Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54684 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Marlina
"Telah dilakukan penelitian eksperimental untuk mengetahui pengaruh estradiol benzoat terhadap diferensiasi warna bulu dada, berat badan, perilaku seks, dan gonad Burung Puyuh Jepang (Coturnix coturnixjaponica Temm. & Schleg.). Delapan puluh butir telur dibagi dalam empat kelompok perlakuan, yaitu satu kelompok kontrol tanpa perlakuan dan tiga kelompok eksperimen yang disuntik dengan estradiol benzoat dosis 5 ρg, 10 ρg, dan 15 ρg. Penyuntikan dilakukan pada hari ke-3 inkubasi telur, kemudian setelah menetas burung puyuh dipelihara dan dilakukan pengamatan warna bulu dada (minggu ke-7), berat badan (minggu ke-1,3,5,7,dan 14), perilaku
seks (minggu ke-12 sampai 14), dan gonad (minggu ke-14). Hasil uji statistik nonparametrik Kruskal-Wallis menunjukkan tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap berat badan burung betina dan berat gonad jantan dan gonad betina, tetapi menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap berat badan burung jantan. Hasil analisis secara deskriptif cenderung tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap perilaku seks burung betina, dan warna bulu dada burung jantan dan burung betina, tetapi cenderung menunjukkan adanya pengaruh terhadap perilaku seks burung jantan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf (sedang dalam proses digitalisasi)
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardia Said
"ABSTRAK
Diferensiasi seks pada kelompok aves selain ditentukan oleh genetik seks juga sangat dipengaruhi oleh aktivitas harmon, terutama harmon estrogen yang berperan penting dalam diferensiasi seks primer dan sekunder burung betina. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh penyuntikan harmon estradiol benzoat (EB) pada telur burung puyuh (Coturnix coturnix japonica Temm. & Schieg.) berumur 3 hari masa inkubasi, tehadap daya tetas telur, kelolosan hidup, dan diferensiasi seks yaitu oviduk dan kelenjar kloaka. Delapan puluh butir telur puyuh dibagi dalam empat kelompok penlakuan, yaitu kelompok kontrol (tanpa penlakuan), dan tiga kelompok perlakuan yang masing-masing disuntik dengan 5.tg (E 1 ), 10ig (E2), 15p.g (E3) estradiol benzoat. Hasil penelitian mempenlihatkan bahwa daya tetas telur berkisar antara 35-50%, dengan kelotosan hidup sejak umur I hari penetasan hingga umur 14 minggu mencapai kisaran antara 85,71- 100%. Hasil uji Kruskal-Wallis terhadap oviduk menunjukkan bahwa EB tidak berpengaruh nyata terhadap panjang dan berat oviduk, tetapi berpengaruh nyata terhadap kelenjar kloaka. Hasil uji perbandingan berganda menunjukkan perbedaan nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan (E 1 , E2 , dan E3) dan tidak berbeda nyata untuk E1 dengan E2 dan E2 dengan E3."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariana Destila Bayu Intan
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S31495
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Hanida
"ABSTRAK
Penelitian pengaruh penambahan beberapa konsentrasi natrium asetat dalam medium Beneck terhadap pertumbuhan Chioreila pyrenoidosa Chick telah dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Jurusan Biologi FMIPA UI. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan beberapa konsentrasi natrium asetat terhadap kerapatan sel C. pyrenoidosa saat peak dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai peak. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 6 pert akuan konsentrasi natrium asetat, yaitu: 0% (kontrol), 0.2%, 0.4%, 0.6%, 0.8%, dan I % dengan 4 ulangan pada masing-masing perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan set saat peak tertinggi (48 x 106 sel/ml) diperoleh pada perlakuan 0.2% dan kerapatan set terendah (22.8 x 106 sel/mI) dicapai oleh kontrol. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai peak berkisar dari 7.5 hail pada perlakuan 0.4% sampai 30 hari pada pertakuan kontrol. Uji Kruskal Wallis pada a = 0.05, menunjukkan bahwa enam variasi perlakuan konsentrasi natrium asetat tidak berpengaruh nyata terhadap kerapatan sel C. pyrenoidosa saat peak maupun waktu yang dibutuhkan set untuk mencapai peak."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fazrini
"Kambing saanen merupakan jenis kambing penghasil susu yang potensial dikembangkan di Indonesia. Keberhasilan inseminasi buatan (IB) dengan semen beku sangat dipengaruhi oleh kualitas semen beku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan maltosa pada tiga konsentrasi berbeda (0,2%, 0,4%, dan 0,6%) ke dalam pengencer semen berbasis lesitin (Andromed®) terhadap kualitas spermatozoa kambing saanen selama kriopreservasi. Metode penampungan semen menggunakan vagina buatan, semen kambing saanen diperiksa secara makroskopis dan mikroskopis. Teknik penyimpanan semen beku dengan teknik kriopreservasi pada suhu -196ºC selama 10 menit. Evaluasi kualitas semen meliputi viabilitas dan membran plasma utuh. Hasil yang diperoleh diuji secara statistik dengan uji ANAVA satu faktor. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata (P>0,05) pada nilai rata-rata persentase viabilitas dan membran plasma utuh pascathawing. Nilai rata-rata persentase viabilitas pascathawing pada perlakuan Andromed® + Maltosa 0% (54,67±3,50%); Andromed® + Maltosa 0,2% (53,57±3,88%); Andromed® + Maltosa 0,4% (54,50±2,51%); Andromed® + Maltosa 0,6% (51,67±3,39%). Nilai rata-rata persentase membran plasma utuh pascathawing pada perlakuan Andromed® + Maltosa 0% (56,00±3,80%); Andromed® + Maltosa 0,2% (55,50±4,23%); Andromed® + Maltosa 0,4% (56,50±5,47%); Andromed® + Maltosa 0,6% (54,83±3,35%). Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa penambahan maltosa dalam pengencer semen berbasis lesitin (Andromed®) tidak memiliki pengaruh dalam mempertahankan kualitas spermatozoa kambing saanen selama kriopreservasi.

Saanen goat is a type of goat that produces milk that potential to be developed in Indonesia. The success of artificial insemination (IB) with frozen semen is strongly influenced by the quality of frozen semen. This study aims to determine the effect of adding maltose at three different concentrations (0.2%, 0.4%, and 0.6%) to lecithin-based cement diluent (Andromed®) on the quality of saanen goat spermatozoa during cryopreservation. The semen collection method used an artificial vagina, and the semen of the saanen goat was examined macroscopically and microscopically. The technique for frozen semen storage was cryopreservation at -196ºC for 10 minutes. Evaluation of semen quality included viability and intact plasma membrane. The results obtained were tested statistically by one factor ANOVA test. The results showed that there was no significant difference (P> 0.05) in the mean value of the percentage of viability and intact plasma membrane post-thawing. The mean value of the percentage of post-thaw viability in the Andromed® + Maltose 0% (54.67 ± 3.50%); Andromed® + Maltose 0.2% (53.57 ± 3.88%); Andromed® + Maltose 0.4% (54.50 ± 2.51%); Andromed® + Maltose 0.6% (51.67 ± 3.39%). The mean value of post-thawing intact plasma membrane percentage in Andromed® + Maltose 0% (56.00 ± 3.80%); Andromed® + Maltose 0.2% (55.50 ± 4.23%); Andromed® + Maltose 0.4% (56.50 ± 5.47%); Andromed® + Maltose 0.6% (54.83 ± 3.35%). The results of the study conclude that the addition of maltose in lecithin-based cement diluent (Andromed®) did not affect in maintaining the spermatozoa quality of the saanen goat during cryopreservation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Silvia Ningrum
"ABSTRAK
Inseminasi buatan merupakan salah satu teknologi bioreproduksi yang digunakan untuk meningkatkan produksi kambing perah dengan kualitas unggul. Semen yang digunakan dalam inseminasi buatan harus diencerkan terlebih dahulu untuk menjaga kualitas selama penyimpanan tetap baik. Maltosa adalah salah satu komponennya yang sering digunakan dalam pengencer semen sebagai agen krioprotektan ekstraseluler, karena mampu mencegah kematian spermatozoa akibat terbentuknya kristal es di suhu dingin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi maltosa perbedaan pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa kambing perah Sapera selama pengawetan pada 5oC. Semen segar diencerkan dalam 4 kelompok konsentrasi: 0%; 0,2%; 0,4% dan 0,6% maltosa. Setelah pengenceran, semen disimpan dalam dalam lemari es selama 4 hari. Evaluasi tingkat motilitas, viabilitas dan membran plasma Spermatozoa utuh dilakukan setiap 24 jam. Hasil studi menunjukkan konsentrasi maltosa 0,4% pada hari terakhir pengamatan memiliki persentase tertinggi dan berbeda nyata (P<0,05) pada parameter motilitas (50,00±0%), viabilitas (55,17 ± 2,93%) dan membran plasma utuh (57,17 ± 3,13%) dibandingkan dengan tiga
perawatan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi maltosa 0,4% adalah konsentrasi terbaik untuk digunakan dalam pengencer semen di pengawetan spermatozoa pada kambing perah Sapera.
ABSTRACT
Artificial insemination is one of the bioreproductive technologies used to increase the production of dairy goats with superior quality. Semen used in artificial insemination must be diluted first to maintain good quality during storage. Maltose is one of the components that is often used in cement diluents as an extracellular cryoprotectant agent, because it can prevent the death of spermatozoa due to the formation of ice crystals in cold temperatures. This study aimed to determine the effect of different concentrations of maltose in semen diluents on sperm quality of Sapera dairy goats during preservation at 5oC. Fresh semen was diluted in 4 concentration groups: 0%; 0.2%; 0.4% and 0.6% maltose. After dilution, the semen was stored in the refrigerator for 4 days. Evaluation of the level of motility, viability and plasma membrane of intact spermatozoa was carried out every 24 hours. The results showed that the maltose concentration of 0.4% on the last day of observation had the highest percentage and was significantly different (P<0.05) on the parameters of motility (50.00±0%), viability (55.17 ± 2.93%) and intact plasma membrane (57.17 ± 3.13%) compared with three other treatments. The results showed that the maltose concentration of 0.4% was the best concentration to be used as a cement diluent in the preservation of spermatozoa in Sapera dairy goats."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chyntia Diva Sumbodo
"Latar Belakang Kriopreservasi merupakan proses pembekuan, penyimpanan dan pencairan sel sperma yang sering diindikasikan pada pria infertil yang menjalani Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB). Untuk mengurangi kerusakan sel akibat proses kriopreservasi, krioprotektan sering ditambahkan ke dalam sampel sperma yang akan disimpan. Meskipun banyak penelitian telah mengukur parameter kualitas sperma pasca kriopreservasi, tidak ada yang mengukur konsentrasi, viabilitas, motilitas, morfologi, dan fragmentasi DNA dalam sampel sperma yang sama dan dalam kondisi yang sama menggunakan krioprotektan Kitazato. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perbedaan kualitas sperma sebelum dan sesudah kriopreservasi menggunakan krioprotektan Kitazato. Metode Penelitian ini adalah penelitian eksperimental sebelum dan sesudah yang menggunakan sampel sperma dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo Kencana. Variabel independen adalah penambahan krioprotektan Kitazato ke sampel sperma sebelum pembekuan, sedangkan variabel dependennya adalah konsentrasi, motilitas, morfologi, viabilitas dan fragmentasi DNA. Analisis kualitas sperma dilakukan dengan uji mikroskopis menggunakan ruang hitung Makler, pewarnaan Giemsa, pewarnaan Eosin-Nigrosin, dan Sperm Chromatin Dispersion. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji paired T-test dan uji Wilcoxon signed-rank. Hasil Penurunan yang signifikan secara statistik (p < 0,05) diamati pada motilitas, morfologi dan viabilitas antar sel sperma sebelum dan sesudah kriopreservasi menggunakan krioprotektan Kitazato. Namun, tidak ada perbedaan signifikan (p > 0,05) yang diamati pada konsentrasi sperma. Terdapat kenaikan yang dapat diamati pada fragmentasi DNA. Selain itu, tingkat cryosurvival sebesar 50,28% dan tingkat viabilitas sebesar 42,48%. Kesimpulan Kriopreservasi menggunakan krioprotektan Kitazato berdampak signifikan pada beberapa parameter kualitas sperma, seperti motilitas, morfologi, dan viabilitas.

Introduction Cryopreservation is the process of freezing, storing and thawing of sperm cells that is often indicated for infertile male undergoing Assisted Reproductive Technology (ART). To reduce cellular damage from the cryopreservation process, cryoprotectant is often added to sperm samples that will be stored. Although numerous studies have measured sperm quality parameters post-cryopreservation, none has measured concentration, viability, motility, morphology, and DNA fragmentation within the same sperm sample and under the same conditions using Kitazato cryoprotectant. Thus, this study aims to compare the difference between sperm quality parameters before and after cryopreservation using Kitazato cryoprotectant. Methods This research was an experimental before-and-after study utilizing sperm samples from Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo Kencana. The independent variable was addition of Kitazato cryoprotectant to sperm sample before freezing, whereas the dependent variables were concentration, viability, motility, morphology and DNA fragmentation. Analysis of sperm quality was conducted with microscopic tests using Makler counting chamber, Giemsa staining, Eosin-Nigrosin staining, and Sperm Chromatin Dispersion. Data analysis was conducted using paired T-test and Wilcoxon signed-rank test. Results Statistically significant decrease (p < 0.05) was observed in sperm motility, morphology and viability between sperm cells before and after cryopreservation using Kitazato cryoprotectant. However, no significant difference (p > 0.05) was observed in sperm concentration. There was an increase observed in DNA fragmentation. Additionally, cryosurvival rate was 50.28% and viability rate was 42.48%. Conclusion Cryopreservation using Kitazato cryoprotectant significantly impacted several sperm quality parameters, such as motility, morphology, and viability."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>