Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92429 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Iqbal Setiadi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S31276
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pokea is an endimic bivalve in Sulawesi which is economically important for urban community in Kendari Southeast Sulawesi . However, the quality and quantity of pokea have been decreased due to sand mining and over exploitation...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bahtiar Bahtiar
"The freshwater clam, locally known as Pokea, (Batissa violacea var celebensis, von Martens 1897; Bivalvia: Corbulidae) is a popular and widely consumed food in Kendari, Southeast Sulawesi. Despite its popularity, basic information required for conservation managenment, such as reproductive biology, is lacking. This study aims to examine the reproductive biology of the clam obtained from the Pohara River, Kendari. Pokea samples were collected monthly from February 2012 to January 2013. We recorded parameters of reproductive biology, including sex ratio, stage of gonadal maturity, gonadosomatic index (GSI), fecundity, and size of the first mature gonad from each sample. Data were analysed using chi-square test and linear regression in the package Sigma Plot v.6.0. Pokea population in the Pohara River was male-biased. The population spawns throughout the year and the peak spawning season was August-September. Mature gonad was found at small shell size (indicating early sexual maturity). Food availability might have influenced the gonadal development in Pokea. This baseline information is very relevant for conservation practices of Pokea population in the Pohara River."
Bogor: Seameo Biotrop, 2021
634.6 BIO 28:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Pengkajian variasi morfologi 98 spesimen Bronchocela cristatella
(Kuhl, 1820) di Indonesia telah dilakukan menggunakan analisis multivariat.
Analisis komponen utama (PCA) terhadap 19 karakter morfologi
menghasilkan 5 komponen dari variabel awal. Total variabilitas yang dihitung
adalah 81,0 % (Komponen 1 = 55,8 %; Komponen 2 = 8,4 %; Komponen 3 =
6,8 %; Komponen 4 = 5,6 %; Komponen 5 = 4,4 %). Komponen skor 2 pada
PCA merupakan komponen yang dapat memperlihatkan pengelompokan
populasi Bronchocela cristatella di Indonesia. Hasil analisis sidik kelompok
(CA) yang dapat dilihat pada dendrogram menunjukkan empat cluster
terhadap lima populasi B, cristatella di Indonesia. Pola persebaran variasi
morfologi B. cristatella di Indonesia berdasarkan hasil analisis sidik kelompok
(CA) tidak bersesuaian dengan proses geografis Indonesia. Populasi
Sumatera dan Jawa memiliki kekerabatan yang dekat karena membentuk
satu cluster, kemudian diikuti oleh populasi Maluku + New Guinea yang
membentuk cluster 2. Populasi Sulawesi dan Kalimantan berkerabat jauh
dengan populasi Sumatera dan Jawa karena membentuk cluster 3 dan
cluster 4 yang terpisah dari populasi yang lain."
Universitas Indonesia, 2008
S31540
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadian Iman Sasmita
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31644
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sholia Hajar
"Universitas Indonesia, Depok memiliki 10 variasi bunga Hibiscusrosa¬sinensisyang meliputi variasi bentuk, ukuran, dan warna bunga. Kesepuluh variasi bunga tersebut dikelompokan menjadi 3 tipe bentuk bunga, yaitu bunga single, double, dan crested. Penelitian mengenai variasi morfologi dan anatomi daun, serta jumlah kromosom dari ke¬3 tipe bentuk bunga tersebut belum pernah dilakukan. Hasil penelitian menunjukan ke¬3 tipe bunga tersebut memiliki circum scriptioovatus hingga broad ovatus, apex folii acutus hingga acuminatus, basis folii rotundatus hingga truncatus, dan margo folii serratus hingga crenatus. H.rosa¬sinensis memiliki stomata anisositik dan trikom uniseluler dan multiseluler. Hasil pengamatan terhadap jumlah kromosom dari kuncup bunga memperlihatkan dugaan terjadinya poliploidi. Hasil penelitian tehadap karakteristik morfologi dan anatomi daun, serta jumlah kromosom belum dapat digunakan untuk memperlihatkan perbedaan antara ketiga tipe bunga (single, double, dan crested).

Hibiscusrosa¬sinensisthat grown at Univesity of Indonesia, Depok has 10 flower variations, that clustered into three flower types single¬, double¬, and crested¬flower. Study on variation of leaf morphology and anatomy, and chromosome number of the three flower types has not been done. The three types of flower have circumscriptio ovatus up to broad ovatus, apex folii acutus up to acuminatus, basis folii rotundatus up to truncatus, margofolii serratus up to crenatus. Hrosa¬sinensishas anisocytic stomata, and unicellular up to multicellular trichome. Chromosome number analysis from flower buds showed that the polyploidy phenomenon could be found in H.rosa¬sinensis. The three flower types of H.rosa¬sinensisstill cannot be separated based on the result of leaf morphology and anatomy characters that performed in this research. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S752
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Widurini D.S.
"Kerusakan gigi molar satu rahang atas frekuensinya cukup tinggi dan sering disertai kelainan pulpa. Perawatan saluran akar pada gigi ini memerlukan keterampilan yang ditunjang oleh pengetahuan anatomi dan morfologi a.1. panjang gigi, bentuk penampang saluran akar, jumlah akar, jumlah saluran akar, dan letak orifis. Dalam perawatannya sering dijumpai kesulitan menentukan letak apeks, karena pedoman ukuran yang ada berdasarkan ukuran gigi orang Amerika atau Eropa. Belum ada pedoman yang berdasarkan ukuran-gigi orang Indonesia. Dari sampel 50 gigi molar satu atas yang dicabut dari klinik gigi di Jakarta, diukur panjang gigi dari masing-masing apeks akar Palatal, Mesio Bukal, Disto Bukal ke bidang oklusal dengan mikrometer. Dihitung jumlah akar, jumlah saluran akar, dan dicatat bentuk penampang saluran akar 5 mm dari apeks, dan konfigurasi letak oriifis.
Dari hasil pengukuran diperoleh panjang gigi rata-rata dari apeks akar palatal 19,47 mm, dari apeks akar mesio bukal 19,14 mm dari apeks akar disto bukal 18,41 mm. Dari hasil pengamatan, semua gigi mempunyai tiga akar, dan diperoleh lebih banyak gigi dengan tiga saluran akar (98 %). Dari gambaran konfigurasi letak orifis diperoleh bentuk (60 %), lebih banyak dibanding bentuk "Y" (16 %) dan bentuk "T" (18 %). Dari pengamatan bentuk penampang saluran akar, terbanyak diperoleh bentuk bulat pada akar disto bukal (82 %), dan bentuk elips pada akar palatal (36 7). Selain itu diperoleh pula bentuk ginjal padaakar disto bukal (4%), dan bentuk pipih pada akar mesio bukal (14 %)."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Widurini Djohari
"BASTRAK
Kerusakan gigi molar satu rahang atas frekuensinya Cukup tinggi dan sering disertai kelainan pulpa. Perawatan saluran akar pada gigi ini memerlukan keterampilan yang ditunjang oleh pengetahuan anatomi dan morfologi a.l. panjang gigi, bentuk penampang saluran akar, jumlah akar, jumlah saluran akar, dan letak orifis. Dalam perawatannya sering dijumpai kesulitan menentukan letak apeks, karena pedoman ukuran yang ada berdasarkan ukuran gigi orang Amerika atau Eropa. Belum ada pedoman yang berdasarkan ukuran gigi orang Indonesia.
Dari sampel 50 gigi molar satu atas yang dicabut dari klinik gigi di Jakarta, diukur panjang gigi dari masing-masing apeks akar Palatal, Mesio Bukal, Disto Pukal ke bidang oklusal dengan mikrometer. Dihitung jumlah akar, jumlah saluran akar, dan dicatat bentuk penampang saluran akar 5 mm dari apeks, dan konfigurasi letak oriifis.
Dari hasil pengukuran diperoleh panjang gigi rata-rata dari apeks akar palatal 19,47 mm, dari apeks akar mesio bukal 19,14 mm dari apeks akar disto bukal 18,41 mm. Dari hasil pengamatan, semua gigi mempunyai tiga akar, dan diperoleh lebih banyak gigi dengan tiga saluran akar (98 %). Dari gambaran konfigurasi letak orifis diperoleh bentuk "7" (60 %),lebih banyak dibanding bentuk "Y" (16 %) dan bentuk "T" (18 7.). Dari pengamatan bentuk penampang saluran akar, terbanyak diperoleh bentuk bulat pada akar disto bukal (82 7.), dan bentuk Blips pada akar palatal (36 %). Selain itu diperoleh pula bentuk ginjal pada akar disto bukal (4%), dan bentuk pipih pada akar mesio bukal (14 %).
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>