Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116323 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Puji Astuti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S31167
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Siti Nurhayati
"Proses sterilisasi secara basah dilakukan pada Autoclave dcngan kondisi Operasi yailu pada suhu 121 °C, tekanan 15 psig, dan lamanya stcrilisasi I5 menit. Sedangkan proses slerilisasi irradiasi sinar gamma dilakukan di PT Indogamma dengan dosis 1-3 kGray, 3-5 kGray, 5-7 kGray, 7-9 kGray.
Proses sterilisasi panas secara basah dilakukan 2 tahap percobaan yang berbeda yaitu sterilisasi pada produk akhir dan produk ruahan. Sedangkan pada percobaan sterilisasi irradiasi sinar gamma dilakukan hanya pada produk akhir.
Hasil percobaan sterilisasi tahu secara basah dan radiasi sinar gamma berdasarkan pcrtumbuhan bilangan cemaran mikroba dan perubahan Hsik tahu pada setiap umur simpan yang berbeda. Kandungan cemaran mikroba pada tahu yang telah disterilkan berkurang bahkan tidak mengandung cemaran sampai pada pengenceran I dan umur simpan tahu relatif lebih Iama dibandingkan dengan tahu yang lidak disterilisasikan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Noorhayati
"Tunas apikal kecambah Paraseriant/ies falcataria (L.) Nielson ditanam
pada medium MS yang mengandung I ppm NAA dan 6 ppm BAP selama 4
mlnggu. Tunas apikaf dan nodus kedua dart hasil penanaman dipotong menjadl
setek I dan setek II, kemudiân ditanam pada medium MS dengan variast
konsentrasl NM 3; 6 ; 9 ppm dan BAP 3; 6 ppm, selama 6 minggu. Tunas
tumbuh pada semua perlakuan, kalus tumbuh pada sebaglan besar perlakuan,
sedangkan akar tidak terbentuk pada semua periakuan. UJI non-parametrik
Friedman menunjukkan bahwa perlakuan (perbedaan konsentrast fitohormon
dan perbedaan setek) berpengaruh terhadap tinggl, Jumiah nodus, berat basah
dan berat kering tanaman. TInggl tunas tertlnggi untuk setek I (46 mm)
diperoieh pada P6 (6 ppm BAP + 6 ppm NM), sedangkan untuk setek 11(46
mm) pada P9 (3 ppm BAP + 9 ppm NM). Jumlah nodus dart penanaman
setek I paling banyak (5 buah) didapat pada P3 (3 ppm BAP + 9 ppm NM)
dan P6 (6 ppm BAP + 9 ppm NM) sedangkanuntuk setek 11(3,3 buah) pada
P8 (3 ppm BAP + 6 ppm NM) dan P11 (6 ppm BAP + 6 ppm NM). Berat
basah dan berat kering tertinggt setek I (0.1713 g dan 0.0333 g) dlperoieh
pada P6(6 ppm BAP + 9 ppm NM), sedangkan untuk setek 11(0,1111 dan
0,0258) pada P8 (3 ppm BAP + 6 ppm NM). Pada penanaman setek I semua perlakuan menghasllkan satu tunas sedangkapada setek II sebafl perlakuan menghasiikan lebih dart satu tunas."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awang Gunadi
"Radiasi lingkungan yang melewati ambang batas yang diperkenankan dapat mempengaruhi kesehatan makhluk hidup. Terutama pada pekerja yang selalu memakai bahan radioaktif untuk itu perlu diukur sehingga selalu dalam batasannya. Pada Tugas Akhir ini, dibuat alat ukur radiasi sinar gamma yang portable sehingga mudah dibawa dengan praktis. Dimulai dari perancangan alat, persiapan kornponen dan pengetesan akhir. Setelah alat selesai, dapat dipakai untuk mengetahui besar radiasi disuatu tempat hanya meletakkan alat tersebut dimana radiasi lingkungan hendak diukur. Sedang proses kalibrasinya disesuaikan pada alat ukur yang sudah terkalibrasi atau pada daerah yang lingkungan radiasinya sudah diketahui sumber atau besar radiasinya. Teknologi yang dipakai menggunakan komponen transi tor sebagai amplifier dan conditioner-signal jadi lebih sederhana untuk penyetelan saat kalibrasi. Display yang terukur dibaca pada tampilan moving coil. Untuk sensomya dipakai tabu.ng Geiger-Mueller sebagai Ion chamber yang akan mendeteksi paparan radiasi. Dengan alat yang portable dan ringan diharapkan mudah digunakan dilapangan untuk pengembangan keamanan bagi penggunaan bahan-bahan radioaktif."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
S39833
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dien Puji Rahayu
"ABSTRAK
Tren kembali ke alam mempengaruhi pertumbuhan industri jamu dan herbal di
Indonesia. Namun produk jamu dan herbal di pasaran belum diproses secara higienis
sehingga terkontaminasi oleh bakteri, jamur dan kapang yang melampaui batas
maksimal cemaran mikroba. Pasteurisasi radiasi sampai dengan dosis 10 kGy
mampu menurunkan angka lempeng total bakteri simplisia rimpang temu mangga
(Curcuma mangga Val and Zijp) 3 – 4 logaritma. Dari segi mikrobiologi,
pasteurisasi radiasi sangat menguntungkan, namun informasi mengenai aktivitas
temu mangga iradiasi masih terbatas. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh dosis pasteurisasi radiasi 0, 5 dan 10 kGy terhadap kandungan
senyawa kurkuminoid dan aktivitas antidiabetes C. mangga secara in vitro
(penghambatan enzim α-glukosidase) dan in vivo (pada mencit yang diinduksi
aloksan). Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi dengan etanol. Hasil uji secara
in vitro menunjukkan adanya peningkatkan kadar kurkuminoid pada simplisia temu
mangga yang diiradiasi 5 kGy. Sedangkan simplisia temu mangga 0, 5 dan 10 kGy
tidak memiliki aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dengan nilai persentase
penghambatan berturut-turut yaitu 9,89 ± 0,68; 8,44 ± 1,21 dan 16,95 ± 2,05 pada
konsentrasi 50 ppm. Hasil uji secara in vivo, pada hari ke-15 ekstrak etanol temu
mangga 0, 5 dan 10 kGy mampu menurunkan kadar glukosa darah relatif sebesar
46,53% ± 18,41; 54,66 % ± 19,94 dan 48,13 % ± 36,02.
ABSTRACT
The trend back to nature has influenced the growth of herbal medicine and herbal
industry in Indonesia. But those products in the market have not been processed
hygienically so contaminated by bacteria, fungi and mold that have the maximum
microbial contamination. Pasteurization radiation dose up to 10 kGy can reduce the
total plate count bacteria of Curcuma mangga Val and Zijp until 3 – 4 logarithms. In
terms of microbiology, pasteurization radiation very advantageous, but the retrieval
of information about the activities of irradiated C. mangga are still limited. This
study was conducted to determine the effect of pasteurization radiation doses of 0, 5
and 10 kGy for curcuminoid compound and antidiabetic activity of C.mangga in in
vitro (inhibition enzyme α-glucosidase) and in vivo (in mice induced alloxan). C.
mangga was extracted by maceration eith ethanol. In vitro test result showed that
iradiation 5 kGy could increased the curcuminoid compound while C. mangga 0, 5
and 10 kGy did not have inhibitory activity of the enzyme α-glucosidase, with value
of percentage of α-glucosidase inhibition consecutive 9.89 ± 0.68; 8.44 ± 1.21 and
16.95 ± 2.05 at a concentration of 50 ppm. In vivo result test, on the 15th day of C.
mangga 0, 5 and 10 kGy reduced blood glucose levels relative of 46.53% ± 18.41;
54.66 % ± 19.94 and 48.13 % ± 36.02."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T35506
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djadja Siti Hazar Hoesen
"Study on shoots growth and development of Typhonium flagelliforme (Lodd.) Blume and T. trilobatum (L.) Schott were carried out by in vitro technique.These species produce tubers are used for cancer medication; also the whole parts of plants has been reported potential for traditional medicine. Chemicals isolated from from crude extract of whole plants of T.flagelliforme are methyl esters of hexedecanoic acid, octadecanoic acid, 9- octadecanoic acid and 9,12- octadecadienoic acid.The chemical contents inhibited/decreased the proliferation of human leukaemia cell lines in test.For medical and cosmetics industrial USAge of the plants requires supply materials continously of which in turn necessitate its cultivation and planting. The planting materials can be produced efficiently by micro propagation or in vitro technique. The objective of the study was to evaluate the culture respond to the plant growth regulator (PGR) treatments effect. The experiment was designed with completely randomized designed (CRD).The study was indicated that proliferation of shoot were optimum in the growth medium was supplemented with N6-Benzyladenine (BA) 1mg/l and NAA 0,5 mg/l. Acclimatization stage and planted to the soil were successful, almost whole (90-95 %) plants were survive."
Bogor: Pusat Penelitian Biologi, 2007
BBIO 8:5 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arifa Hilma Azzahro
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui konsentrasi media MS yang sesuai untuk multiplikasi tunas kultivar Ambon Kuning. Penelitian menggunakan 28 eksplan bonggol tanaman Pisang Ambon Kuning yang terseleksi penyakit layu Fusarium yang terdiri dari kontrol P1 yang ditanam pada media MS dasar tanpa zat pengatur tumbuh, dan media perlakuan dengan penambahan benzylaminopurin BAP P2, P3, P4 sebanyak 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm dan penambahan BAP dengan thidiazuron TDZ P5, P6, P7 dengan variasi konsentrasi BAP 5 ppm TDZ 0,1 ppm, BAP 10 ppm TDZ 0,1 ppm, dan BAP 15 ppm TDZ 0,1 ppm. Pengamatan dilakukan selama 9 pekan dengan parameter berupa jumlah tunas yang terbentuk. Hasil uji Anova satu arah P= 0,05 menunjukkan pertumbuhan jumlah tunas berbeda nyata antar perlakuan. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan perlakuan optimum untuk multiplikasi tunas adalah pada MS BAP 10 ppm TDZ 0,1 ppm sebesar 9,75 tunas/biakan. Perkembangan biakan Pisang Ambon Kuning pada tiap perlakuan menunjukkan hasil yang beragam. Perlakuan P1 tidak menunjukkan multiplikasi tunas. Multiplikasi tunas ditunjukkan pada P2-P7 dengan perkembangan multiplikasi tunas yang berbeda. Perkembangan biakan P2, P3, dan P7 menunjukkan multiplikasi 2-4 tunas/biakan dengan perkembangan mutiplikasi berupa tunas yang memanjang. Multiplikasi pada P4, P5 dan P6 menunjukkan multiplikasi sebanyak 5-10 tunas/biakan dengan perkembangan multiplikasi berupa tunas berbentuk kumpulan nodul. Pengamatan perkembangan pada biakan didapatkan biakan pada P4 dan P7 menunjukkan abnormalitas berupa pertumbuhan tunas dan daun kerdil.

Study of in vitro shoot multiplication of banana cv. Ambon Kuning on various concentration of Benzylaminopurin and Thidiazuron had been done. Twenty eight Fusarium wilt disease resistant banana corm divided into 7 groups of treatment control treatment P1 inoculated in MS basal media, treatment groups P2, P3, P4 inoculated in MS basal media supplemented with 5, 10, and 15 ppm of BAP and other treatment groups inoculated in MS basal media supplemented with different concentration of BAP 5, 10, and 15 ppm with addition of 0.1 ppm TDZ each. Treatments incubated for 9 weeks. Parameter observed were the number of shoot produced. One way Anova test P le 0.05 showed there is significant difference of number of shoot produced on various concentration media in all treatments. Duncan test 0,05 showed the best treatment for shoot multiplication is MS 10 ppm of BAP 0.1 ppm of TDZ that produced 9.75 shoot culture. The development of banana culture cv. Ambon Kuning on each treatment showed different result. Control treatment P1 showed no multiplication shoot response, otherwise treatment groups P2-P7 showed various multiplication response. The culture development of P2, P3, and P7 resulted 2-4 elongated shoot culture. The culture development of P4, P5, and P6 resulted 5-10 bud culture. The culture development on P4 and P7 showed abnormal shoot formation that shown by development of stunted shoot and leaf."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66656
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sigit Witjaksono
"Demam berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DBD merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena marbiditasnya tinggi dan penyebarannya semakin luas. Pengobatan spesifik terhadap DBD sampai saat ini belum ada, sehingga pemberantasan DBD terutama dilakukan dengan pengendalian vektornya, yaitu Ae. aegypti.
Pengendalian Ae. aegypti antara lain dilakukan dengan menggunakan insektisida, yaitu temefos 1 % untuk stadium larva dan pengasapan dengan malation 4 % untuk nyamuk dewasa. Selain cara tersebut juga telah dilakukan pengendalian lingkungan untuk meniadakan tempat perindukan nyamuk dengan melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Namun demikian upaya ini belum memberikan hasil yang memadai karena jumlah kasus DBD masih tetap tinggi serta wilayah yang terjangkit semakin luas.
Pada tahun 1995, jumlah penderita DBD mencapai 25.000 penderita dan tersebar di seluruh propinsi di Indonesia. Di Jakarta selama lima tahun terakhir terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD pada tahun 1992, 1994, 1995 dan 1996 dengan jumlah kasus sebanyak 4000 penderita / pertahun dengan angka kematian lebih dari 1 %. Pada tahun 1997 pada bulan Januari sampai Mei terdapat 3000 orang penderita dengan 13 Orang meninggal dunia (Dep-Kes, 1997).
Karena upaya pengendalian DBD belum memberikan hasil yang memadai maka perlu cara lain untuk membantu program pemberantasan vektor DBD, antara lain dengan Teknik Jantan Mandul l Sterile Male Technique (TJM).
Teknik Jantan Mandul (TJM) merupakan teknik pemberantasan serangga dengan jalan memandulkan serangga jantan. Dasar teorinya adalah bila serangga betina hanya kawin satu kali dan perkawinan tersebut dengan serangga jantan yang mandul, maka keturunan tidak terbentuk (K.nipling, 1965). Serangga jantan mandul dilepas di lapangan dengan harapan dapat bersaing dengan jantan normal alam dalam berkopulasi dengan serangga betina. Serangga betina yang telah berkopulasi dengan jantan mandul dapat bertelur, tetapi telurnya tidak dapat menetas. Apabila penglepasan serangga jantan mandul dilakukan secara terus menerus, maka populasi serangga di lokasi penglepasan menjadi sangat rendah.
Pemanfaatan TJM telah dilakukan oleh Sharma et al (1972) di India dengan meradiasi pupa jantan Cx p. fatigans berumur 24 - 36 jam. Hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa dosis radiasi 60 Gy telah menyebabkan 99 % mandul. Hasil yang diperoleh oleh Sharma et al (1972) dilanjutkan dengan.pengujian lapangan oleh Rajagopalan et at (1973) di desa kecil Sultanpur di India. Di desa terdapat 200 rumah dan 1750 orang dan populasi nyamuk yang muncul setiap ha l diperkirakan 24.000 - 30.000 ekor. Rajagopalan (1973) meradiasi pupa jantan berumur 24 - 36 jam dengan dosis 60 Gy. Selanjutnya pupa tersebut diletakkan di pot-pot tanah sekitar rumah penduduk. Pupa jantan yang diradiasi berjurnlah 3 kali lebih banyak dari pada jantan normal."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>