Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144285 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Luzi Repeliyanti
"Kedelai {Glycine max (L.) Merr.), dikenal sebagai tanaman ekonomi dan sebagai sumber protein. Kedelai varietas Lompobatang merupakan varietas yang toleran pada lahan bergaram. Untuk mengetahui kemampuan tumbuh dan produksinya pada lahan tersebut, dilakukan penelitian pendahuluan dengan perlakuan beberapa konsentrasi NaCl. Perlakuan diberikan sebelum penanaman, ke dalam media yang berisi oampuran tanah kebun dan pupuk kandang dengan perbandingan 3 : 1. Hasil uji anava menunjukkan ada pengaruh pemberian NaCl 1000, 2000 dan 3000 ppm terhadap semua parameter yang diukur. Meningkatnya kadar NaCl menyebabkan tinggi dan berat kering tanaman, jumlah dan berat kering polong serta biji berkurang. Tanah'dengan kadar NaCl 1000 ppm masih dapat dimanfaatkan untuk penanaman kedelai, sedangkan kadar 3000 ppm sudah tidak memungkinkan lagi karena produksinya y8.ng sang3.t rendah. Analisa regresi menunjukkan grafik yang menurun pada peningkatan kadar NaCl bagi semua parameter yang diukur."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunisa
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S31316
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elah Nurlaelah
"Nanopartikel perak (NPAg) merupakan salah satu nanomaterial yang intensif dikaji dalam bidang nanoteknologi. Nanopartikel perak telah banyak digunakan dalam bidang pertanian karena memiliki efek stimulasi dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Selain itu, NPAg juga memiliki sifat toksik karena dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Sintesis NPAg secara biologis disebut biosintesis. Metode biosintesis NPAg menjadi alternatif yang memiliki keunggulan, seperti metode lebih sederhana, hemat biaya, ramah lingkungan dan mudah ditingkatkan untuk hasil atau produksi yang tinggi. Metode biosintesis menggunakan agen biologi seperti ekstrak tanaman sebagai pereduksi. Contoh biosintesis NPAg yang telah dikembangkan yaitu menggunakan ekstrak daun bisbul (Diospyros discolor Willd.). NPAg tersebut perlu dikaji secara luas efeknya pada tanaman, baik efek positif maupun negatif. Kedelai (Glycine max L. Merr) menjadi salah satu tanaman yang menarik untuk diteliti terkait interaksinya dengan NPAg. Kedelai merupakan salah satu tanaman dengan permintaan pasar yang cukup tinggi, tetapi produksinya rendah. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi kedelai yaitu dengan mendorong kemampuan perkecambahan dan pertumbuhan tanaman. Penelitian pertama bertujuan untuk menganalisis potensi toksisitas NPAg hasil biosintesis ekstrak bisbul serta dampak paparannya terhadap karakteristik biometrik dan fisiologis pada perkecambahan kedelai varietas Anjasmoro. Penelitian ini dirancang dalam lima kelompok perlakuan: kontrol (air), NPAg 20, 40, dan 60 mg/L, serta AgNO₃ 0,01 M. Hasil menunjukkan bahwa paparan NPAg tidak memengaruhi perkecambahan, dengan tingkat perkecambahan lebih dari 95% pada semua perlakuan. Sementara itu, tidak ada benih yang berkecambah pada perlakuan AgNO₃. Secara signifikan, NPAg 20 mg/L meningkatkan indeks vigor benih I dan panjang tunas, sedangkan NPAg 60 mg/L menurunkan panjang akar. Kandungan klorofil a, klorofil b, dan total klorofil secara signifikan meningkat dibandingkan kontrol, dengan peningkatan tertinggi pada konsentrasi 40 mg/L untuk klorofil a dan pada 60 mg/L untuk klorofil b. Penelitian kedua bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh paparan NPAg melalui berbagai metode aplikasi terhadap karakteristik biometrik dan fisiologis pada pertumbuhan tanaman kedelai varietas Anjasmoro. Tujuan lainnya yaitu untuk menganalisis pengaruhnya terhadap fenofase perkembangan dan produktivitas tanaman. Penelitian ini dirancang menjadi empat kelompok: kontrol, paparan NPAg 20 mg/L melalui nanopriming, foliar spray, dan kombinasi (nanopriming dan foliar spray). Hasil menunjukkan bahwa metode kombinasi menyebabkan penurunan signifikan pada beberapa parameter pertumbuhan seperti panjang akar, jumlah bintil akar, bobot segar dan kering, serta jumlah daun, yang sejalan dengan peningkatan akumulasi H₂O₂ dan fenolik akibat stres oksidatif. Di sisi lain, metode foliar spray dan kombinasi memberikan hasil lebih optimal pada fenofase (pembungaan dan pembuahan) dan produktivitas kedelai. Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan wawasan penting tentang potensi aplikasi NPAg dalam pertanian. Meskipun NPAg dapat meningkatkan perkecambahan dan pertumbuhan tanaman, penggunaannya memerlukan strategi pengelolaan yang cermat untuk memaksimalkan manfaat sekaligus meminimalkan risiko. Pengamatan jangka panjang diperlukan untuk memahami dampak penggunaan NPAg terhadap seluruh siklus hidup tanaman kedelai, termasuk potensi akumulasi residu dalam jaringan tanaman dan pengaruhnya terhadap kualitas hasil panen. Selain itu, disarankan melakukan analisis molekuler dan metabolomik pada tanaman kedelai yang diberi perlakuan NPAg untuk memperoleh data yang lebih komprehensif.

Silver nanoparticles (AgNPs) are one of the most extensively studied nanomaterials in nanotechnology. They are widely used in agriculture due to their stimulatory effects on plant growth and productivity. However, AgNPs also possess toxic properties that can inhibit plant growth. The biological synthesis (biosynthesis), offers advantages such as simplicity, cost-effectiveness, environmental friendly, and scalability for high production. Biosynthesis uses biological agents, such as plant extracts, as reducing agents. For example, biosynthesis using bisbul (Diospyros discolor Willd.) leaf extract, which has shown potential but requires extensive evaluation of its effects on plants, both positive and negative. Soybean (Glycine max L. Merr.), a crop with high market demand but low productivity, is of particular interest for studying AgNPs interactions. Enhancing seed germination and plant growth is one strategy to improve soybean productivity, and this can be achieved by using biosynthesized AgNPs. The first study aimed to analyze the toxicity potential of AgNPs synthesized using bisbul extract and their effects on the biometric and physiological characteristics of soybean germination. The experiment consisted of five treatment groups: control (water), AgNPs at 20, 40, and 60 mg/L, and 0.01 M AgNO₃. The results indicated that AgNPs exposure did not affect germination, as all treatments achieved germination rates above 95%, except for the AgNO₃ group where no seeds germinated. AgNPs at 20 mg/L significantly increased seed vigor index I and shoot length, while AgNPs at 60 mg/L reduced root length. Chlorophyll a, chlorophyll b and total chlorophyll contents increased significantly compared to the control, with the highest increases observed at 40 mg/L for chlorophyll a and 60 mg/L for chlorophyll b. The second study aimed to evaluate the effects of AgNPs exposure through different application methods on the biometric and physiological characteristics of soybean growth, reproductive phenophase, and productivity. Four treatment groups were designed: control, 20 mg/L AgNPs exposure via nanopriming, foliar spray, and a combination of nanopriming and foliar spray. The results showed that the combination method significantly reduced several growth parameters, including root length, nodule number, fresh and dry weights, and leaf number, corresponding to increased H₂O₂ and phenolic accumulation due to oxidative stress. Meanwhile, the foliar spray and a combination method gave more optimal results on phenophases (flowering and fruiting) and soybean productivity. This study provides important insights into the potential application of AgNPs in agriculture. Although AgNPs can enhance plant germination and growth, their use requires careful management strategies to maximize benefits and minimize risks. Long-term studies are needed to understand the effects of AgNPs application throughout the soybean life cycle, including potential residue accumulation in plant tissues and effects on crop quality. In addition, molecular and metabolomic analyses of AgNPs-treated soybeans are recommended to provide more comprehensive data."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunisa
"Usaha ekstensifikasi terus dilakukan pemerinlah untuk peningkatan produksi kedelai national melalui pemanfaatan lahan di daerah pasang surut. Namun masalah salinitas menjadi faktor pemhalas pertumbuhan lanaman. Salah sain sirategi unluk mcngatasi masalah tersebut adalah memilih kultivar Tanaman pertanian yang toleran terhadap kadar gararn tinggi. Telah dilakukan penelitian di rumah kaca Departemen Biologi FMIPA-U1 pada bulan Descmber 2003 sampai dengan Maret 2004 yang bertujuan untuk mengetahui respon tanaman kedelai [Glvcine max (L.) Merr.] variatas Jayawijaya terhadap beberapa konsetilrasi NaCl yaitu 0. 25. 50, dan 75 inM.Perlakuan NaCl diberikan sejak pengecambahan biji (dengan cara irigasi) sampai niasa pcrtumbuhan tanaman (dengan cara perendaman). Berdasarkan pengamatan kualitatif berupa persentasi perkecambahan, jumlah daun, berat segar tajuk. dan bera kering tajuk dapat disimpulkan bahwa NaCl konsentrasi 50 mM sudah mulai menurunkan kualitas pertumbuhan tanaman kedelai variatas Jayawijaya sehingga kedtlai varietas ini tergolong varietas yang scnsitif terhadap kadar garam di alas 50 mM.

Government keeps trying to increase the production of soybean through extensification program (enlarging the planting area) by using marginal land. However, salinity is being a factor thai influences llie growth and limits the productivity of crop plants. One of strategies to maintain production on saline soils includes the use of plants that are tolerant lo salinity. Experiments were conducted at green house of Department of Biology on December 2003 - March 2004.1 he objective of ihis study was to evaluate the effect of salinity on growth of soybean \Glycine max (L.) Men.) var. Jayawijaya at seedling stage and the later stages. In this study soybean were treated with 0, 25, 50 and 100 mM NaCl. The treatments with NaCl were begun since germination. Hased on qualitative test which are germination percentage, amount of leases, and 1'resh and dry shoot weight it was concluded that on NaCl 50 mM, the quaility of this plant growth start to decrease. Ihis Jayawijaya soybean is categorised as a sensitive to salinity above 511 mM."
[place of publication not identified]: Sains Indonesia, 2003
SAIN-8-1-2003-13
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"This studywas aimed to to know the effects of mycorhiza, legin and leaf litters of matoa[Pometia pinnata forst] and their combination on the growth of soybean [ glybean max (L) merr] on calcareous soil. ...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yustina F.
"Untuk mengetahui pengaruh kolkisin terhadap hasil tanaman kedelai {Glycine max (L.) Merrill) varietas Orba, biji-biji kedelai direndam dalam berbagai konsentrasi kolkisin, masing-masing selama 3, 6, dari 9 jam. Konsentrasi kolkisin. yang dimaksud adalah 0, 100, 200, 300, dan 400 ppm. Selanjutnya biji tersebut ditanam dalam kantung polietilen hitam. Metode penelitian adalah rancangan acak lengkap. Analisis variansi 2 faktor pada c* = 0,05 menunjukkan bahwa lama perendaman biji berpengaruh terhadap waktu panen, jumlah polong, dan biji. Waktu panen terlama didapat pada perlakuan perendaman 9 jam, yaitu 88,13 hari. Jumlah polong dan biji terbanyak dihasilkan pada perlakuan perendaman 3 jam, yaitu 22,87 polong dan 42,20 biji. Tingkat konsentrasi kolkisin berpengaruh terhadap waktu panen, jumlah polong, jumlah biji, dan ukuran biji. Waktu panen terlama dan biji terberat di hasilkan pada konsentrasi kolkisin 400 ppm, yaitu 90,78 hari dan 18,19 g/100 biji. Jumlah polong dan biji terbanyak dihasilkan pada konsentrasi kolkisin 0 ppm, masing-masing dengan nilai 34,58 polong dan 82,22 biji. Interaksi lama perendaman biji dan tingkat konsentrasi kolkisin hanya berpe ngaruh terhadap ukuran biji. Biji terberat dihasilkan pada lama perendaman 9 jam dengan tingkat konsentrasi kolkisin 400 ppe, yaitu 18,44 g/100 biji."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1993
S30914
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The aim of this study was to know the effects of legin application,NPK (15;15;15) and urea fertilizer on peat soils on the shoot total N,P content and nodule development of soybean (Glycine max (L)Merr.) ...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yusniar Yusuf
"Kecambah kedelai yang diperlakukan dengan perendaman dalam larutan IAA. 2,4D dan Kolkisin dengan variasi konsentrasi (2,5, 5,0, 7,5, 10 ppm). Kemudian ditanam pada media tumbuh yang terdiri dari tanah dan pupuk kandang (21) yang direndam terlebih dahulu dengan formalin dan dikering anginkan. Parameter yang diambil yaitu jumblah bintil akar dan tinggi tanaman pada fase negatif dan jumblah polong, jumlah biji daun serat biji pada saat panen, Bintil akar tidak dijumpai baik pada fase negatif maupun -fase neneratif. Parameter lainnya diuji Annava 2 faktor dan dilanjutkan dengan uji BNJ. Tinggi tanaman dan jumlah polong pada tiap perlakuanrrya berbeda nyata baik pada perlakuan IAA, 2,40 dan kolkisin maupun dengan variasi konsentrasi yang diberikan. Sedangkan jumlah biji hanya berbeda nyata pada perlakuan IAA dan 2,4D terhadap kolkisin dan tidak berbeda nyata pada perlakuan variasi konsentrasi. Berat biji tidak dijutmpai pada perbedaan nyata pada tiap perlakuan baik. IAA, 2,4D dan kolkisin maupun dengan variasi konsentrasi yang diberikan."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Kedelai merupakan salah satu sumber protein dan lemak nabati yang penting. Perubahan iklim global berpengaruh terhadap produktivitas kedelai, sehingga diperlukan kultivar-kutivar baru yang mempunyai sifat unggul tertentu agar produkivitas kedelai dapat ditingkatkan. Teknik in vitro dengan mutasi dan keragaman somaklonal merupakan meoda alternatif untuk memperoleh varietas baru apabila material genetik sebagai bahan seleksi tidak tersedia. Induksi mutasi dapat dilakukan pada populasi sel embriogenik dengan menggunakan iradiasi sinar gamma atau senyawa kimia, antara lain Ethyl Methan Sulfonate (EMS). Kedua metoda tersebut telah banyak digunakan untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman dan telah dikuasai dalam penerapan teknologi tersebut adalah meregenerasikan sel somatik hasil mutasi dan keragaman somaklonal agar dapat ditumbuhkan menjadi plannet (tunas in vitro). Beberapa faktor yang mempengaruhi regenerasi tanaman adalah jenis bahan tanaman, genotipe, komposisi media, dll. Perlakuan keragaman somaklonal dan mutasi yang diberikan dapat menyebabkan kerusakan pada sel sehingga diperlukan modifikasi pada metode regenerasi yang sudah diketahui agar populasi sel yang hidup setelah perlakuan mutasi dapat tumbuh menjadi tunas-tunas mutan."
AIDR 10:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Sodium (Na) was found as one of chemical elements that able to disturb plants that grow along the Cikijing river. This river water that had been detected as contains high sodium,whereas the river water is still used by local famers to irigate their rice fields....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>