histopatologis kelompok BM+FAA tidak berbeda bermakna dibandingkan kelompok FAA. Dari basil-basil tersebut dapat disimpulkan bahwa karsinogenesis yang terjadi masih pada tahap dini dan belum ditemukan perlindungan minyak buah merah terhadap karsinogenesis. Pada penilaian fungsi hati tidak ditemukan perbedaan bermakna kadar protein total, kadar albumin dan pola elektroforesis protein plasma. Hal ini menunjukkan bahwa FAA walaupun sudah menimbulkan karsinogenesis tapi tidak menggangu fungsi hati. Pada pemeriksaan GPT plasma ditemukan aktivilas pada kelompok BM dan FAA Iebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol atau kelompok FAA. Hal ini memberikan kesan bahwa minyak buah merah, walaupun tidak menyebabkan karsinogenesis hati namun dapat menimbulkan kerusakan hati. Hal ini didukung oleh pemeriksaan histopatologis jaringan hati yaitu ditemukannya gambaran degenerasi hidropik yang menandai awal kerusakan sel hati.

Red fruit (Pandanus conoideus Lam) is an endemic plant in Eastern Indonesia especially in Papua. This fruit has been used traditionally since many years ago for various purposes such as daily food consumption, traditional medicine, handycraft etc. As traditional medicine it is believed that this fruit can cure many diseases like cancer, AIDS, arthritis and many others. This advantage might be due to it's rich antioxidant substances such as carotene and a tocopherol. This study was conducted to investigate the effect of red fruit oil on FAA induced carcinogenesis in rat Twenty four male Wistar rats, approximately 3 months old, weighing 150-200 g were equally divided into 4 groups. The first (control) group, received distilled water. The second (BM) group received 10pLIg body weight/day of red fruit oil. The third (FAA) group received 40µg FAAIday. The fourth (BM+FAA) group received red fruit oil as well as FAA with similar dose as BM and FAA group_ The treatments were given for eight weeks and at the end of S~' weeks the animal were sacrificed, liver and the blood were collected. To analyzed liver carcinogenesis, the level of sialic acid, proteasome and histopathological based carcinogenesis score were measured To asses liver function, glutamate-pyruvate transaminase (GPT) activity, albumin and total plasma level protein were measured, and plasma protein electrophoresis pattern were also determined. The data were statistically analyzed using ANOVA and Tukey test.
This study showed that liver sialic acid level of FAA rats was significantly higher than those in the control group but there was no statistically difference between sialic plasma level of FAA group compared to the control. The liver and proteasome plasma level found to be similar among the groups. Histopatological finding showed that carcinogenesis scores in FAA group was higher than the control group. Moreover, there were no differences in sialic acid level as well as carcinogenesis scores between BM+FAA group compared to FAA group. The analysis of liver function showed that liver function of all groups were still in normal range.
It can be concluded that the FAA induced liver carcinogenesis was still in early stage and red fruit oil supplementation has no protection effect on liver carcinogenesis. Surprisingly, the plasma GPT activity of BM and BM+FAA group were significantly higher than control group or FAA group_ This result showed that red fruit oil supplementation it self, even though couldn't induce carcinogenesis, lead to liver cells changes, a cloudy swelling degeneration, which reflecting an early liver injury.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T17673
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogi Sugito
Malang: UB Press, 2012
581.7 YOG e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Berna Elya
"Garcinia rigida merupakan tumbuhan asli Indonesia yang banyak terdapat di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Maluku. Sebagian besar genus Garcinia telah diteliti dan memiliki khasiat sebagai tanaman obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi senyawa kimia dari ekstrak n-heksan kulit batang Garcinia rigida (manggis hutan). Isolasi senyawa dilakukan dengan tehnik krotuatografi koloin menggunakan silica gel sebagai fase diam dan pelarut n-heksan - etil asetat yang ditingkatkan kepolarannya sebagai fase gerak. Karakterisasi senyawa kimianya dtentukan dengan menggunakan data spektroskopi (IR,'H NMR, 12C-NMR), Dua senyawa kimia berhasil diisolasi dari ekstrak n-heksan kulit batang manggis hutan (Garcinia rigida). Kedua senyawa tersebut diduga adalah Stigmastrrol (senyawa A) dan suatu triterpen asam oleanolat (senyawa B)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Eka Satria
"Penyakit Gugur Daun Pestalotiopsis (PGDP) adalah penyakit yang menyerang perkebunan karet Indonesia sejak akhir 2017. PGDP disebabkan oleh infeksi kelompok fungi Pestalotiopsis. PGDP mampu menyebabkan gugur daun hingga mencakup 75-90% kanopi dan penurunan produksi lateks hingga 45%. PGDP mampu menyerang semua jenis klon Hevea brasiliensis. Klon-klon tersebut antara lain adalah klon dengan resitensi moderat seperti IRR 112 dan klon rentan seperti PB 260. Analisis morfologi gejala penyakit belum pernah dilakukan sejak PGDP pertama kali terdeteksi dan diidentifikasi. Analisis morfologi gejala penyakit dilakukan guna mengetahui respons daun terhadap infeksi fungi Pestalotiopsis dan mengetahu pola persebaran miselia fungi Pestalotiopsis pada permukaan daun Hevea brasiliensis. Sebanyak 3 helai anak daun dari 3 individu Hevea brasiliensis klon IRR 112 dan PB 260 dipotong dan diinokulasi isolat fungi Pestalotiopsis secara ex planta. Inokulasi dilakukan di 3 titik pada permukaan anak daun daun dan diamati hingga 7 hari setelah inokulasi (hsi). Sediaan morfologi yang mewakili perkembangan gejala pada 3, 5, dan 7 hari setelah inokulasi juga dibuat dan diamati di bawah mikroskop cahaya. Respons yang ditunjukkan anak daun Hevea brasiliensis klon IRR 112 dan PB 260 adalah nekrosis dan klorosis. Selain itu terdapat 2 tipe lesi, yakni lesi tipe I yang diduga berasal dari kontaminasi fungi Colletotrichum sp. dan lesi tipe II yang merupakan ciri khas lesi hasil infeksi fungi Pestalotiopsis. Kedua lesi muncul berdampingan dalam kompleks lesi Pestalotiopsis-Colletotrichum. Hasil pengamatan mikromorfologi menunjukkan bawha kompleks miselia Pestalotiopsis-Colletotrichum cenderung tersebar pada dan/atau di sekitar pertulangan daun.

Pestalotiopsis Leaf Fall Disease (PLFD) is a disease affecting Indonesia’s rubber plantation since 2017. PLFD is caused by Pestalotiopsis fungi. PLFD is capable in defoliating up to 75-90% of tree canopy and decreasing latex production up to 45%. PLFD is capable in affecting every clone of Hevea brasiliensis. Some clones of which affected by the disease are moderately resistant clone such as  IRR 112 and susceptible clone such as PB 260. Disease morphology is yet to be analyzed since the first reported case and identification. Disease morphology analysis is conducted to determine various responses of Pestalotiopsis infected leaf and reveal Pestalotiopsis  mycellial distribution pattern on the surface of Hevea brasiliensis leaf. Three leaflets from 3 individuals of Hevea brasiliensis IRR 112 and PB 260 clones were cut and inoculated with Pestalotiopsis isolate following ex planta procedure. Inoculation was performed at 3 points on the leaflets surface and was observed until 7 days post inoculation (dpi). Samples for micromorphological observation were also made, each one representing disease development on 3, 5, and 7 dpi and were observed under the microscope. The responses shown by the leaflets of Hevea brasiliensis IRR 112 and PB 260 clones were necrosis and chlorosis. Accordingly, 2 types of lession were observed: type I of which suspected as Colletotrichum sp. contamination and type II of which similar to distinctive lession of  Pestalotiospis fungi. Both types occured simultaneously in the Pestalotiopsis-Colletotrichum lession complex. Micromorphological observation has shown that Pestalotiopsis-Colletotrichum mycellial complex was distributed at the vicinity of leaf veins."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiah Amini
"Bintang laut Linckia laevigata adalah biota laut yang diduga memiliki aktifitas antifeedant. Penelitian bertujuan untuk menguji apakah ekstrak metanol yang diperoleh dari bintang laut Linckia laevigata memiliki peranan sebagai antifeedant terhadap ikan karang di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Pengujian dilakukan dengan mengamati pilihan ikan terhadap pakan kontrol dan pakan uji. Konsentrasi ekstrak metanol Linckia laevigata yang digunakan pada pakan uji adalah konsentrasi alaminya, yaitu 15,2 mg/ml. Hasil pengamatan pengujian yang telah dianalisis menggunakan Uji Chi-Kuadrat dan menunjukkan bahwa Linckia laevigata memiliki aktifitas antifeedant terhadap ikan karang.

The sea star Linckia laevigata seems to has active compounds with antifeedant activity. The study aims to investigate the antifeedant activity of methanol extract from the starfish Linckia laevigata against reef fishes at Pramuka Island Waters, Seribu Islands, DKI Jakarta. Treatment and control foods were used to see the reef fishes choice in the feeding assay. The concentration of methanol extract of Linckia laevigata used in this assay was 15,2 mg/ml, equivalent with the natural volumetric concentration of secondary metabolites from Linckia laevigata. Data analysis using Chi-Square Test showed that methanol extract of Linckia laevigata has antifeedant activity against reef fishes."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47705
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustisia Bandanira
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian laboratorium untuk mengetahui perbedaan
antara pengaruh pencekokan perasan dan infus rimpang kencur terhadap
tingkah laku nyeri mencit galur Swiss. Pencekokan dilakukan terhadap 35
ekor mencit yang terbagi dalam 7 kelompok perlakuan yaitu kelompok mencit
yaitu kelompok kontrol; kelompok yang dicekok dengan perasan rimpang
kencur 5%, 10%, dan 15% serta kelompok yang dicekok infus rimpang kencur
5%, 10%, dan 15%. Pengujian dilakukan dengan metode geliat (writhing
test), yaitu menghitung jumlah geliat akibat rasa nyeri yang dibangkitkan
dengan asam asetat 3%. Asam asetat 3% disuntikkan secara intraperitoneal
30 menit setelah pencekokan perasan dan infus rimpang kencur.
Pengamatan jumlah geliat dilakukan tiap 5 menit selama 30 menit setelah
penyuntikan asam asetat 3%. Penurunan jumlah geliat terjadi pada menit ke-
10 setelah penyuntikkan asam asetat 3%. Penilaian pengaruh pereda nyeri
dilakukan pada menit ke-10 setelah penyuntikkan asam asetat 3%. Hasil uji
ANAVA (α=0,01) menunjukkan adanya perbedaan sangat nyata antara ke-7
kelompok perlakuan. Hasil uji Tukey (α=0,05) menunjukkan bahwa perasan
dan infus rimpang kencur masing-masing dengan dosis 5%, 10%, dan 15%
dapat menurunkan jumlah geliat mencit. Hasil uji tersebut (α=0,05) juga
menunjukkan bahwa rimpang kencur dosis 5%, 10%, dan 15% tidak berbeda
nyata dalam menurunkan jumlah geliat mencit, baik yang diberikan dalam bentuk perasan maupun infus. Selain itu, hasil uji Tukey (α= 0,05) juga
menunjukkan bahwa baik perasan maupun infus rimpang kencur
memberikan pengaruh yang sama dalam meredakan nyeri."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>