Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140196 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratna Yuniati
"ABSTRAK
Eucalyptus urophyl la S.T. Blake dikenal dengan nama
Ampupu, diprioritaskan perlanamannya dalam program HTI karena
sifatnya yang baik untuk kayu industri. Simbiosis antara
akar tanaman dengan jamur ektomikoriza dapat meningkatkan
daya tahan hidup bibit di lapangan.
Pemberian tablet spora ektoinikoriza dengan kadar 0,2 -
1,0 g dalam media tuinbuh bibit mempengaruhi pertumbuhan dan
mutu bibit E. urophylla. Parameter pertumbuhan yang diukur
seteiah 3 bulan periakuan adalah: tinggi tanaman, diameter
batang, berat basah dan berat kering tajuk, akar, dan
tanaman secara keseluruhan. Sedangkan untuk mengetahui mutu
bibit digunakan perhitungan Indeks Mutu Bibit (1MB).
Dari hasil penelitian terlihat pertumbuhan bibit yang
terbaik diperoleh pada perlakuan dengan kadar 0,6 g ektomikoriza
yaitu 74,5 g berat basah total tanaman dengan
berat kering 25,3 g. 1MB tertinggi dihasilkan dari perlakuan
dengan kadar ektomikoriza 0,6 g yaitu 1,24.
Uji perbandingan berganda pada 0,05 menunjukkan
bahwa parameter pertumbuhan kelompok kontrol berbeda nyata
dengan parameter pertumbuhan pada semua kadar perlakuan.
Sedangkan antar periakuan terdapat beda nyata antara
pasangan perlakuan dengan kadar 0,2 g dengan 0,6 g; dan
pasangan 0,6 g dengan 1,0 g."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shaqila Maharani
"Kapsaisin (8-methyl-N-vanillyl-trans-6-nonenamide) merupakan senyawa aktif utama pada ekstrak cabai genus Capsicum yang diketahui memiliki aktivitas terapeutik sebagai analgesik dan anti-inflamasi. Pada aplikasinya, kapsaisin seringkali dikombinasikan dengan minyak esensial seperti eucalyptus oil yang mengandung senyawa terpen. Namun, minyak esensial telah dilaporkan memiliki kemampuan dalam meningkatkan penetrasi suatu obat sehingga dapat mempengaruhi kadar kapsaisin yang terpentrasi melalui kulit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh eucalyptus oil terhadap penetrasi Gliserosom-Kapsaisin. Preparasi Gliserosom-Kapsaisin dilakukan menggunakan metode hidrasi lapis tipis. Gliserosom-Kapsaisin yang dihasilkan berbentuk sferis, memiliki struktur unilamellar dengan ukuran partikel sebesar 60,42±0,131 nm, PDI 0,133±0,002, dan zeta potensial sebesar -33,9±0,153 mV. Uji penetrasi dilakukan secara in vitro menggunakan sel difusi Franz dengan membran kulit abdomen tikus terhadap Gliserosom-Kapsaisin tanpa eucalyptus oil dan Gliserosom-Kapsaisin dengan penambahan eucalyptus oil pada konsentrasi 0,25%; 0,5%; dan 0,75%. Hasil uji menunjukkan bahwa konsentrasi eucalyptus oil berkorelasi positif dengan jumlah kumulatif dan fluks obat. Konsentrasi eucalyptus oil 0,75% memiliki jumlah kumulatif dan fluks yang paling tinggi.

Capsaicin (8-methyl-N-vanillyl-trans-6-nonenamide) is the main active compound in chili extract which is known to have therapeutic activity as an analgesic and anti-inflammatory. In its application, capsaicin is often combined with essential oils such as eucalyptus oil that contain terpene compounds. However, essential oils have been reported to have the ability to increase the penetration of a drug so that it can influence the levels of capsaicin that penetrate through the skin. This study was conducted to examine the influence of eucalyptus oil on Glycerosome-Capsaicin penetration. Glycerosome-Capsaicin preparation was carried out using the thin layer hydration method. The resulting Glycerosome-Capsaicin is spherical in shape, has a unilamellar structure with a particle size of 60,42±0,131 nm, PDI of 0,133±0,002, and zeta potential of -33,9±0,153 mV. Drug penetration test was carried out in vitro using Franz diffusion cells with rat abdominal skin membrane. The cumulative amount of penetrated drug and flux of Glycerosome-Capsaicin without eucalyptus oil and Glycerosome-Capsaicin with the addition of eucalyptus oil at a concentration of 0,25%; 0,5%; and 0,75% were evaluated. Results showed that the concentration of eucalyptus oil tended to correlate positively with the cumulative amount of penetrated drug and transdermal flux. Eucalyptus oil at 0,75% exhibited highest cumulative amount of penetrated drug and transdermal flux."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prisma Yudistira
"PT. X adalah salah satu perusahaan HTI yang mendapatkan ijin seluas 296.262 ha.Merujuk pada tabel normal KLHK untuk spesies Eucalyptus pellita adalah sebesar 121 m3, sedangkan di lokasi penelitian potensi Eucalyptus pellita sebesar 100 m3. Perbandingan perbedaan pada tabel normal adalah pada jarak tanam yaitu pada jarak tanam tabel normal sebesar 3 m x 2 m sedangkan pada jarak tanam penelitian yaitu 3 m x 2,5 m, volume per pohon pada penelitian adalah sebesar 0,078 m3 sedangkan tabel normal 0,083 m3, maka dapat dikatakan bahwa potensi tegakan di Distrik Rasau Kuning belum optimal dan dapat dikembangkan. Penelitian ini bertujuan: menganalisis potensi tegakan di lokasi penelitian, menganalisis kondisi silvikultur, jarak tanam, pendidikan dan pelatihan di lokasi penelitian, menganalisis kondisi silvikultur, pendapatan pekerja borongan, pengelolaan tmpat tumbuh di lokasi penelitian, menganalisis peran silvikultur, pendapatan pekerja tidak tetap, pengelolaan tempat tumbuh dengan potensi tegakan, mengidentifikasi model potensi hutan tanaman industri yang berkelanjutan. Analisis faktor menggunakan menggunakan Analitical Hierarchy Process (AHP) sebagai metode dalam model potensi tegakan. Hasil penelitian menunjukkan potensi tegakan mencapai volume sebesar 100 m3/ha. Kondisi sarana dan prasarana produksi nilai rerata (0,92), jarak tanam nilai rerata (0,76), pendidikan dan pelatihan nilai rerata (0,90). Kondisi silvikultur nilai rerata (0,983), pendapatan pekerja tidak tetap nilai rerata (0,81), pengelolaan tempat tumbuh jika dibandingkan dengan penelitian yang tumbuh di Perawang termasuk dalam kategori baik. Analisis AHP peran silvikultur, pendapatan pekerja borongan, pendidikan dan pelatihan terhadap potensi tegakan adalah silvikulur dengan nilai (0,523). Analisis AHP pada potensi tegakan Eucalyptus pellita hutan tanaman industri yang berkelanjutan dengan hasil alternatif prioritas adalah sarana dan prasarana produksi (0,408) pada pengelolaan hutan tanaman industri. Kata kunci: Hutan Tanaman Industri, Potensi Tegakan, Keberlanjutan.

PT. X is one of the HTI companies that obtained a permit covering 296,262 ha. Refer to the normal table of volume for Eucalyptus pellita from the Ministry of Environment and Forestry is 121 m3 / ha, but in the location of research, the volume of Eucalyptus pellita in 2018 is 100 m3/ha. This study aims to: analyze potential in the research location, analyze silvicultural conditions, ratio of plant, education and training at the research location, analyze silvicultural conditions, income of precarious workers, manage growth in research locations, analyze the role of silviculture, income of temporary workers, management of growing places with stand potential, identifying sustainable industrial plantation management models. Factor analysis uses the Analytical Hierarchy Process (AHP) as a method in the industrial plantation management model. The results showed that the stand potential reached a volume of 100 m3/ha. The condition of facilities and infrastructure produced an average value (0,92), planting distance average value (0,76), education and training average value (0,90). The silvicultural condition of the average value (0,983), the income of bulk workers is the average value (0,81), the management of the growing place when compared to the research that grows in Perawang is included in the good category. AHP analysis is the role of silviculture, the income of precarious workers, education and training on stand potential is silviculur with a value (0,523). AHP analysis on sustainable industrial plantation management with priority alternative results is production facilities and infrastructure (0,408) in industrial plantation management. This research proves that silvicultural criteria and alternative production facilities and infrastructure have a major role in the sustainable industrial plantation management model. Keyword: Industrial Plantation Forests, Potential Stands, Sustainability."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
T53319
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umarat Sirijaroonwong; Somboon Kiratiprayoon; Sapit Diloksumpun; Prachak Ruenrit
"The genetic improvement of Eucalyptus species in Thailand has been developed at clone or variety levels. Eucalyptus camaldulensis Dehn. Clone A5 and Clone D1 are two of the most planted varieties at Sa Kaeo province in the eastern region of Thailand. Thus, the selection of clones which emphasize economic traits is not sufficient anymore. Wood density and leaf functional traits should be emphasized also because these characteristics directly affect yields of plantation. The studied area was a six-year-old clone A5 and D1 plantation with spacing of
3 m. x 3 m. in the village of Sa Kaeo Province, in eastern Thailand.
The basic wood density (WD) of A5 and D1 was 0.7364 and 0.6345 g/cm3, respectively. Stem volume was 0.0512 and 0.0577 m3/tree and the stem dry mass was 28.10 and 26.50 kg/tree, respectively. Although the stem volume of A5 was less than Dl, their WD had significant statistical differences (p < 0.05) because the WD of A5 was higher than Dl. Furthermore, the A5 provided more stem dry mass than Dl, equal to 30.95 and 28.40 ton per hectare, respectively. For the leaves slenderness, A5 and Dl were 1.18and 1.19 respectively, which had insignificant difference (p > 0.05) and the specific leaf weight was 0.0135 and 0.0120 g/cm2 .respectively, which had a significant statistical difference (p < 0.05). These results indicated that the leaf thickness of A5 was more than Dl. It was affected positively by photosynthesis The results suggest that wood density of stem and thickness of leaves in this study could be used further to improve the genetic Eucalyptus.
"
Thammasat Printing House, 2017
500 TIJST 22:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sheilla Andinne Chairunnisa
"Kanker serviks menempati posisi kedua kanker yang paling umum diderita oleh wanita di Indonesia. Penelitian senyawa antikanker dengan menggunakan tanaman herbal banyak dikembangkan karena dilaporkan memiliki efek samping yang rendah. Senyawa citronellol dan eucalyptol merupakan senyawa yang berpotensi menjadi antikanker karena telah dilaporkan dapat menurunkan viabilitas beberapa jenis sel kanker. Namun, pengaruh konsentrasi citronellol dan eucalyptol pada sel dari kanker serviks belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi (10, 25, 50, dan 100 μg/mL) senyawa citronellol dan eucalyptol terhadap viabilitas sel HeLa. Metode analisis yang digunakan yaitu dengan flow cytometry. Hasil pengujian dengan Two-way ANOVA pada tingkat kepercayaan 0,05 membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antar pemberian variasi konsentrasi senyawa citronellol dan eucalyptol terhadap viabilitas sel HeLa. Namun, diketahui bahwa senyawa citronellol dengan konsentrasi 50 μg/mL diketahui memiliki kecenderungan untuk menurunkan viabilias sel HeLa paling tinggi.

Cervical cancer is the second most common cancer suffered by women in Indonesia. Research on anticancer compounds using herbal plants has been used because it is reported to have low side effects. Citronellol and eucalyptol compounds are compounds that have the potential to be anticancer because they have been reported to reduce the viability of several types of cancer cells. However, the effect of citronellol and eucalyptol concentrations on cervical cancer cells is unknown. This study aimed to determine the effect of various concentrations (10, 25, 50, and 100 μg/mL) of citronellol and eucalyptol on HeLa cell viability. The analytical method used is flow cytometry. The test results using Two-way ANOVA at a confidence level of 0.05 proved there was no significant difference between the concentration variation of citronellol and eucalyptol compounds on the viability of HeLa cells. However, citronellol compound with a concentration of 50 μg/mL is known to have the highest tendency to decrease HeLa cell viability."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukmawijiati Inderasari Utami
"Minyak kayu putih dari distilasi Melaleuca cajuputi sering tidak memenuhi standar SNI 3954:2014, khususnya kandungan 1.8-sineol yang memiliki aktivitas antibakteri dan antioksidan. Fraksinasi distilasi vakum merupakan metode potensial untuk meningkatkan kandungan 1,8-sineol. Namun, belum ada penelitian yang mempertimbangkan rentang suhu fraksi sebagai variabel optimasi dan belum ada yang mengkaji pengaruhnya terhadap aktivitas antibakteri dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kandungan 1,8-sineol menggunakan fraksinasi distilasi vakum dan menguji pengaruhnya terhadap aktivitas antibakteri dan antioksidan. Fraksinasi distilasi vakum dilakukan pada tekanan -0,97 atm dengan variasi suhu V0 (35-37 °C), V1 (34-40 °C), V2 (32-42 °C), V3 (30-50 °C), V4 (27-60 °C), dan V5 (27-80 °C). Uji antibakteri menggunakan metode paper disc agar dan uji antioksidan menggunakan metode 2,2-diphenyl-1-picryhydrazyl (DPPH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksinasi distilasi vakum dengan variasi V0 dapat meningkatkan kandungan 1,8-sineol dari 53,44% menjadi 74,71% dengan persen berat 17,07%. Variasi V4 menunjukkan hasil optimal dengan kandungan 1,8-sineol sebesar 70,54% dan persen berat 63,62%. Aktivitas antibakteri yang kuat terlihat pada variasi V0 dan V4 dengan diameter zona hambat terhadap Staphylococcus aureus masing-masing 25,97 mm dan 21,48 mm, serta terhadap Escherichia coli masing-masing 26,92 mm dan 23,66 mm. Aktivitas antioksidan tertinggi terdapat pada variasi V3 dengan persentase inhibisi sebesar 19,17%.

Cajuput oil, derived from Melaleuca cajuputi, often fails to meet Indonesian National Standard (SNI) 3954:2014 due to insufficient 1.8-cineole content, which possesses antibacterial and antioxidant properties. This study aimed to enhance 1.8-cineole content through vacuum distillation fractionation and evaluate its effects on antibacterial and antioxidant activities. Fractionation was performed under different range temperatures (V0-V5). Antibacterial activity was assessed using the paper disc agar method, while antioxidant activity was determined using the DPPH method. Results showed that V0 increased 1.8-cineole content from 53.44% to 74.71%, with a weight percentage of 17.07%. V4 yielded optimal results, with 1.8-cineole content of 70.54% and weight percentage of 63.62%. V0 and V4 exhibited strong antibacterial activity against Staphylococcus aureus (25.97 mm and 21.48 mm inhibition zone diameters) and Escherichia coli (26.92 mm and 23.66 mm). V3 displayed the highest antioxidant activity (19.17% inhibition). In conclusion, vacuum distillation fractionation effectively increased 1.8-cineole content in cajuput oil. V4 demonstrated the highest content and could potentially meet SNI requirements. Moreover, V0 and V4 exhibited potent antibacterial activity, while V3 showed notable antioxidant activity. These findings contribute to the development of cajuput oil with improved quality and enhanced bioactive properties."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
Laily Fatimah
"ABSTRAK
Pada media yang diberj pupuk N-F berkadar 300-100 kg/ha,
diainati pengaruh penambahan pupuk K terhadap pertumbuhan dan
inutu bibit damar (Agathis loranthifolia Salisb.). Kadar K
Yang diberikan adalah 100, 200, 300 dan 400 kg/ha di sainping
kontrol. Fengamatan dilakukan selama 6 bulan. Uji statistik
menunjukkan bahwa perlakuan kadar pupuk K yang diberikan
tidak inempengaruhi pertuinbuhan dan mutu bibit
A. loranthifolia. Parameter pertumbuhan berupa: tinggi
tanainan, diameter batang, berat basah dan berat kering tajuk,
akar dan tanaman secara keseluruhan. Untuk inengetahui mutu
bibit digunakan perhitungari Indeks Mutu Bibit (1MB). Dengan
demikian, pemupukan K pada media yang inengandung unsur K
dengan nilai 96,00 dan telah diberi pupuk N-P tersebut, tidak
perlu dilakukan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>