Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162457 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Theresia Lina Iswaraningsih
"ABSTRAK
Rumah sakit merupakan tempat yang dihuni oleh pasien yang umumnya memiliki daya tahan tubuh yang rentan. Oleh karena itu, rumah sakit, terutama kamar operasi haruslah berada dalam keadaan relatif steril. Adanya mikroorganisme dalam kamar operasi dikhawatirkan dapat menimbulkan infeksi nosokomial. Telah dilakukan isolasi dan identifikasi untuk mengetahui jenis-jenis kapang yang terdapat dalam ruang Instalasi Bedah Pusat-Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (IBP-RSCM), Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara membuka cawan petri yang berisi medium Tauge Extract Agar (TEA) selama 15 menit. Pengambilan sampel dilakukan sebelum dan sesudah ruangan dibersihkan. Cawan petri tersebut kemudian diinkubasikan pada suhu kamar dan pengamatan dilakukan selama lima hari berturut-turut. Kapang dipelihara pada medium Potato Dextrose Agar (FDA). Identifikasi dilakukan dengan menggunakan medium Czapek's Dox Agar (CDA), Malt Extract Agar (MEA), dan FDA. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat 18 jenis kapang yang dapat diisoiasi dan diidentifikasi dari IBP-RSCM. Kapang yang ditemukan merupakan kapang dari marga Aspergillus, Chaetomium, Cladosporium, Curvularia, Fusarium, Humicola, Mortierella, Penicillium, dan Wallemia. Kapang yang memiliki persentase keberadaan terbesar sebelum ruangan dibersihkan adalah Aspergillus sedangkan sesudah ruangan dibersihkan
adalah Penicillium."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiza Murniatie
"Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo sebagai rumah sakit kelas A dan rujukan tingkat nasional mempunyai ahli yang lengkap dan tarif yang relatif lebih murah dari rumah sakit swasta rnenyebabkan pasien yang datang melebihi kapasitas, sehingga perlu mengalami antrian. Hal ini terjadi juga pada kamar bedah sentral yang dikenal dengan nama Instalasi Bedah Pusat. Antrian yang panjang pada bagian ini dapat mengakibatkan tertundanya pelaksanaan atau dibatalkannya suatu operasi. Dari hasil pengamatan awal didapatkan efisiensi pelayanan tindakan pembedahan elektif di Instalasi Bedah Pusat belum tercapai.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sistem antrian tindakan pembedahan elektif dan model antrian yang sesuai untuk Instalasi Bedah Pusat RSCM. Dengan menggunakan Teori Antrian (Queuing Theory) diharapkan pelayanan tindakan pembedahan di Instalasi Bedah Pusat yang diberikan akan lebih efisien. Untuk model antrian yang sesuai dilakukan simulasi dengan menggunakan perangkat lunak Quantitative System of Business (QSB) yaitu Queuing System Simulation.
Adapun sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah jumlah tindakan pembedahan selama 3 bulan yang dilakukan di tiga kamar bedah Instalasi Bedah Pusat RSCM, yaitu tiga kamar bedah yang dapat dipergunakan bersama secara bergantian.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa karakteristik sistem pelayanan tindakan pembedahan di Instalasi Bedah Pusat adalah sistem antrian dengan sumber populasi terbatas, kepanjangan antrian terbatas, waktu antar kedatangan mengikuti distribusi eksponensial, disiplin pelayanan FIFO (first in first out) dan tingkat pelayanan mengikuti distribusi Poisson. Model antrian yang dianggap sesuai untuk bagian ini (khususnya kamar bedah II, III dan V) yaitu sistem antrian dengan satu jalur antrian dengan tingkat kedatangan yang telah ditetapkan, waktu pelayanan mengikuti distribusi normal, dengan 3 kapasitas pelayanan, disiplin antrian FIFO, sumber populasi terbatas dan kepanjangan antrian yang juga terbatas.
Dengan menggunakan model antrian tersebut akan didapatkan waktu pasien dalam sistem pelayanan tindakan pembedahan lebih singkat 84.60 menit dan waktu pasien menunggu dalam antrian juga lebih singkat 79.37 menit jika dibandingkan dengan keadaan yang sedang berlangsung saat ini. Pelayanan di Instalasi Bedah Pusat juga lebih efisien bila dilihat dari rata-rata jumlah operasi yang Iebih besar dengan tingkat kegunaan fasilitas yang dicapai (75%, 76% dan 74%).
Saran yang dikemukakan adalah, dalam menerapkan model antrian yang dianggap sesuai tersebut perlu memperhatikan beberapa asumsi antara lain kesiapan petugas dan kamar operasi serta pasien. Untuk selanjutnya perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui alokasi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan sesuatu jenis tindakan pembedahan dan model antrian yang sesuai untuk kamar-kamar bedah.

As class A and national top referral hospital - with complete medical specialization and relatively lower tariff of services compared to private hospitals- Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital (RSCM) has to serve patients beyond its capacity which causes patients to queue up. This situation also occurs at the central operation rooms, which are known as the Central Surgery Installation. An operation or surgery at this unit might be postponed or cancelled due to a long queue. The result of preliminary observation showed that the efficiency of elective surgical services at the Central Surgery Installation is not fully achieved yet.
The primary objectives of the study were to assess the characteristics of queuing system of elective operation and the suitable queuing model for the Central Surgery Installation of Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital (RSCM). By applying The Queuing Theory the service of surgery at the Central Surgery Installation is expected to be more efficient. For a matched queuing model, simulation was conducted by using the software of Quantitative System of Business (QSB) i.e. Queuing System Simulation. The total number of operations at three operation rooms (used by turns at the same time) during 3- month period is taken as a sample.
The result of this study showed that the characteristics of the surgical services system at the Central Surgery Installation are queuing system with limited calling source, limited queue size, inter-arrival rate which follows exponential distribution, the FIFO (first in first out) discipline of service and the service time is proportional to Poisson distribution. The suitable queuing model for this unit (especially operation room II, III and V) is one line queue with deterministic level of attendance, time of service which follows normal distribution, with 3 capacities of service, queuing discipline of FIFO, limited calling source and limited queue size.
By applying the above-mentioned queuing model, the patient's waiting time in system of surgical services is 84.60 minutes shorter and the patient's waiting time in queue is 79.37 minutes shorter in comparison with the actual situation at the moment. The service at the Central Surgery Installation is also more efficient based on a higher average number of operation compared with the facility utilization rate achieved (75%, 76%, and 74%).
In applying the suitable queuing system, the recommendations proposed from this study is a number of assumptions such as well prepared manpower, operation rooms, and patients should be taken into account. Further study to evaluate time allocation for a specific operation and suitable queuing model for other surgical rooms is recommended.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idha Cahyani
"ABSTRAK
Instalasi Bedah Pusat (IBP) adalah salah satu unit pelayanan medis penunjang di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangu_nkusumo (RSCM) yang memberikan pelayanan bedah elektif dengan kapasitas 40 kali operasi perhari. Jaminan ketersediaan barang farmasi yang dibutuhkan untuk pelayanan tersebut turut menentukan tingkat kualitas pelayanan IBP.
Penelitian ini bertujuan membandingkan cara perencanaan pengadaan barang farmasi untuk IBP yang berlaku saat ini berdasarkan konsumsi yang lalu dan berdasarkan jumlah / jenis tindakan dengan pemakaian barang farmasi hasil observasi pada periode penelitian.
Metodologi penelitian mencakup telaah data sekunder yaitu data tindakan (dari administrasi & umum IBP), data pemakaian barang farmasi per pasien / per tindakan (dari depo farmasi IBP) serta data perencanaan barang farmasi (dari unit perencana barang farmasi RSCM). Analisis dipusatkan pada 50 item barang farmasi yang menghabiskan 80% dana pengadaan barang farmasi untuk IBP pada periode penelitian, yaitu bulan Juli, Agustus dan September 1995. Dari jumlah tindakan medik dan terapi sebelum periode penelitian, diramalkan jumlah tindakan yang akan dilakukan pada periode penelitian dengan menggunakan cara Regression, Moving Average dan Weighted Moving Average.
Peramalan ini digunakan sebagai dasar perhitungan perencanaan kebutuhan barang farmasi untuk tindakan-tindakan tersebut. Dengan menggunakan patokan harga yang berlaku, maka besaran biaya barang farmasi basil perencanaan kebutuhan dibandingkan dengan besaran biaya aktual pemakaian barang farmasi yang diobservasi pada periode penelitian.
Kesimpulan dari penelitian ini antara lain: hasil peramalan tindakan untuk dasar perencanaan kebutuhan barang farmasi dengan cara Regression, Moving Average serta Weighted Moving Average tidak berbeda; sehingga penelitian ini menentukan cara Moving Average yang digunakan. Perencanaan yang berlaku saat ini adalah berdasarkan pemakaian yang lalu, dengan rata-rata penyimpangan absolut (Mean Absolute Procentage Error) sebesar 9,16%. Perencanaan simulasi tindakan yang diramalkan dengan cara Moving everage ternyata mempunyai rata-rata penyimpangan absolut lebih rendah yaitu 8,72%.
Dengan demikian terlihat bahwa cara perencanaan barang berdasarkan data lampau, maupun perencanaan barang farmasi berdasarkan ramalan tindakan hanya mampu meramalkan 90% dari kebutuhan barang farmasi yang benar-benar dibutuhkan di IBP (observasi).
Peneliti menyarankan agar Staf Medis Fungsional yang melakukan operasi di IBP mulai menyusun standar tindakan terapi yang kelak menjadi dasar standar pemakaian barang farmasi pertindakan medis. Perlu dilakukan penelitian lebih jauh menggunakan periode observasi yang lebih panjang , agar hasilnya lebih baik dan mendekati kebutuhan yang sebenarnya. Jelas sudah dibutuhkan adanya sistem informasi yang baru dan akurat untuk mendukung perencanaan kebutuhan barang farmasi dimasa mendatang.

ABSTRACT
Analysis Of Methods For Predicting Pharmaceutical Supplies Consumption By Central Surgical Rooms Of Cipto Mangunkusumo Hospital JakartaCentral surgical rooms in Cipto Mangunkusumo Hospital are managed under the Instalasi Bedah Pusat (IBP), for an average use of 40 elective operations per day. To support this service, the provision of pharmaceutical supplies must be assured.
The purpose of this study is to compare the current method for predicting pharmaceutical supplies based on previous consumption and type of operation, with another predicting method based on the actual pharmaceutical supplies observed during the study.
Methodology of the study included a review of the secondary data of : type of operation, consumption of the pharmaceutical supplies per patient day, and stock of supply. The analysis was directed at 50 pharmaceutical items which absorted 80% of the allocated budget for IBP during the study period.
Based on the previous number of surgeries performed, three methods of prediction were employed : Regression, Moving Average and Weighted Moving Average .
Since the result showed no significant differences between these methods, the moving average method was selected for predicting the number of surgeries. These predicted total surgeries were employed to estimate costs based on current price-list.
The predicted total costs was then compared to the actual total costs during the study period. The comparative findings indicated that both methods yield about 90% correct predictions of the real pharmaceutical consumptions
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Duta Liana
"ABSTRACT
The Factors Which Related with the Operation Delay in Central Surgery Installation at Dr.Cipto Mangunkusumo General HospitalIn accordance with scientific and technology development, surgery procedures are becoming a specialist and expensive health services.
There is a trend to minimize the cost of hospital services by establishing centralized of the high cost units such as operation rooms.
Dr. Cipto Mangunkusumo general hospital is the type A and National top referral hospital which has full array of experts/specialists physician while the tariff of the services is relatively lower than the surrounding private hospitals. The consequence of this condition, bring this hospital has to serve patients beyond its capacity which in turn overburdened the services. This condition is also affected at the central operation room, i.e. Central Surgery Installation.
In performing elective surgery procedures, the patients should wait for operation schedule. The preliminary observation showed that there were many delayed and canceled of the scheduled surgery, so that affected the hospital management and hospital performance.
The aim of this study is to know the percentage of delayed operations and affecting factors. This is a cross sectional study using observation and interviews. The sample is all of the surgery procedures during 6 working days at 12 operation rooms, in June 1996. The data was collected as primary data by filling the form and questionnaires.
The results:
1. Delayed surgery level is 90.9 %.
The delayed percentage of the arrival of consultant surgeon who needed for teaching the resident is 80.8 %, with average time of delay is 40 minutes. Then the delayed percentage of the arrival of anesthesiology resident is 60.6 % with the average time of delay is 36.6 seconds and the delayed percentage of arrival of patients is 62.1 % with the average time of delay is 4.2 minutes.
There is statistically significant correlation between the operation delay and the arrival delay of paramedic, anesthesiology resident, surgeon assistant, surgeon, surgeon consultant, the patients and the duration of operation. But there is no statistically significant correlation between the operation delay and the kind of surgery. This study is also revealed the percentage of operation cancel lance by 12.4 % with the common cause is patient subjectivity (28.6 %).
2. There are many operations which its duration are not appropriate with allocated time.
3. Lack of appropriate and adequate amount of linen, both for patients and provider, i.e. surgery linen such as jas pack, lap pack.
Suggestions :
1. Good communication between provider inside and outside of Central Surgery Installation.
2. It is necessary to make the evaluation about the report of tasks and responsibility of Central Surgery Installation and the procedure of surgery especially about the arrival of the provider.
3. It is necessary to make good cooperation with the medical committee of the hospital to take an appropriate action in case of any mistakes.
4. It is necessary to give special attention from the hospital administrator according to linen budgeting in the Central Surgery Installation.
5. It is necessary to make the longitudinal study about surgery duration according to the kind of surgery, to increase the optimal utilization of the operation room.
Bibliography : 24 ( 1969 - 1995 )
xi + 124 pages + 36 tables + 2 figures + 5 annexes;Sejalan dengan perkembangan IPTEK maka kebutuhan pelayanan kesehatan melalui tindakan bedah menjadi bentuk pelayanan kesehatan yang spesialistik, mahal.

ABSTRAK
Terdapatnya kecenderungan penghematan biaya pada pelayanan Rumah Sakit dengan melakukan sentralisasi unit-unit yang memerlukan biaya tinggi atau unit sebagai cost center diantaranya adalah kamar operasi.
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo sebagai rumah sakit tipe A dan rujukan tingkat nasional mempunyai tenaga ahli yang lengkap dan tarif yang relatif murah menyebabkan pasien yang datang melebihi kapasitas dan perlu mengalami antrian yang panjang. Hal ini dapat terjadi di kamar operasi yang dikenal dengan nama Instalasi Bedah Pusat. Dalam melaksanakan tindakan operasi efektif pasien harus menunggu antrian jadwal operasi, sedangkan dari pengamatan awal didapatkan masih adanya keterlambatan atau pembatalan operasi sehingga pasien harus menunggu jadwal antrian berikutnya. Tentunya hal ini selain mempunyai dampak kepada pasien juga terhadap manajemen rumah sakit serta penampilan kerja rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase keterlambatan/pernbatalan operasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan cara pengamatan kegiatan operasi dan wawancara. Adapun sampel pada penelitian ini adalah seluruh operasi pada 12 kamar operasi selama 6 hari kerja pada bulan Juni 1996 di Instalasi Bedah Pusat RSCM. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer berupa formulir pengisian dan kuesioner. Analisa statistik yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian yang didapat :
1. Tingkat keterlambatan operasi 90,9%.
Diantara anggota provider, kedatangan konsulen operator yang dibutuhkan untuk bimbingan/ujian pada 26 operasi mempunyai persentase keterlambatan sebesar 80,8% dengan rata-rata waktu keterlambatan yaitu 40 menit, diikuti keterlambatan PPDS Anestesi 60,6% dengan rata-rata waktu keterlambatan 37,6 menit. Sedangkan pasien mempunyai persentase keterlambatan 62,1% dengan rata-rata waktu keterlambatan 4,2 menit. Adanya hubungan bermakna secara statistik antara keterlambatan operasi dengan keterlambatan kedatangan paramedik, PPDS anestesi, asisten operator, operator, konsulen operator, pasien, lama operasi. Sedangkan tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara keterlambatan operasi dengan jenis operasi. Pada penelitian ini juga terdapat pembatalan operasi sebesar 12,4%. Dimana alasan terbanyak disebabkan faktor subyektivitas pasien (28,6%).
2. Adanya lama operasi yang belum sesuai dengan alokasi waktu (rencana) yang di tentukan.
3. Kurang tersedianya linen khususnya linen pasien, linen operasional (Jas pack, Lap pack) didalam kegiatan operasi.
Saran-saran yang diusulkan antara lain :
1. Adanya hubungan komunikasi (HAM) yang baik antara anggota provider baik yang berada di bawah atau yang tidak berada di bawah Instalasi Bedah Pusat, begitu pula dengan ruang rawat yang terkait.
2. Perlunya evaluasi terhadap laporan tertulis tentang tugas/tanggung jawab IBP dan tata tertib laksana tindakan bedah khususnya mengenai kedatangan provider yang telah disetujui oleh semua pihak yang terkait.
3. Perlunya bekerja sama dengan Direktur RSCM (komite medik) untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu apabila peraturan tertulis tersebut tidak dipatuhi.
4. Perlunya perhatian administrator Rumah Sakit terhadap anggaran pengadaan linen di Instalasi Bedah Pusat.
5. Perlu diadakan suatu survai lama operasi (alokasi waktu) berdasarkan jenis operasi untuk memudahkan dalam pembuatan waktu rencana operasi, sehingga dapat meningkatkan utilisasi kamar operasi.
Daftar Pustaka : 24 (1969-1995)
xi + 124 halaman + 36 tabel + 2 gambar + 5 lampiran
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Atalya
"Ansietas merupakan hal paling umum yang dapat dialami pada pasien dengan rencana operasi. Ansietas didefinisikan sebagai perasaan takut yang luar biasa, khawatir, dan cemas yang disertai dengan peningkatan aktivitas sistem saraf otonom. Prosedur operasi dapat menimbulkan ansietas pada anak, salah satunya pada anak usia sekolah. Apabila ansietas anak pada tahap pra-operasi dapat teratasi, maka akan mendukung pemulihan pasca operasi yang lebih cepat dan memberikan koping yang efektif pada anak. Biblioterapi adalah pemanfaatan buku sebagai media terapi untuk menurunkan ansietas. Biblioterapi dapat menurunkan tingkat ansietas pada pasien anak usia sekolah dengan ansietas pra-operasi. Ansietas diukur dengan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale. Hasil menunjukkan bahwa asuhan keperawatan menggunakan biblioterapi dapat menurunkan ansietas yang dirasakan oleh anak dengan skor 16 (ansietas ringan) turun menjadi 9 (tidak ansietas). Hasil ini merekomendasikan dilakukannya integrasi asuhan keperawatan psikososial dengan asuhan keperawatan fisik pada anak yang mengalami ansietas pra-operasi.

Anxiety is one of the commonest events that can happen to patients waiting for surgical operations. Anxiety is defined as an overwhelming experience of fear, worry, nervousness, and inreased activity of the autonomic nervous system. School-age children may develop an anxiety before they have surgical procedure. If their anxiety in the pre-surgery can be resolved, it will support they recovery after surgery and provide their effective coping. Bibliotherapy is using book as a therapy for anxiety. Bibliotherapy can decrease anxiety levels in school-age patients with pre-operative anxiety. The data was collected using Hamilton Anxiety Rating Scale. The result showed that biblioteraphy can decrease anxiety felt by the client from score 16 (mild anxiety) to 9 (not anxiety). This analysis recommended the integration of psychosocial nursing care combined with physical nursing care for pediatric with an anxiety pre-surgery."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bari Ahmad Adhyasta
"Pendahuluan
Berbagai studi menunjukkan obat off-label banyak diberikan pada pasien anak. Pemberian obat off-label dapat menimngkatkan risiko efek samping obat. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi peresepan obat off-label pada pasien anak di Instalasi Gawat Darurat RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (IGD-RSCM) yang selama ini belum pernah diteliti.
Metode
Desain penelitian ini potong lintnag. Sampel peresepan, diambil dari rekam medis pasien anak di IGD-RSCM secara consecutive sampling. Kriteria inklusi adalah peresepan untuk pasien anak usia 0-18 tahun di IGD RSCM pada periode Januari- Desember 2018. Kriteria eksklusi berupa data tidak terbaca atau tidak lengkap, peresepan elektrolit, suplemen, vitamin, dan obat luar. Data jenis kelamin, usia, dan jenis kelompok obat berdasarkan klasifikasi The Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) dicatat. Status peresepan off-label ditentukan berdasarkan usia pasien saat obat diresepkan. Proporsi peresepan off-label pada kelompok gender dan usia anak dianalisis dengan uji Chi-Square.
Hasil
Dari 446 sampel peresepan yang diuji, 24,7% sampel merupakan peresepan off- label berdasarkan kategori usia.Berdasarkan kelompok ATC, kelompok obat yang paling sering diresepkan adalah obat sistem saraf dengan proposi off-label paling tinggi ditemukan pada kelompok agen antineoplastik dan imunomodulasi (88,2%). Tidak ada perbedaan proporsi peroff-label yang signifikan antara pasien anak laki- laki (21,9%) dan perempuan (27,4%) (p = 0,169, PR= 0,662 IK= 0,593 – 1,005). Tidak ada hubungan signfikan antara kelompok usia (bayi, anak, dan remaja) terhadap proporsi peresepan off-label (p = 0,086).
Kesimpulan
Proporsi peresepan obat off-label pasien anak di Instalasi Gawat Darurat RSCM adalah 24,7%. Jenis kelamin dan perbedaan kelompok usia antara bayi, anak, dan remaja tidak berhubungan dengan besar proporsi peresepan off-label.

Introduction
Various studies showed that pediatric patients often received off-label drugs. Off- label drug administration can increase the risk of adverse drug reactions. This study aims to evaluate the off-label prescriptions in pediatric patients at the Emergency Department of dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (IGD-RSCM) which has never been studied.
Methods
This is a cross sectional study. Prescription samples were taken from the medical records at IGD-RSCM by consecutive sampling. The inclusion criteria were prescriptions for children aged 0-18 years treated at IGD-RSCM during January- December 2018. The exclusion criteria were unreadable, incomplete prescribing data, electrolytes, supplements, vitamins, and external medications. Data of gender, age, and drug class based on The Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) classification were recorded. Off-label prescribing status was determined based on the patient's age at the time of prescription. Proportions of Off-label prescriptions in each gender and pediatric age groups were analyzed using the Chi-Square test. Results
Of the 446 prescriptions analyzed , 24.7% were prescribed off-labelly by age category. Based on the ATC, nervous system drugs was the most frequently prescribed medication. The highest proportion of off-label drugs prescription was the antineoplastic and immunomodulating agent (88.2%). There was no significant difference in the off-label prescription proportion between boys (21.9%) and girls (27.4%) (p=0.169, PR=0.662 CI=0.593-1.005). There was no significant association between age groups (infants, children and adolescents) and the proportion of off-label prescriptions (p= 0.086).
Conclusion
The proportion of pediatric off-label prescription at the IGD-RSCM was 24.7%. Gender and pediatric age group differences were not associated with the level of off-label prescriptions proportions.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C. Rini Suprapti
"ABSTRAK
Kista rahang sering dijumpai pada Poliklinik Bedah Mulut Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Dari penelitian terdahulu diperoleh data bahwa jenis kista yang paling sering ditemukan yaitu kelompok Kista Odontogenik. Oleh karena data lengkap kista Odontogenik belum ada pada bagian / Poliklinik Bedah Mulut Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti frekuensi dan distribusi Kista Odontogenik pada pasien yang datang ke Poliklinik Bedah Mulut Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo mulai bulan Januari 1987 sampai dengan Desember 1988.
Tanda-tanda fisik dan gejala kista dapat dikenal secara klinik namun tergantung pada keadaan kista. Pada stadium awal biasanya tidak menimbulkan keluhan pada pasien. Kista yang masih dalam ukuran kecil sering ditemukan secara kebetulan misalnya pada waktu dilakukan pemeriksaan radiografik. Pada stadium lanjut pasien akan merasakan adanya benjolan bahkan sampai terjadi deformitas muka. Gejala radang dapat timbul bilamana kista mengalami infeksi. (1,2)
Kista Odontogenik adalah kista yang timbul dari epitel yang diperlukan pada waktu pembentukan gigi. (1,3,4,5) Menurut Killey, Kista Odontogenik dibedakan dalam 3 tipe yaitu Kista Periodontal, Dentigerous, dan Primordial. (5)
Kista Periodontal merupakan salah satu kelompok Kista Odontogenik yang paling sering ditemukan, dan dapat terjadi pada bagian apikal, sisi akar, atau pada lokasi bila gigi penyebabnya telah diekstraksi. (1,2,4,5)
Kista Dentigerous terjadi pada sekitar mahkota gigi yang tidak erupsi. Kista ini terbentuk setelah mahkota gigi mengalami kalsifikasi. Ditinjau dari hubungannya dengan gigi dapat dibedakan: tipe Perikoronal, Lateral, dan Sirkumferensial. Kista Primordial terjadi karena adanya perubahan kistik pada bagian dalam dental lamina sebelum terbentuk jaringan keras gigi. Kista ini dapat terjadi dimana saja pada rahang, namun lokasi tersering yaitu pada rahang bawah daerah Posterior. (1,435,6,7) Kista ini juga disebut Odontogenic Keratocyst.
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan klinik, radiografik, pemeriksaan punksi aspirasi cairan kista, pengamatan selama operasi pengangkatan kista. dan pemeriksaan histopatologik. Tindakan terapi umumnya dilakukan enukleasi, tetapi dapat pula dilakukan marsupialisasi, atau kombinasi antara marsupialisasi dan enukleasi pada tahap selanjutnya.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marshelli Orlanda
"Latar Belakang: Mual dan muntah adalah salah satu keluhan pascaoperasi yang paling sering ditemukan selain nyeri pada pasien yang menjalani operasi dalam pembiusan umum. Dari banyak penelitian yang telah dilakukan, sebesar 20-30% pasien pascaoperasi mengalami mual muntah dalam waktu 24 jam setelah operasi, dan keluhan ini merupakan salah satu penyebab ketidakpuasan pasien dalam menjalani tindakan pembiusan. PONV (postoperative nausea and vomiting) memiliki faktor-faktor risiko yang multifaktorial seperti jenis kelamin, usia, riwayat PONV sebelumnya, riwayat merokok, penggunaan neostigmin, lama anestesi, anestesi inhalasi, dan penggunaan opioid. Di RSCM belum ada data mengenai gambaran insiden PONV dan faktor-faktor risiko yang mempengaruhinya. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui insiden PONV pada pasien bedah elektif di IBP RSCM, dan faktor-faktor risiko yang mempengaruhinya.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional, dilakukan pada 256 pasien yang diambil dengan teknik consecutive sampling. Data pasien kemudian dicatat, berupa data umum pasien, data mengenai teknik anestesi, obat-obatan yang digunakan serta jenis pembedahan. Pasien diamati dua kali dalam 24 jam yaitu dalam dua jam dan dalam 24 jam pascaoperasi tentang apakah pasien mengalami mual dan atau muntah. Data kemudian dianalisis menggunakan perhitungan regresi logistik multivariat untuk menentukan faktor-faktor risiko apa saja yang berpengaruh.
Hasil: insiden PONV dalam 24 jam pertama adalah 21,5%. Faktor risiko yang dapat diidentifikasi dari penelitian ini adalah jenis kelamin perempuan, usia di bawah 50 tahun, teknik anestesi umum inhalasi, penggunaan fentanyl di atas 100 mcg, dan riwayat PONV sebelumnya. Faktor risiko yang tidak dapat disimpulkan sebagai faktor risiko PONV dalam penelitian ini adalah status merokok, penggunaan neostigmin, lama anestesi, penggunaan N2O, dan penggunaan morfin pascaoperasi.

Background:PONV is one of the most frequently found complaints postoperatively beside pain after elective surgery. From many studies it found that 20-30% patients will have PONV in 24 hours after surgery, dan this complain is one of the cause of patient’s discontent after undergoing anesthesia. PONV have multifactorial risk factors, such as sex, age, history of PONV, smoking history, neostigmin usage, duration of anesthesia, inhalational anesthesia technique, and opioid usage.At RSCM there is still no data depicting the incidence and risk factors of PONV. The purpose of this study is to find the PONV incidence at central operating theathre of RSCM and to determine the PONV risk factors that may contribute.
Methods: This study is a cross-sectional study, involving 256 patients undergoing elective surgery at central operating room of RSCM by consecutive sampling technique. Data obtained are patient’s general characteristics, anesthesia techniques, drugs used, and types of surgery. Patients were observed two times in 24 hours after surgery, the first observation is within 2 hours and the second is in 24 hours after surgery. Data are then analyzed using mutivariate logistic regression analysis to determine which risk factors that may contribute to PONV.
Results: PONV incidence in the first 24 hours is 21,5%. Indentified PONV risk factors are female sex, age under 50 years, inhalational anesthetic technique, usage of fentanyl above 100 mcg, and history of previous PONV. Factors that cannot be concluded as the PONV risk factors are smoking status, neostigmin usage, length of anesthesia, N2O usage, and postoperative morphine usage
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nengah Dwianita Kuswytasari
"Gedung hertingkat yang menggunakan sistem AC sentral dapat mengakihatkan terakum~1asinya hahan polutan. Bahan polutan dapat mengganggu kesehatan dan menimhulkan sindroma gedung bertingkat. Spera kapang dapat menjadi salah satu bahan polutan di dalam ruangan. Telah dilakti.kan isolasi dan identifikasi untuk mengetahui jenis-jenis kapang yang terdapat pada ruangan ber-AC lantai empat belas di gedung-gedung bertingkat. Penelitian dilakukan pada sembilan gedung bertingkat di jalan Jendral Sudirman Jakarta. dengan cara membuka lima huah cawan petri herisi medium Tauge Extract Agar (TEA) selama ljma helas menit. Cawan petri kemudian diinkubasi pada suhu kamar (26°--28°C). Medium yang digunakan untuk identifikasi adalah Czapek's Dox Agar (CDA). Malt Extract Agar (MEA). dan Potato Dextrose Agar (PDA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 23 jenis kapang dapat diisolasi dan diidentifikasi dari sembilan gedung bertingkat pada lantai empat helas. Kapang yang ditemukan termasuk ke dalam genera Aspergillus, Fusarium, Paecilomyces, Penicillium. dan kapang hitam: Chuppia, Cladosporium, C~rvularia, Humicola, dan Nigrospora. Penicillium frequentans merupakan kapang dengan prosentase keberadaan yang paling besar (16.06%)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>