Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64062 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Universitas Indonesia, 2001
S31228
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Suatu penelitian dilakukan di kecamatan Wulanggitang – kabupaten Flores Timur dengan menggunakan Bacillus thuringiensis H-14 (TEKNAR) dosis 0,6 liter per Ha terhadap jentik Anopheles barbirostris pada kolam tanpa vegetasi, dengan vegetasi rumput dan vegetasi lumut, untuk menekan kepadatan populasi jentik vektor di ketiga jenis kolam tersebut. Tangki semprot “Hudson” digunakan untuk menyemprotan bakteri ini ke masing-masing kolam. Kolam tanpa vegetasi sebanyak 1,98 ml per 33 m2, kolam vegetasi rumput 7,2 ml per 120 m2 dan kolam vegetasi lumut 2,1 ml per 36 m2. Hasil pengamatan 24 jam sesudah penyemprotan menunjukkan bahwa B.thuringiensis H-14 dapat menekan kepadatan populasi jentik instar I – II dan III-IV masing-masing sebesar 97.52% dan 100% pada kolam tanpa vegetasi, 91,70% dan 88,99% pada kolam vegetasi rumput serta 55,92% dan 51,39% pada kolam vegetasi lumut. Pengamatan 6 hari penyemprotan menunjukkan penurunan kepadatan populasi jentik instar 1-II dan III-IV. Penurunan ini relatif rendah, bahkan kadang tidak terlihat adanya penurunan.
"
MPARIN 7 (1-2) 1994
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rahmad Putra
"Bacillus thuringiensis israelensis adalah agen biologis yang dapat digunakan untuk mengkontrol Aedes sp. Namun, efek residu dari Bti di kontainer yang biasa ada di rumah tangga (plastik, semen, dan keramik) masih belum diketahui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek residu Bti pada eksperimen semilapangan. Pada penelitian ini digunakan 100 larva instar tiga dari Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang dikembangbiakan di labolatorium Parasitology. Larva kemudian dimasukan ke kontainer yang dibuat dari plastik, semen, dan keramik dan mengandung 4 ml/m2 Bti. Untuk mensimulasikan kondisi yang ada di lapangan, setiap kontainer diberikan perlakuan dengan dikuras air dan tidak dikuras. Eksperimen ini dihentikan ketika mortalitas dari Ae. aegypti dan Ae. albopictus di bawah 70%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa efek residu Bti terhadap Ae. aegypti dan Ae. albopictus sama ( dua minggu). Tidak ada perbedaan bermakna mortalitas pada Ae. aegypti dan Ae. albopictus dengan kedua perlakuan, dikuras airnya atau tidak dikuras (plastik, semen, dan keramik). Namun, pada kontainer terdapat perbedaan bermakna. Kesimpulan, Bti tidak digunakan untuk mengkontrol Aedes sp di lapangan karena efek residu yang hanya bertahan dua minggu.

Bacillus thuringiensis israelensis is a biological agent that can be used to control Aedes sp. However, the residual effect of Bti in common household container in Indonesia ( plastic, concrete, and ceramic) is still unknown. The aim of the study is to know residual effect of Bti against Aedes sp in semi-field experiment. This study used 100 third instar larvae of Ae. aegypti and Ae. albopictus that breed in the parasitology laboratorium. The larvae were introduced to container made of the plastic, concrete, and ceramic contain 4 ml/m2 Bti. To simulate condition in the field setting, each containers were given treatment water replaced and nonwater replaced. The experiment stopped when the mortality of the larvae Ae. aegypti and Ae. albopictus below 70%.
The result showed that residual effect of Bti against Ae. aegypti was the same with Ae. albopictus (two weeks). No significant difference in the mortality of Ae. aegypti and Ae. albopictus either the water was replaced or not replaced (plastic and concrete container). However, in ceramic container there was significant different. In conclusion, Bti could not be used to control Aedes sp in the field since its residual effect was only two weeks.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulhasril
"ABSTRAK
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), merupakan salah satu penyakit viral yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Sampai saat ini penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius, karena pada waktu-waktu tertentu dapat menyebabkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering berakibat fatal (P2M & PLP,1981). Insiden tertinggi kasus DBD di Indonesia terjadi pada tahun 1987 dan tahun 1988 yaitu 23846 kasus dan 47573 kasus, dengan angka kematian 4,7 % dan 3,2 % Pada tahun 1990 dan tahun 1991 kembali terjadi ledakan kasus DBD walaupun angkanya tidak setinggi seperti tahun sebelumnya, yaitu hanya 20692 kasus dan 21120 kasus dengan angka kematian 3,7 % dan 2,7 %. Dalam tahun 1992, terdapat 17620 jumlah penderita yang terjangkit DBD di Indonesia namun angka kematian hanya 2,9 % (cumber P2M & PLP yang dikutip dari Suroso 1991 dan Hoedojo 1993)
Nyamuk yang berperan sebagai penular utama penyakit DBD di Indonesia adalah Aedes aegypti. Selain sebagai penular penyakit DBD, nyamuk ini diketahui dapat pula menularkan demam chikungunya ( Oda, dkk, 1983 ), filariasis (Taylor, 1960 ), juga beberapa penyakit karena virus seperti demam-kuning dan ensefalitis (Faust, et.a1.,1973).
Pada umumnya di Asia Tenggara termasuk Indonesia, wabah DBD dikaitkan dengan distribusi Aedes Aegypti, karena nyamuk ini sangat dekat hubungannya dengan manusia seperti misalnya dalam berkembang biak, memilih tempat perindukan yang terdapat di dalam rumah dan nyamuk ini lebih bersifat antropofilik (Halstead, 1975 dalam Sumarmo, 1989). Kepadatan populasi Ae.aegypti yang tinggi merupakan faktor yang dapat menunjang terjadinya wabah penyakit DBD . Dengan melakukan pemantauan dan menekan populasi nyamuk ini memungkinkan untuk dapat membantu mengevaluasi adanya ancaman penyakit DBD, dan tnencegah terbentuknya suatu daerah endemik (P2M & PLP,1981) Salah satu program dalam upaya pemberantasan penyakit DBD adalah dengan memutuskan mata rantai penularan antara manusia sebagai hospes dan nyamuk penularnya.
Berbagai cara telah diupayakan oleh Instansi Pemberantasari Penyakit Menular (P2M), untuk mengendalikan vektor penyakit DBD ini antara lain: melakukan pengendalian lingkungan terutama meniadakan tempat perindukan nyamuk, yaitu dengan membersihkan Tempat Penampungan Air (TPA) satu minggu sekali. Program ini ternyata kurang berhasil dalam mencapai sasaran, terbukti masih adanya ledakan wabah penyakit DBD yang sering terjadi pad waktu-waktu tertentu. Hal ini disebabkan oleh karena masih kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya arti kebersihan dan kesehatan lingkungan, sehingga masyarakat kurang berperan aktif dalam mebabantu program. Faktor ini yang menyebabkan populasi vektor penyakit DBD meningkat, terutama pada waktu musim hujan karena lebih banyak terdapat tempat-tempat perindukan nyamuk tersebut, sehingga kasus penyakit DBD cenderung meningkat.
Selain Cara pengendalian tersebut di atas, telah pula dilaksanakan program pengendalian vektor penyakit DBD dengan menggunakan insektisida, terutama fogging dengan malation dan abatisasi dengan temefos. Keuntungan cara pengendalian ini hasilnya dapat terlihat dengan cepat, tetapi bila dalam pelaksanaan program hanya digunakan satu macam insektisida secara terus menerus, tanpa memperhitungkan dosis yang digunakan dengan tepat dan tanpa pengawasan yang baik memungkinkan terjadinya resistensi nyamuk vektor terhadap insektisida tersebut. Kerugian lain yang mungkin timbul dari cara pengendalian ini adalah terjadinya polusi terhadap lingkungan, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada organisme yang bukan sasaran dan menyebabkan gangguan keseimbangan lingkungan."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melia Wuryani
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kelurahan Cempaka Putih Timur yang tergolong tinggi, sehingga perlu dilakukan pemberantasan vektor DBD. Salah satu larvasida yang aman digunakan untuk memberantas vektor DBD adalah Bacillus thuringiensis (Bti). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keberadaan larva Aedes sp. dengan jenis kontainer setelah pemberian Bti.
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang dilakukan dengan mengambil sampel larva satu bulan setelah pemberian Bti yaitu pada tanggal 25 April 2010 dari masing-masing 100 rumah pada Kelurahan Cempaka Putih Timur (daerah perlakuan: kontainer telah diberi Bti) dan kelurahan Cempaka Putih Barat (daerah kontrol: tanpa pemberian Bti). Data larva diambil dengan cara singlelarvae method dan dianalisis dengan uji Chi-square.
Hasil penelitian didapatkan house index (HI) 31%, container index (CI) 14,5% dan breteau index (BI) 40 pada daerah perlakuan, sedangkan daerah kontrol didapatkan HI 17 %, CI 7,3 % dan BI 22. Penyebaran larva Aedes sp. lebih banyak ditemukan pada daerah perlakuan dibandingkan dengan daerah kontrol dan berdasarkan uji statistik chi-square didapatkan perbedaan bermakna antara keberadaan larva Aedes sp. dengan jenis container (p = 0,005).
Berdasarkan jenis container diketahui larva banyak ditemukan pada container non TPA dan container ini tidak diberi Bti baik di daerah perlakuan maupun di daerah kontrol. Dapat disimpulkan bahwa keberadaan larva Aedes sp. berhubungan dengan jenis container setelah pemberian Bti.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one public health problem in Indonesia, including in kelurahan Cempaka Putih Timur which is high, so it needs to be done to eradicate dengue vector. One larvasida that can be used safely to eradicate dengue vector is Bacillus thuringiensis (Bti). This study aims to determine the existence of relationships of larvae Aedes sp. with the type of container after the addition of BTI.
This study used cross-sectional design conducted by taking samples of larvae of one month after addition of BTI on April 25, 2010 from each of the 100 houses in Cempaka Putih Timur (treatment areas: the container has been given a Bti) and the village of Cempaka Putih Barat (local control: without giving Bti). The data retrieved by a single larva-larvae method and analyzed by Chi-square test.
The results obtained house index (HI) 31%, container index (CI) 14.5% and breteau index (BI) 40 at the treatment area, while the control area obtained HI 17%, CI 7, 3% and BI 22. The spread of larvae Aedes sp. more common in the treatment area compared with the control area and based on chisquare statistical tests found significant differences between the presence of larvae of Aedes sp. with the type of container (p = 0.005).
Based on the type of container known larvae found in many non-landfill containers, and containers are not given the Bti in both treatment areas as well as in the control area. Can be concluded that the presence of larvae of Aedes sp. associated with type of container after addition Bti.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Saddam Alkautsar
"Salah satu masalah kesehatan masyarakat adalah penyakit tular vektor, diantaranya demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan Aedes aegypti dan filariasis yang ditularkan Culex quinquefasciatus. Pemberantasan penyakit tersebut terutama menggunakan insektisida. Untuk mengurangi efek negatif insektisida, dilakukan pemberantasan biologis salah satunya menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama efek residu Bti terhadap Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus. Desain penelitian ini adalah eksperimental. Sebanyak 100 larva instar III Ae. aegypti dan Cx.quinquefasciatus yang berasal dari koloni laboratorium dimasukkan ke dalam bak fiber glass, keramik, dan semen yang berukuran 60 x 60 x 60 cm3 dan berisi 125 L air. Selanjutnya diteteskan Bti dengan konsentrasi 2 ml/m2 lalu diobservasi selama 24 jam kemudian dihitung jumlah larva yang mati. Selanjutnya dilihat perkembangan pada setiap minggunya.
Penelitian dihentikan jika jumlah kematian larva <70%. Sebagai kontrol 100 larva dimasukkan ke bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Lama efek residu Bti dalam membunuh larva Ae. aegypti pada ketiga container adalah dua minggu sedangkan terhadap Cx. quinquefasciatus pada bak semen dan keramik adalah satu minggu, dan pada bak fiber glass dua minggu. Pada uji Mc Nemar didapatkan p= 0,001 yang artinya terdapat perbedaan bermakna. Disimpulkan efek residu Bti terhadap Ae. aegypti lebih lama dibandingkan Cx. quinquefasciatus.

One of the problem in public health is vector borne diseases, such as dengue hemorrhagic fever (DHF) which is transmitted by Aedes aegypti and filariasis transmitted by Culex quinquefasciatus. The control of the disease by controlling vector mainly using insecticides. To reduce the negative effects of insecticides, today’s control of the vector attempted with biological eradication, among others, with Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
This study aims to determine residual effect of Bti against Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus. This experimental study was performed using 100 third instar larvae Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus from laboratory colonies introduced into containers of fiber glass, ceramics, and cement which measures 60 x 60 x 60 cm3 and containing 125 L of water. The concentrations of Bti was 2 ml/m2 then observed for 24 hours and then counted the number of dead larvae. After that, the observation was conducted each week to observe the progress of the experiment.
The experiment is stopped when the mortality number dropped below 70%. As control 100 larvae introduced to the same type an size containers but not given Bti. Residual effect of Bti against Ae. aegypti larvae in the three containers is 2 weeks whereas against Cx. quinquefasciatus in the containers of cement and ceramic is 1 week, and in the fiber glass is 2 weeks. McNemar test showed p = 0,001, which means there is significant difference. It was concluded that residual effect of Bti against Ae. aegypti is two weeks and longer than Cx. quinquefasciatus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sansinenea, Estibaliz, editor
"Genetic improvement of Bt natural strains, in particular Bt recombination, offers a promising means of improving efficacy and cost-effectiveness of Bt-based bioinsecticide products to develop new biotechnological applications. On the other hand, the different Bacillus species have important biotechnological applications; one of them is carried out by producing secondary metabolites, which are the study object of natural product chemistry. The amazing structural variability of these compounds has attracted the curiosity of chemists and the biological activities possessed by natural products have inspired the pharmaceutical industry to search for lead structures in microbial extracts. Screening of microbial extracts reveals the large structural diversity of natural compounds with broad biological activities, such as antimicrobial, antiviral, immunosuppressive, and antitumor activities that enable the bacterium to survive in its natural environment. These findings widen the target range of Bacillus spp., in special B. thuringiensis, besides insecticidal activity and help people to better understand its role in soil ecosystem."
Dordrecht, Netherlands: Springer, 2012
e20405799
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
"Kapang endofit merupakan kekayaan alam yang potensial untuk
pengembangan senyawa obat. Tanaman Garcinia forbesii King dan Garcinia
porrecta Wall yang diketahui mengandung xanton ternyata juga menjadi
inang bagi sejumlah kapang endofit. Sebanyak 12 isolat kapang endofit
diisolasi dari G.forbesii dan 5 isolat dari G.porrecta. Isolat kapang endofit
difermentasi dengan media cair dan diekstraksi dengan metanol, n-butanol,
dan etil asetat. Ekstrak kering diuji aktivitas antibakteri dan toksisitasnya. Uji
antibakteri dilakukan terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus
subtilis, Escherichia coli, Salmonella typhosa, dan Pseudomonas aeruginosa.
Hasil zona hambat menunjukkan 10 isolat kapang memiliki aktivitas
antibakteri. Uji toksisitas dilakukan dengan cara Brine Shrimp Lethality Test
terhadap larva Artemia salina Leach. Nilai LC50 yang diperoleh dari 17 isolat
kapang tersebut memenuhi syarat toksik yaitu <1000 ppm."
Universitas Indonesia, 2007
S32603
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengisolasi bakteri patogen lokal Bacillus thuringiensis dari sampel jentik nyamuk dan sampel tanah dari berbagai habitat lubang pohon. Isolasi dilakukan pada media nutrien agar (2,3 gr/100ml), suhu 30C, selama 48 jam, diperoleh isolat B. thuringiensis. Masing-masing isolat dumurnikan dalam media antibiotik “NYPC” yang terdiri dari mutrien agar, ekstrak ragi, antibiotik polimiksin B sulfat 1,0 mg/ml dan kloramfenikol 0,1 mg/ml dan tanpa antibiotik (nutrien agar 2,3 gr/100 ml) selama 48 jam, suhu 30C. Mengingat bahwa 87,5% isolat B.thuringiensis yang dimurnikan dalam media antibiotik “NYPC” mempunyai patogenitas > 50%, maka “NYPC” lebih sensitif dan selektif daripada nutrien agar untuk mengisolasi B.thuringiensis. "
MPARIN 9 (1-2) 1996
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>