Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104557 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sofia Kasnianti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S31131
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savitri Endahyani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S31231
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nastiti Soertiningsih Wijarso Karliansyah
"ABSTRAK
Tempuyung (Sonchus arvensis L.) adalah salah satu tumbuhan herba liar yang berkhasiat sebagai bahan obat-obatan. Pembentukan kalus dilakukan dengan menanan potongan organ (eksplan) daun tempuyung pada ukuran 0,75 cm x 0,75 cm, dalam medium padat modifikasi Murashige & Skoog (1962) dengan variasi konsentrasi 2,4-D dan kinetin 0, 0,1, 0,5, dan 1 ppm. Pemeliharaan dilakakukan pada tempat cahaya 300 lux dan cahaya 1000 lux, dengan fotoperiodisitas 16 jam/hari. Pengamatan pertumbuhan eksplan dan pertumbuhan kalus dilakukan setiap 2 hari sekali selama 2 bulan. Penghitungan hasil penelitian ini menggunakan analisis non parametrik, dengan uji jenjang Wilcoxon terhadap jumlah kalus yang terbentuk pada kedua perlakuan. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pembentukan kalus tempuyung membutuhkan cahaya 1000 lux. Pembentukan kalus yang terbaik dalam medium MS pada variasi 2,4-D dan 0,5 ppm dengan kinetin 1 ppm. Jenis kalus yang terbentuk adalah friable kompak, dengan warna cokelat muda sampai agak tua dan bercak putih pada bagian atasnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rianigustin Mozar
"Tempuyung (Shoncus arvensis L.) merupakan salah satu anggota famili Compositae yang berkhasiat sebagai bahan obat-obatan. Kalus diketahui mempunyai potensi untuk diekstraksi senyawa metabolit sekundernya. Pada medium Murashige & Skoog (1962) yang diperkaya dengan 0,2 mg/l ?yeast extract? dan 15 % (v/v) air kelapa, dan mengandung gula 0,05-0,25 ppm 2,4-D, IAA, NAA, dan 0,05-0,5 ppm kinetin, eksplan daun dapat membentuk kalus. Kalus yang terbentuk disubkultur untuk meningkatkan berat basah dan dirangsang untuk membentuk organ seperti tunas dan akar. Pengukuran pertambahan berat basah kalus dilakukan setiap minggu selama 2 bulan, dan pembentukan organ diamati setiap 5 hari sekali selama 40 hari. Warna dan jenis kalus yang terbentuk pada perlakuan IAA & kinetin dan NAA & kinetin putih kehijauan da kompak, sedangkan perlakuan 2,4-D & kinetin kuning kecoklatan dan meremah (friable) ?loose?. Pembentukan organ terjadi secara tidak langsung dan uji statistik menunujukkan tidak ada perbedaan antara IAA & kinetin dengan NAA & kinetin. Zat pengatur tumbuh 0,25 ppm 2,4-D & 0,1 ppm kinetin, 0,1 ppm 2,4-D & 0,5 ppm kinetin, dan 0,25 ppm 2,4-D & 0,5 ppm kinetin dapat meningkatkan berat basah kalus rata-rata dari 1,205 g menjadi 3,334 g (176,68 %), 4,854 g (302,82 %), dan 4,357 g (261,58 %)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filzah Putri
"ABSTRAK
Melastoma malabathricum L. merupakan anggota suku Melastomataceae yang berpotensi dikembangkan sebagai tanaman obat dan fitoremediator, sehingga perlu dikembangkan, salah satunya melalui kultur in vitro. Penelitian kultur in vitro daun M. malabathricum dilakukan untuk mengetahui respons eksplan terhadap penambahan zat pengatur tumbuh TDZ 0, 1, 2, dan 3 mgl-1 dan 2,4-D 0; 0,1; 0,2 mgl-1 secara tunggal maupun kombinasi. Kalus yang terbentuk pada seluruh perlakuan memiliki warna dan tekstur yang beragam. Pada perlakuan TDZ tunggal, 2,4-D tunggal, dan kombinasi keduanya, dihasilkan kisaran 75 mdash;95 , 95 mdash;100 , dan 45 mdash;90 eksplan yang membentuk kalus. Akar adventif terbentuk pada perlakuan 0,1 mgl-1 70 dan 0,2 mgl-1 2,4-D 60 . Lebih lanjut, tunas adventif terbentuk pada perlakuan 1 mgl-1 15 , 2 mgl-1 5 dan 3 mgl-1 TDZ 5 . Persentase kuantifikasi kalus pada perlakuan 0,1 mgl-1 2,4-D 63 ; 0,2 mgl-1 2,4-D 50 ; 2 mgl-1 TDZ 42 dan 3 mgl-1 TDZ 50 cenderung lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain, yaitu dengan skor 3 kategori jumlah kalus lsquo;sedang rsquo;. Dengan demikian, eksplan daun dapat merespons medium dengan membentuk kalus pada seluruh medium perlakuan, merespons akar adventif hanya pada medium 2,4-D tunggal, dan merespons tunas adventif hanya pada medium TDZ tunggal.

ABSTRACT
Melastoma malabathricum is a member of the Melastomataceae that is potential to be developed as a medicinal purpose and phytoremediation plant. Therefore, cultivation such as by in vitro culture, should be useful. The aim of this research was to know effect of thidiazuron TDZ and 2,4 dichlorophenoxyacetic acid toward growth and development of the leaves culture of Melastoma malabathricum. Explant were cultured in solid MS containing single or combination TDZ 0, 1, 2, 3 mgl 1 and 2,4 D 0 0,1 0,2 mgl 1 . Various color and texture of callus was induced in all treatments. In the presence of single TDZ, single 2,4 D, and both TDZ 2,4 D, about 75 mdash 95 , 95 mdash 100 , and 45 mdash 90 explants produced callus, respectively. Root adventitious was produced in 0,1 mgl 1 70 and 0,2 mgl 1 2,4 D 60 . Furthermore, shoot adventitious was initiated in 1 mgl 1 15 , 2 mgl 1 5 and 3 mgl 1 TDZ 5 . Percentage of callus quantification in treatment 0,1 mgl 1 2,4 D 63 0.2 mgl 1 2,4 D 50 2 mgl 1 TDZ 42 and 3 mgl 1 TDZ 50 were higher than other treatments. Research about in vitro culture from leaves of M. malabathricum on MS media containing single or combination TDZ 0 0,1 0,2 mgl 1 and 2,4 D 0, 1, 2, 3 mgl 1 has been conducted. Callus were induced on 12 different media, adventitious root were induced only on single 2,4 D media, and adventitious shoot were induced only on single TDZ media.Keywords thidiazuron 2,4 dichlorofenoxyacetid acid Melastoma malabathricum callus."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Nauli
"ABSTRAK
Melastoma malabathricum L. merupakan tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi tanaman fitoremediasi. Perbanyakan tumbuhan M. malabathricum sebagai objek penelitian lanjutan diperlukan untuk mengembangkan potensi yang ada. Perbanyakan M. malabathricum dapat dilakukan melalui kultur daun secara in vitro pada medium MS dengan kombinasi Thidiazuron TDZ dan 1-Naphthaleneacetic Acid NAA . Penelitian dilakukan untuk mengetahui respons eksplan daun M. malabathricum yang dikultur pada medium MS dengan penambahan kombinasi TDZ 0 mgl-1; 0,1 mgl-1; 1 mgl-1; 2 mgl-1 dan NAA 0 mgl-1; 0,1 mgl-1; 1 mgl-1 . Hasil pengamatan menunjukkan bahwa eksplan daun M. malabathricum dapat merespons medium perlakuan dengan membentuk kalus, kecuali pada medium dengan kombinasi 2 mgl-1 TDZ dan 1 mgl-1 NAA. Hasil pengamatan pada pekan ke-8 setelah penanaman menunjukkan bahwa kalus yang terbentuk cenderung memiliki tekstur remah kompak hingga kompak, dengan pencokelatan cenderung terjadi pada kalus yang terbentuk di medium dengan penambahan NAA tunggal 0,1 mgl-1; 1 mgl-1 . Penggunaan 1 mgl-1 NAA serta 0,1 mgl-1 TDZ memberikan hasil tertinggi dalam persentase eksplan yang membentuk kalus 100 . Rerata hari pembentukan kalus tercepat 6,25 hari terdapat pada medium dengan penambahan 1 mgl-1 NAA. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa eksplan dapat membentuk kalus dan akar pada medium dengan penambahan NAA tunggal. Medium dengan penambahan 1 mgl-1 NAA memberikan hasil terbaik dalam menginduksi pembentukan akar pada eksplan daun M. malabathricum. Lebih lanjut, terdapat satu eskplan pada medium dengan kombinasi 2 mgl-1 TDZ dan 0,1 mgl-1 yang mampu membentuk kalus dan tunas.

ABSTRACT
Melastoma malabathricum L. is a plant that has the potential to be developed into phytoremediation plants. Propagation of M. malabathricum as a further research object is needed to develop the existing potential. Thus, can be done through in vitro culture of leaves in MS medium with the combination of Thidiazuron TDZ and 1 Naphthaleneacetic Acid NAA . This study was conducted to investigate the response of M. malabathricum leaf, when cultured on MS medium with the combination of TDZ 0 mgl 1, 0,1 mgl 1, 1 mgl 1 and 2 mgl 1 and NAA 0 mgl 1 0.1 mgl 1 and 1 mgl 1 . The results show that M. malabathricum leaf explants could respond to treatment medium by forming callus, except on medium with combination of 2 mgl 1 TDZ and 1 mgl 1 NAA. The results showed that the callus tended to have a friable compact and compact texture at 8th week, with browning tends to occur in callus formed on medium with the addition of single NAA 0.1 mgl 1 1 mgl 1 . The use of 1 mgl 1 NAA and 0.1 mgl 1 TDZ gave the highest results in the percentage of explants forming callus 100 . The average of the fastest callus forming time 6.25 days was found in the medium with the addition of 1 mgl 1 NAA. The result also show that explants could be forming callus and roots on a medium with the addition of a single NAA. Medium with addition of 1 mgl 1 NAA gave the best result in inducing root formation on M. malabathricum leaf explants. Moreover, there was one explant on the medium with a combination of 2 mgl 1 TDZ and 0.1 mgl 1 that capable to forming callus and shoots."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khadijah Karimah
"ABSTRAK
Perbanyakan Melastoma malabathricum L. untuk mengembangkan dan memaksimalkan potensi yang dimilikinya telah banyak dilakukan melalui teknik in vitro. Akan tetapi, hingga saat ini, hampir seluruh pemenuhan kebutuhan sumber eksplan diambil langsung dari alam, sehingga hasil kultur yang diperoleh memiliki tingkat kontaminasi yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan upaya optimasi medium untuk menghasilkan protokol perbanyakan M. malabathricum L. secara in vitro. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui respons eksplan internodus M. malabathricum L. yang dikultur pada medium MS modifikasi dengan penambahan TDZ 0; 0,1; 1; dan 2 mgl-1 dan NAA 0; 0,1; dan 1 mgl-1 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksplan dapat membentuk kalus pada seluruh medium perlakuan. Kalus yang diperoleh memiliki warna cenderung hijau dan tekstur cenderung remah-kompak. Perlakuan optimal untuk membentuk kalus adalah TDZ 0,1 mg/l, TDZ 1 mg/l, NAA 0,1 mg/l, NAA 1 mg/l, dan kombinasi 0,1 mg/l TDZ 0,1 mg/l NAA. Rata-rata hari tumbuh kalus tercepat terdapat pada perlakuan MS tanpa ZPT 16,79 dan NAA 1 mgl-1 19,65 . Eksplan internodus M. malabathricum L. juga dapat membentuk kalus dan akar pada perlakuan MS dengan NAA 0,1 mgl-1 dan MS dengan NAA 1 mgl-1. Kalus dan akar cenderung tumbuh optimal pada perlakuan NAA 0,1 mg/l.

ABSTRACT
Propagation of Melastoma malabathricum L. through in vitro technique to develop and maximize its potential has been done before. However, up until now, almost the entire fulfillment of M. malabathricum L. as a source of explant was taken directly from its nature habitat. Utilization of an explant that was taken directly from it rsquo s nature habitat has a variety of risks such as high level of culture contamination. Therefore, an optimization of medium to establish an in vitro propagation protocol of M. malabathricum L. is required. A study to investigate the explants response from internodes of M. malabathricum L. cultured on MS modified medium with the combination of TDZ 0 0,1 1 and 2 mgl 1 and NAA 0 0,1 and 1 mgl 1 has been conducted. The results showed that explants were able to respond all treatment medium by forming callus. The calluses obtained tend to have green colour and semi compact texture. The optimal treatments to form callus are TDZ 0,1 mg l, TDZ 1 mg l, NAA 0,1 mg l, NAA 1 mg l, and combination of TDZ 0,1 mg l NAA 0,1 mg l. The fastest average of callus growth were obtained on MS without growth hormone 16,79 and MS with NAA 1 mgl 1 19,65 treatment. The internode explants of M. malabathricum L. were also able to respond the medium by forming callus and roots on MS medium with NAA 0.1 mgl 1 and MS with NAA 1 mgl 1. The optimal treatment to form callus and roots is NAA 0,1 mg l."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Esti Widiarti
"ABSTRAK
Canangium odoratum Baill. dikenal dengan nama kenanga, banyak ditanam sebagai tanaman hias. Bunganya yang berbau harum dapat diekstraksi untuk diambil minyak atsiri. Kultur kalus telah banyak dicoba untuk mendapatkan berbagai jenis metabolit sekunder yang disintesa oleir tanaman.
Pemberian zat pengatur tumbuh 2,4-D dan kinetin 0,5 1,5 ppm pada media murashige & Skoog 1962 yang dinerkaya dengan air kelapa 15% dan ekstrak khamir 0,2 ppm, merangsang pertumbuhan eksplan petal kenanga hingga terbentuk kalus. Pengamatan kualitatif dilakukan selama 55 hari dengan selang waktu 5 hari. Pengamatan kuantitatif yaitu menimbang berat kalus hari ke-55.
Jenis kalus yang terbentuk friabel kompak dengan warna bervariasi antara lain: putih dan hiiau. Biomassa kalus terbesar diperoleh pada perlakuan dengan pemberian 2,4-D 1,5-pom/kinetin 1,O pmm, yaitu 1,3129 gram berat basah dengan berat kering 0,0525 gram. Berdasarkan hasil uji perbandingan berganda, biomassa kalus dengan pemberian 2,4-D 1, 5ppm / kinetin 1,0 ppm berbeda nyata dengan biomassa kalus pada pemberian 2,4-D O,5 ppm/kinetin 0,5 PPm. Kenaikan konsentrasi 2,4-D dan kinetin mempercepat pembentukan kalus, tetapi tidak selalu disertai dengan kenaikan biomassa kalus.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reniza Handayani Syah
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
S31209
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasanthy Kusumaningtyas
"ABSTRAK
Pengaruh kombinasi NAA 0, 0,5 dan 1 ppm serta kinetin 0, 1, 2, 3 dan 4 ppm pada medium Murashige & Skoog (MS) 1962 terhadap organogenesis daun terong KB Solanum khasianum Clarke diamati pada minggu ke-4, 6 dan 8 setelah penanaman. Kalus mulai terbentuk pada minggu ke-2. Pembentukan akar dan tunas terjadi secara langsung maupun tidak langsung melalui kalus. Akar mulai terbentuk pada minggu ke-2 dan ke-3: tunas mulai terbentuk pada minggu ke-3 dan ke-4 sedangkan planlet mulai terbentuk pada minggu ke-6 dan ke-8. Jumlah akar terbanyak, yaitu 5 dihasilkan dengan penambahan 1 ppm NAA dan 3 ppm kinetin; jumlah tunas terbanyak, yaitu 5 dan jumlah planlet terbanyak yaitu 2 dihasilkan dengan penambahan 4 ppm kinetin tanpa NAA; berat basah terbesar, yaitu 1962,4 mg dan berat kering terbesar, yaitu 193,5 mg dihasilkan dengan penambahan 0,5 ppm NAA dan 4 ppm kinetin. Uji Friedman pada α = 0,01 terhadap data jumlah akar, tunas, planlet serta berat basah dan berat kering pada minggu ke-8 menunjukkan adanya pengaruh kombinasi NAA dan kinetin. Uji perbandingan berganda pada α = 0,01 menunjukkan terdapat beda nyata dalam jumlah akar, tunas, berat basah dan berat kering pada beberapa pasangan perlakuan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>