Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 224854 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nengah Dwianita Kuswytasari
"Gedung hertingkat yang menggunakan sistem AC sentral dapat mengakihatkan terakum~1asinya hahan polutan. Bahan polutan dapat mengganggu kesehatan dan menimhulkan sindroma gedung bertingkat. Spera kapang dapat menjadi salah satu bahan polutan di dalam ruangan. Telah dilakti.kan isolasi dan identifikasi untuk mengetahui jenis-jenis kapang yang terdapat pada ruangan ber-AC lantai empat belas di gedung-gedung bertingkat. Penelitian dilakukan pada sembilan gedung bertingkat di jalan Jendral Sudirman Jakarta. dengan cara membuka lima huah cawan petri herisi medium Tauge Extract Agar (TEA) selama ljma helas menit. Cawan petri kemudian diinkubasi pada suhu kamar (26°--28°C). Medium yang digunakan untuk identifikasi adalah Czapek's Dox Agar (CDA). Malt Extract Agar (MEA). dan Potato Dextrose Agar (PDA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 23 jenis kapang dapat diisolasi dan diidentifikasi dari sembilan gedung bertingkat pada lantai empat helas. Kapang yang ditemukan termasuk ke dalam genera Aspergillus, Fusarium, Paecilomyces, Penicillium. dan kapang hitam: Chuppia, Cladosporium, C~rvularia, Humicola, dan Nigrospora. Penicillium frequentans merupakan kapang dengan prosentase keberadaan yang paling besar (16.06%)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Lina Iswaraningsih
"ABSTRAK
Rumah sakit merupakan tempat yang dihuni oleh pasien yang umumnya memiliki daya tahan tubuh yang rentan. Oleh karena itu, rumah sakit, terutama kamar operasi haruslah berada dalam keadaan relatif steril. Adanya mikroorganisme dalam kamar operasi dikhawatirkan dapat menimbulkan infeksi nosokomial. Telah dilakukan isolasi dan identifikasi untuk mengetahui jenis-jenis kapang yang terdapat dalam ruang Instalasi Bedah Pusat-Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (IBP-RSCM), Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara membuka cawan petri yang berisi medium Tauge Extract Agar (TEA) selama 15 menit. Pengambilan sampel dilakukan sebelum dan sesudah ruangan dibersihkan. Cawan petri tersebut kemudian diinkubasikan pada suhu kamar dan pengamatan dilakukan selama lima hari berturut-turut. Kapang dipelihara pada medium Potato Dextrose Agar (FDA). Identifikasi dilakukan dengan menggunakan medium Czapek's Dox Agar (CDA), Malt Extract Agar (MEA), dan FDA. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat 18 jenis kapang yang dapat diisoiasi dan diidentifikasi dari IBP-RSCM. Kapang yang ditemukan merupakan kapang dari marga Aspergillus, Chaetomium, Cladosporium, Curvularia, Fusarium, Humicola, Mortierella, Penicillium, dan Wallemia. Kapang yang memiliki persentase keberadaan terbesar sebelum ruangan dibersihkan adalah Aspergillus sedangkan sesudah ruangan dibersihkan
adalah Penicillium."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Netti Darta Br
"ABSTRAK
Ikan kering asin merupakan salah satu bahan pangan sumber protein hewani yang banyak dimanfaatkan manusia. Bahan pangan tersebut mudah mengalami kerusakan, khususnya oleh mikroorganisme. Penelitian dilakukan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi kapang-kapang pada 30 sampel ikan kering asin. Isolasi dilakukan dengan teknik direct plating rnenggunakan medium Dichioran Agar + Chloramphenicol. Kapang yang diisolasi yaitu kapang representatif berdasarkan warna dan tekstur koloni, yang tumbuh langsung pada potongan ikan tersebut. Isolat kapang ditumbuhkan pada medium identifikasi, yaitu Czapek's Dox Agar (CDA) dan Malt Extract Agar (MEA) atau Potato Dextrose Agar (PDA). Identifikasi dilakukan melalui pengamatan makroskopik dan mikroskopik dari kapang-kapang tersebut. Hasil penelitian isolasi dan identifikasi kapang pada 30 sampel ikan kering asin menunjukkan ada 36 spesies kapang yang terdiri dari 13 genera yaitu Absidia, Aspergilus, Chaetomium, Cladosporium, Curvularia, Doratomyces, Eurotium, Fusarium, Moniliella, Mucor, Neurospora, Nigrospora, Penicillium dan 3 isolat lainnya tidak dapat diidentifikasi. Kapang dari genus Aspergillus yang paling banyak ditemukan, yaitu ada pada 23 sampel dan kelompok Aspergillus candidus Link merupakan isolat kapang paling banyak yatu ada 8 isolat dari 102 isolat yang diperoleh."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rotua Devita Sari
"ABSTRAK
Ikan kering tawar merupakan bahan pangan, sumber protein hewani yang banyak dimanfaatkan manusia. Bahan pangan tersebut mudah mengalami kerusakan khususnya oleh mikroorganisme. Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi kapang-kapang pada 30 sampel ikan kering tawar. Isolasi dilakukan dengan teknik direct plating menggunakan medium Dichioran Agar + Chioramphenicol. Koloni kapang representatif yang tumbuh langsung pada tubuh ikan, diisolasi berdasarkan warna dan tekstur koloni. Isolat kapang ditumbuhkan pada medium identifikasi yaitu, Czapek's Dox Agar (CDA) dan Malt Extract Agar (MEA) atau Potato Dextrose Agar (PDA). Identifikasi dilakukan melalui pengamatan makroskopik dan mikroskopik dari kapang-kapang tersebut. Hasil penelitian menunjukkan ada 33 spesies dari 16 genera kapang yang dapat diisolasi dan diidentifikasi dari 30 sampel ikan kering tawar. Isolat kapang yang ditemukan termasuk ke dalam genera Absidia, Aspergillus, Chaetomium,. Cladosporium, Eurotium, Fusarium, Mucor, Moniliella, Neurospora, Nigrospora, Penicillium, Rhizopus, Scopulariopsis, Sordaria, Syncephalastrum, dan Trichoderma. Genus Aspergillus merupakan kapang terbanyak yang diisolasi yaitu ada pada 25 sampel dari 30 sampel ikan kering tawar. Aspergillus carbonarius (Bainer) Thom merupakan isolat terbanyak yaitu ada 14 isolat dan 99 isolat yang diperoleh."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Duniantri Wenang Sari
"Tingginya angka pencemaran udara di dalam ruang perkantoran di DKI Jakarta diduga dapat mengakibatkan gejala Sick Building Syndrome bagi para pengguna gedung. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kaitan antara parameter fisik kualitas udara dalam ruangan dengan gejala Sick Building Syndrome. Penelitian ini bersifat kuantitatif observasional dengan menggunakan desain penelitian cross sectional (potong lintang) yang dilakukan melalui pengukuran dan penyebaran kuisioner. Variabel yang diukur adalah parameter fisik kualitas udara dalam ruangan (konsentrasi debu partikulat PM10, PM2.5 dan PM1; suhu; kelembaban; dan pencahayaan) serta faktor confounding lainnya yaitu personal factor (umur, jenis kelamin, alergi, dan kebiasaan merokok), psikososial faktor, serta persepsi pekerja. Berdasarkan hasil pengukuran, nilai konsentrasi debu PM10 dan PM2.5 pada area basement di tiga gedung telah melebihi NAB yang ditetapkan oleh EPA tahun 2006 yaitu 0.15 mg/m3 untuk PM10 dan 0.035 mg/m3 untuk PM2.5. Namun pada middle floor dan top floor konsentrasi debu masih relatif berada di bawah NAB. Untuk hasil pengukuran suhu, kelembaban, dan pencahayaan pada basement juga berada di luar standar yang ditetapkan oleh Gubernur DKI Jakarta sedangkan pada ruangan lain masih berada dalam batas aman kecuali pada Gedung 2. Dari hasil analisis, tidak ditemukan hubungan antara parameter fisik kualitas udara dalam ruangan dengan gejala SBS. Hal ini diduga disebabkan karena keterbatasan penelitian yang dilakukan terutama responden yang mengisi kuesioner tidak semuanya adalah okupan yang berada pada ruangan yang diukur. Sedangkan untuk faktor confounding (personal factor, psikososial faktor, dan persepsi pekerja) yang diteliti hanya jenis kelamin yang terbukti memiliki hubungan yang signifikan terhadap SBS dimana pada wanita, ditemukan kasus SBS yang lebih banyak dibandingkan pria.

Increasing the number of indoor air pollutant in DKI Jakarta was estimated to be the causes of Sick Building Syndrome (SBS) for the occupant. This study had been established to get the relation between physics parameter of Indoor Air Quality (IAQ) with SBS. The study was cross sectional with observational quantitative that measured by environmental exposure and questionnaire. Physics parameter measured considering concentration of particulate matter (PM10, PM2,5, and PM1); temperature, relative humadity, and ilumination. Besides, another confounding factor are personal factor, perception, and pshychosocial. The measurement shown that the concentration of particulate matter (PM10 and PM2,5) and the other physics parameter over the limit value based on EPA and Government standar especially in basement area. Result using the chi square test shown no correlation between physics parameter of Indoor Air Quality (IAQ) with SBS. This maybe caused by uncorrect admission filing of questionnaire and area of sampling measurement. Whereas, for confounding factor is no correlation between personal factor, perception, and pshycosocial factor with SBS except for gender variable, woman complaint the symptoms more than men because of their physics and phsychosocial condition."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Maryanto
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T40128
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Fitria
"ABSTRAK
Kualitas udara dalam ruang sangat mempengaruhi kesehatan manusia, karena hampir 90% hidup manusia berada dalam ruangan. 400 sampai 500 juta orang khususnya di negara yang sedang berkembang sedang berhadapan dengan masalah polusi udara dalam ruangan. Salah satu ruangan yang berpotensi tinggi untuk mengalami masalah polusi udara dalam ruang adalah ruang perpustakaan, dimana di dalam ruangan tersebut banyak terdapat tumpukan buku dan rak-rak penyimpanan buku, dan diantaranya merupakan buku-buku lama. Konstruksi bangunan perpustakaan yang kurang memadai, seperti sistem ventilasi, juga akan membuat terkonsentrasinya debu di dalam ruangan. Bersama debu-debu tersebut terdapat kapang, yang merupakan salah satu jenis mikroba polutan di udara yang sering berhubungan dengan gangguan kesehatan pada orang-orang yang beraktivitas di dalam perpustakaan, misalnya petugas perpustakaan, dosen, dan mahasiswa. Gangguan kesehatan tersebut dapat menghambat dan mengganggu produktivitas kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kapang patogen dalam ruang perpustakaan serta kondisi fisik-kimia udara, sistem ventilasi, dan sanitasi ruangan. Penelitian dilakukan di lima perpustakaan di Universitas Indonesia, yaitu FKM, FMIPA, FHukum, FISIP, dan FSastra. Penangkapan kapang dilakukan menggunakan cawan petri dengan media Potato Dextrose Agar, dan pengukuran konsentrasi debu udara menggunakan personal dust sampler.
Di kelima perpustakaan tersebut ditemukan berbagai jenis kapang patogen yang berpotensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia. Kondisi fisik-kimia udara pada kelima perpustakaan itu secara umum masih kurang sesuai dengan persyaratan dalam KepMenKes RI No.2161M FS/SKM/1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran, terutama berkaitan dengan suhu dan kelembaban udara, intensitas cahaya, dan konsentrasi debu udara dalam ruang.
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan metodologi yang lebih sempurna dan jumlah sampel yang lebih banyak agar diperoleh hasil yang lebih baik mengenai kualitas udara dalam ruang perpustakaan beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya."
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
John Leonardi Laisnima
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T40159
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Roza Yulia
"Istilah endofit mengacu pada mikroorganisme yang sebagian atau keseluruhan siklus hidupnya berada dalam jaringan tanaman inang. Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi dan menyeleksi kapang-kapang endofit yang memiliki kemampuan memproduksi senyawa antimikroba. Kapang endofit yang diseleksi adalah hasil isolasi dari empat belas tanaman obat Indonesia. Untuk mendapatkan ekstrak atau larutan uji, isolat-isolat tersebut difermentasi dengan media cair dan hasilnya disentrifugasi. Seleksi dilakukan dengan mengukur diameter zona hambatan yang dihasilkan larutan uji isolat terhadap mikroba uji. Seleksi antimikroba dilakukan terhadap dua galur bakteri yaitu Bacillus subtilis dan Escherichia coli, dan terhadap dua galur jamur patogen, Candida albicans dan Aspergillus niger. Didapatkan tujuh isolat yang memiliki aktivitas antimikroba. Diantaranya empat isolat aktif menghambat pertumbuhan A. niger, dan satu isolat menghambat pertumbuhan C. albicans. Tiga isolat memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan B. subtilis, dan dua isolat aktif menghambat E. coli. Terhadap larutan uji dari tujuh isolat yang memiliki aktivitas antimikroba ini kemudian dilakukan Kromatografi Lapis Tipis dengan pelarut n-butanol, etil asetat, dan n-heksana. Selanjutnya dilakukan uji antimikroba terhadap seluruh bercak yang dihasilkan pada pelat KLT. Didapatkan empat bercak yang menunjukkan aktivitas antimikroba. Satu berca.

The term endophytic refers to the microorganism that during a more or less long period of their life, colonize in their host plants tissues. This research had been done to select the endophytic fungi with ability to produce antimicrobial agents. Endophytic fungi which had been selected were the result of isolation from fourteen Indonesian medicinal plants. In order to get the extract liquid, at first isolates were fermented using liquid media, and then the harvested cultures were centrifuged. The bioassay to determine the antimicrobial activity of the isolates used two strains of bacteria, Bacillus subtilis and Escherichia coli, and also two strains of pathogenic fungi, Aspergillus niger and Candida albicans. The diameter of the clear zone on the test media produced by the extracts of isolates had been measured to determine the activity of the isolates. Seven isolates showed antimicrobial activity. Four of them were active against A. niger and one of them against C. albicans. Three isolates were active against B. subtilis, and two isolates against E. coli. After the bioassay, the active extracts liquid were eluted with Thin Layer Chromatography method using n-buthanol, ethyl acetate, and n-hexane as the eluents. Then, the result spots were used to examine their antimicrobial activity. Four spots were recognized to have activity against test microbes. One spot was eluted using n-buthanol, and three spots using ethyl acetate."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2005
S32839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Bobby Gunadhi
"Proyek adalah merupakan suatu proses tahapan pekerjaan yang berkesinambungan dengan melibatkan pengorganisasian, koordinasi antara tenaga kerja, peralatan dan material dimana mempunyai waktu pelaksanaan dari awal sampai akhir tertentu dalam batas-batas anggarannya untuk menghasilkan suatu produk atau jasa sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan. Pada dasarnya peiaksanaan proyek memiliki bagian yang mencakup waktu pelaksanaan (time schedule), pengelolaan biaya (cost management) dan kiualitas (quality) dari produk atau jasa. Komponen tersebut diatas sating berhubungan dan dibutuhkan sistem Nngoperasian yang cermat dan teliti. Salah satu komponen terpenting dalam pelaksanaan proyek adalah mengenai pengeioiaan biaya karena 'merupakan sumber daya utama yang sangat terbatas jumlahnya. Oleh karena itu dalam studi kasus pada Pembangunan Struktur ST11 Gedung Bertingkat (9 lantai) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNM)"
2001
S35644
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>