Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174193 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purwijiyanti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S31271
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"In vitro culture can be applied for producing new genotype which is tolerant to biotic and abiotic or to increase secondary metabolic content...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aidha Dwi Anggraeni
"ABSTRAK
Centella asiatica merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat medis, sehingga menjadi salah satu bahan baku penting dalam industri jamu, obat herbal dan kosmetik. Akan tetapi, hampir seluruh pemenuhan kebutuhan C. asiatica sebagai bahan baku industri tersebut diambil secara langsung dari alam, sehingga memiliki berbagai risiko dan ancaman. Oleh karena itu, usaha peningkatan teknologi perbanyakan C. asiatica secara in vitro, salah satunya melalui teknik regenerasi dari kalus dapat menjadi alternatif solusi yang menjanjikan. Dengan demikan, telah dilakukan penelitian induksi kalus dari eksplan lamina dan petiolus C. asiatica pada medium MS yang mengandung 2 dan 4 mgl-1 2,4-D atau Dikamba dengan penambahan kasein hidrolisat 0,1,3,5 gl-1 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa medium yang mengandung auksin tunggal yaitu Dik2CH0 dan Dik4CH0 yang mengandung dikamba 2 atau 4 mgl-1 tanpa penambahan kasein hidrolisat, dapat lebih baik untuk menginduksi kalus remah dari kedua jenis eksplan dalam penelitian ini. Sementara itu, penambahan kasein hidrolisat diketahui tidak dapat mengoptimalkan induksi dan proliferasi kalus C. asiatica. Pertumbuhan kalus justru semakin terhambat atau menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi kasein hidrolisat yang ditambahkan ke dalam medium.

ABSTRACT
Centella asiatica, one of herbaceous plants possessing many medical benefits is one of the important raw material for the herbal medicine and cosmetics industry. Unfortunately, almost the entire C. asiatica used as an industrial raw material is directly taken from nature. Such exploitation of C. asiatica can threaten the extinction in nature and consequently no guarantee of the stability for the supply and quality of raw materials. In vitro propagation of C. asiatica through callus regeneration is expected to be a promising method to overcome this problem. Therefor, a research on the induction of callus derived from lamina and petiolus explants of C. asiatica was conducted on MS medium containing 2 and 4 mgl 1 2,4 D or dicamba with addition of casein hydrolysate 0,1,3,5 gl 1 . The results showed that medium containing single auxin Dik2CH0 and Dik4CH0 containing 2 and 4 mgl 1 Dicamba, gave a better result in inducing fryable callus from both types of explants, in this research. Meanwhile, addition of casein hydrolysate could not optimize callus induction of C. asiatica, since callus growth was inhibited or decreased with increasing concentration of casein hydrolyzate which added into the medium."
2017
S66755
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Lestari Rahayu
"Penelitian di bidang kultur jaringan tanaman menunjukkan bahwa sel-sel dalam kultur kalus dan suspensi sel dapat menghasilkan senyawa-senyawa yang sama dengan yang terdapat pada tanaman, (Nickel, 1980; Mantel]'& Smith, 1983 dan Pawelka dkk., 1986). Ogutuga dan Nortcote telah berhasil memperoleh salah satu alkaloid yaitu kafein dari kultur jaringan teh (lihat Nickel, 1980). Analisis polifenol dalam kalus dari potongan batang teh, menunjukkan adanya katekin, leukosianin, bila potongan organ tersebut ditanam dalam medium Heller (Forrest, 1969. Salah satu klon teh yang ada di Indonesia dengan sifat tidak rentan terhadap serangan fungi dan berproduksi dengan baik adalah TRI 2025 (Setiawati & Nasikun, 1991). Untuk mengetahui pertumbuhan kalus dari teh (Camellia sinensis (0.) Kuntze) klon TRI 2025 dan kandungan tannin dari potongan daun yang ditanam dalam variasi medium, maka telah dilakukan penanaman potongan daun the (Camellia sinensis) (0). Kuntze) dalam medium, modifikasi Murashige dan, Skoog (MS) dengan penambahan 2,4-D: 1 dan 3 ppm serta kinetin 3 ppm. Produktivitas kalus pada umur 4bulan tertinggi pada medium MS+2;4'-D ,3 ppm (F, ) ; 1,4138 g dan pada P6 : 1,5871 g serta berat kering : 0,3892 g dan 0,4789 'g. Namun kebutuhan nutrient untuk memperoleh kalus yang meningkat sesuai, dengan umur dari 2;3 dan 4 bin adalah medium P6. Kandungan tannin dari 1 g berat basah kalus pada P6 umur 4' bin adalah 0,58030 setiap 1 g berat kering kalus sebesar 0,0917 g. Hal ini tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya dengan rata-rata: 0,4801 g berat basah dan berat kering kalus: 0,,08102 g. Perbandingan antara kandungan tannin pada kalus umur 4 bulan dalam medium P6 sama dengan kandungan tannin dalam daun tanaman induknya baik dari bahan segar: 0,5803 dan 0,58171 g dan bahan kering: 0,0917 g dan 0,0987 g. Dengan demikian kandungan tannin dari semua bahan segar jauh lebih besar 58,2% daripada kandungan tannin dari bahan kering 9,27%. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam langkah alternatif memperoleh senyawa metabolit sekunder dari teh."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah
"ABSTRAK
gonchus arvensis L. adalah tanaman obat-obatan yang sangat terkenal dan digunakan secara luas sebagai obat tradisional untuk pengobatan penyakit ginjal. Pada penelitian terdahulu didapat bahwa flavonoid merupakan senyawa aktif dalam tumbuh-tumbuhan itu. Plavonoid ditemukan pada daun-daun segar dan juga pada kalus dari hasil kultur jaringan pada penelitian ini dilakukan pembandingan kandungan flavonoid pada daun segar dan pada kalus. Flavonoid ditentukan sebagai quercetin dengan cara kromatografi lapisan tipis menggunakan lempeng aluniunium silika gel G7 254 , dan diukur secara kuantitatif dengan cara spektrofotometri pada panjang gelombang 371 nm. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa kandungan flavonoid tertinggi ditemukan ( didapat ) pada kalus yang berumur 8 sampai 10 minggu."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisyawati
"Tunas berganda dapat dibentuk pada nodus kotiledon dari kecambah kacang tanah (Arachis hypogaea L.) varietas Lokal, Kelinci dan Pelanduk pada medium B5 dengan penambahan [(2-isopentenyl) adenosine] (2,iP), Kinetin dan 6-benzylaminopurine (BAP) sebanyak 50 mg/1. Frekuensi pembentukan tunas berganda bervariasi diantara varietas dan zat pengatur tumbuh yang dipergunakan. Namun demikian hanya varietas lokal yang pembentukan tunas bergandanya sangat efektif pada medium B5 dengan penambahan BAP sebanyak 50 mg/1. Perbanyakan tunas tampaknya telah diinduksi oleh adanya diferensiasi dari pemula tunas aksilar yang tersembunyi. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa daerah nodus kotiledon kacang tanah memiliki potensi morfogenetik yang dapat diaktifkan dengan penggunaan BAP secara in vitro.

Multiple shoot were formed on cotyledonary nodes of seedlings in peanut (Arachis hypogaea L.) Local, Kelinci and Pelanduk varieties on B5 medium supplemented with [(2-isopentenyl) adenosine] (2,iP), Kinetin and 6-benzylaminopurine (BAP) at 50 mgl1. The frequency of multiple shoots formation varied among the varieties and plant growth hormones tested. However, only mutiple shoots of Lokal variety seedlings were formed effectively on the B5 medium supplemented with 50 mg/1 of BAP. Multiplication of buds was induced by the differentiation of auxiliary buds from initially emerged buds. This results indicate that cotyledonary node region of peanut has high morphogenetic potential which could be activated by in vitro BAP application.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rina Riawati
"Eucalyptus alba Reinw. ex Blume merupakan jenis tanam-. an yang diprogramkan pada pembangunan HTI, karena baik untuk reboisasi, penghijauan, dan kayunya merupakan jenis kayu perdagangan di Indonesia. Pembentukan tunas dilakukan dengan menanam pucuk beserta kotiledon sepanjang 1 cm dari kecambah E. alba yang berusia 5 hari, dalam modifikasi medium padat Murashige & Skoog [1962] dengan pemberian variasi kadar NAA 0; 0,2; dan 0,4 ppm dan BAP 0; 2; 4; dan 6 ppm serta interaksi keduanya. Pengamatan dilakukan setiap 2 minggu selama 8 minggu setelah penanaman terhadap: pembentukan dan pertumbuhan tunas; pembentukan kalus; dan pemben tukan plantlet; sedangkan data jumlah tunas aksiler, berat basah dan berat kering propagul diambil pada minggu ke-8. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penanaman pucuk kecambah E. alba pada modifikasi medium MS [1982] dengan pemberian NAA 0; 0,2; dan 0,4 ppm dan BAP 0; 2; 4; dan 8 ppm serta interaksi keduanya, dapat membentuk tunas aksiler dan akar. Uji perbandingan berganda pada a = 0,05 menunjukkan berat basah propagul yang berbeda nyata antara kontrol terhadap medium lainnya. Pembentukan tunas terbaik terjadi pada pemberian NAA 0,2 ppm dan BAP 6 ppm (perlakuan K) serta NAA 0,4 ppm dan BAP 6 ppm (perlakuan L), sedangkan pembentukan plantlet yang paling efektif terjadi pada pemberian NAA 0,4 ppm dan BAP 6 ppm (perlakuan L)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>