Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28157 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Robby Zulkarnain
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S31317
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Lusyanah
"Telah dilakukan penelitian uji keamanan suspensi ekstrak n-heksana etil alkohol 70% Tribulus cistoides L. terhadap histologi ginjal Mus musculus L. jantan galur DDY. Tiga puluh ekor M. musculus jantan yang berumur 2 bulan dibagi secara acak dalam 6 kelompok perlakuan, terdiri atas kelompok kontrol normal (KK1) dicekok dengan larutan carboxyl methyl cellulose (CMÿÿ 1%; kontrol positif (KK2) dicekok dengan larutan CMC 1%, dan pada hari ke-14 disuntik dengan larutan CCl4; serta 4 kelompok perlakuan (KP1, KP2, KP3, dan KP4) dicekok dengan suspensi ekstrak n-heksana etil alkohol 70% T. cistoides dosis 400; 800; 1600; dan 3200 mg/kg bb. Perlakuan dilakukan 14 hari berturut-turut, dan seluruh M. musculus dikorbankan pada 48 jam setelah perlakuan terakhir. Organ ginjal diamati secara makroskopik dan mikroskopik. Hasil pengamatan mikroskopik menunjukkan tidak ada perbedaan nyata (α = 0,05) pada semua kelompok perlakuan terhadap diameter rata-rata glomerulus (KK1= 6,260 ± 0,496; KP1= 6,034 ± 0,163; KP2= 5,68 ± 0,375; KP3= 5,734 ± 0,628; KP4= 5,784 ± 0,170) μm, diameter rata-rata kapsula Bowman (KK1= 7,82 ± 0,084; KP1= 7,57± 0,239; KP2= 7,614 ± 0,421; KP3= 7,39 ± 0,461; KP4= 7,90 ± 0,327) μm, dan jarak rata-rata antara kapsula Bowman dengan glomerulus (KK1= 1,31 ± 0,116; KP1= 1,73 ± 0,331; KP2= 1,34 ± 0,110; KP3= 1,232 ± 0,173; KP4= 1,70 ± 0,09) μm."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S31426
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Yunita Fitri Anggraeni
"Telah dilakukan penelitian uji keamanan untuk mengetahui pengaruh suspensi ekstrak n-heksana etil alkohol 70% Tribulus cistoides L. terhadap struktur histologi hati Mus musculus L. jantan galur DDY di Laboratorium Biologi Reproduksi dan Perkembangan. Tiga puluh ekor M. musculus dibagi secara acak menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol 1 (CMC), KK2 (CMC dan CCl4), serta kelompok perlakuan 1 (KP1), KP2, KP3 dan KP4 (suspensi ekstrak T. cistoides dosis 400, 800, 1600 dan 3200 mg/kg bb).
Hasil pengamatan terhadap diameter rata-rata vena sentralis (μm) dan derajat kerusakan lobulus hati (%) derajat 0, 1, 2 dan 3 pada kelompok KK1, KK2, KP1, KP2, KP3 dan KP4 secara berturut-turut adalah sebagai berikut: KK1 (5,980 ± 0,373; 98,4; 1,6; 0 dan 0); KK2 (8.062 ± 0,346; 0; 0; 30 dan 70); KP1 (6,321 ± 0,448; 94,4; 5,6; 0 dan 0); KP2 (6,391 ± 0,448; 93,6; 6,4; 0 dan 0); KP3 (6,325 ± 0,299; 78; 22; 0 dan 0) dan KP4 (6,517 ± 0,394; 61,6; 37,6; 0,8 dan 0). Hasil uji anava 1-faktor (E = 0,05) terhadap diameter rata-rata vena sentralis menunjukkan tidak ada pengaruh pemberian suspensi ekstrak T. cistoides terhadap diameter vena sentralis perlakuan KP1, KP2, KP3 dan KP4. Hasil pengamatan terhadap derajat kerusakan lobulus hati menunjukkan bahwa KP1 dan KP2 memiliki persentase derajat lobulus hati normal tertinggi, yaitu sebesar 94,4% dan 93,6%, sedangkan KP3 dan KP4 memiliki persentase derajat kerusakan lobulus hati tertinggi, yaitu sebesar 22% dan 37,6%. Dengan demikian pemberian suspensi ekstrak T. cistoides dosis 400 dan 800 mg/kg bb tidak berpengaruh terhadap struktur histologi hati M. Musculus, sedangkan pemberian suspensi ekstrak T. cistoides dosis 1600 dan 3200 mg/kg bb berpengaruh terhadap struktur histologi hati M. Musculus."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S31432
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
; Averous Abdurrahman
"Latar Belakang: Kanker kolorektal adalah kanker keempat paling umum serta penyebab kematian akibat kanker kelima di Indonesia. Terapi kanker kolorektal sekarang yang tersedia sudah cukup banyak, namun banyak memberikan efek samping dan memerlukan biaya yang tinggi sehingga perlu dikembangkan terapi alternatif. Biji kapulaga jawa (Amomum compactum) berpotensi sebagai antioksidan dan antikanker dari senyawa fitokimianya sehingga dapat dikembangkan sebagai terapi alternatif. Metode: Serbuk kering biji kapulaga jawa diekstraksi melalui metode maserasi bertingkat sebanyak dua kali menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat dan etanol secara berurutan menghasilkan tiga jenis ekstrak. Uji fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan untuk mengetahui kandungan fitokimia pada ketiga ekstrak. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dan uji aktivitas sitotoksik terhadap sel HT-29 melalui metode MTT. Hasil: Uji fitokimia menunjukkan biji kapulaga jawa mengandung golongan fitokimia alkaloid, flavonoid, tannin dan triterpenoid. Ekstrak etanol biji kapulaga jawa menunjukan aktivitas antioksidan kuat (IC50 83,52 µg/ml), sedangkan ekstrak etil asetat dan n-heksana memiliki aktivitas antioksidan sedang (IC50=160,06 µg/ml dan 216,08 µg/ml). Aktivitas sitotoksik ekstrak etanol biji kapulaga jawa terhadap sel HT-29 termasuk kategori moderat (IC50=94,46 µg/ml). Adapun aktivitas sitotoksik dari ekstrak etil asetat dan n-heksana termasuk dalam kategori lemah (IC50 = 276,26 µg/ml dan 282,65 µg/ml). Kesimpulan: Senyawa fitokimia yang terkandung ekstrak biji kapulaga jawa menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap DPPH, serta aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker HT-29.

Introduction: Colorectal cancer is the fourth most common cancer and the fifth cause of cancer death in Indonesia. There are a lot of colorectal cancer therapies currently available, but they have many side effects and require high costs, so we need alternative therapies. Javanese cardamom seeds (Amomum compactum) have potential as antioxidants and anticancer from the phytochemical compound so they can be developed as an alternative therapy. Method: Dry powder of Javanese cardamom seeds extracted using multistage maceration method twice using n-hexane, ethyl acetate and ethanol solvents sequentially to produce three types of extracts. Phytochemical tests and thin layer chromatography (TLC) were carried to determine phytochemical content of extracts. Antioxidant activity was determined using DPPH method and the cytotoxic activity test against HT-29 cancer cells was determined using MTT method. Results: Phytochemical tests show that Javanese cardamom seeds contain alkaloid, flavonoid, tannin and triterpenoid phytochemical groups. The ethanol extract of Javanese cardamom seeds showed strong antioxidant activity (IC50= 83.52 µg/ml), while the ethyl acetate and n-hexane extracts had moderate antioxidant activity (IC50=160.06 µg/ml and 216.08 µg/ml). The cytotoxic activity of ethanol extract of Javanese cardamom seeds against HT-29 cells is moderate category (IC50= 94.46 µg/ml). The cytotoxic activity of ethyl acetate and n-hexane extracts are in weak category (IC50 276.25 µg/ml and 282.65 µg/ml). Conclusion: The phytochemical components contained in Javanese cardamom seed extract show antioxidant activity against DPPH, as well as cytotoxic activity against HT-29 cancer cells."
[Jakarta;Jakarta;Jakarta, Jakarta]: [Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2023
S-pdf;S-pdf;S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Dwi Suryani
"Resistensi antibiotik menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang telah mengancam kesehatan dunia. Perkembangan resistensi antibiotik juga mengakibatkan meningkatnya permintaan agen antimikroba baru. Beberapa tahun terakhir, tanaman obat telah banyak dieksplorasi oleh para peneliti sebagai langkah awal dalam penemuan obat antimikroba baru. Bahkan, sebanyak 50% agen antibakteri yang disetujui oleh FDA berasal dari produk alami. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menguji potensi daya antibakteri dari ekstrak kulit kayu masoyi yang diperoleh dengan metode Ultrasound-Assisted Extraction menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol 96% terhadap bakteri patogen yaitu Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, serta Pseudomonas aeruginosa. Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksana kulit kayu masoyi menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen seperti E. coli, S. typhimurium, B. cereus, dan S. aureus. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode difusi cakram kertas dan metode makrodilusi. Hasil dari uji difusi cakram kertas menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana memiliki aktivitas antibakteri lebih baik dengan potensi lemah hingga kuat (1,05-10,33 mm) dibandingkan dengan ekstrak etil asetat (0,82-4,63 mm) dan etanol 96% (0,5-3,81 mm) yang hanya berpotensi lemah terhadap bakteri S. aureus, S. epidermidis, dan P. aeruginosa. Konsentrasi hambat minimal ditentukan dengan metode makrodilusi. Hasil uji makrodilusi menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana, etil asetat, dan etanol 96% semuanya menunjukkan aktivitas antibakteri yang lemah dengan nilai KHM > 1.000 µg/mL terhadap bakteri S. aureus, S. epidermidis, dan P. aeruginosa.

Antibiotic resistance is one of the health problems that has threatened global health. The development of antibiotic resistance has also led to an increased demand for new antimicrobial agents. In recent years, medicinal plants have been extensively explored by researchers as a first step in the discovery of new antimicrobial drugs. As many as 50% of FDA-approved antibacterial agents are derived from natural products. This study aimed to test the antibacterial potential of masoyi bark extract obtained by ultrasound-assisted extraction using n-hexane, ethyl acetate, and ethanol 96% as solvents against pathogenic bacteria, i.e., Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, and Pseudomonas aeruginosa. Previously, extracts of ethanol, ethyl acetate, and n-hexane from masoyi bark were reported for antibacterial activity against pathogenic bacteria such as E. coli, S. typhimurium, B. cereus, and S. aureus. The antibacterial activity test was carried out using two methods, which were the disc diffusion method and the macro dilution method. The results of the paper disk diffusion test showed that the n-hexane extract had a better antibacterial activity with weak to strong potency (1.05-10.33 mm) than the ethyl acetate extract (0.82-4.63 mm) and ethanol 96% extract (0.5-3.81 mm) which had only a weak potential against S. aureus, S. epidermidis, and P. aeruginosa. Minimum inhibition concentration was determined by a macro dilution method. The results showed that the extracts of n-hexane, ethyl acetate, and ethanol 96% all exhibited weak antibacterial activity with MIC values > 1,000 µg/mL against S. aureus, S. epidermidis, and P. aeruginosa bacteria."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanan Talida
"Latar belakang: Kanker serviks merupakan penyakit keganasan dengan prevalensi tinggi pada wanita baik di Indonesia maupun di dunia. Pengobatan yang tersedia saat ini dapat berupa terapi operatif ataupun non operatif seperti radiasi dan kemoterapi, tetapi masih terdapat efek samping, resiko yang dapat ditimbulkan, serta biaya yang cukup mahal. Holothuria scabra merupakan bahan alam yang banyak ditemukan di Indonesia serta diketahui memiliki beberapa kandungan dengan aktivitas antikanker namun belum banyak diteliti.
Metode: Holothuria scabra diekstraksi menggunakan pelarut etil asetat, etanol, dan n-heksana. Analisis kandungan metabolit sekunder masing-masing ekstrak dilakukan melalui uji fitokimia dan uji kromatografi lapis tipis (KLT), sementara aktivitas sitotoksik ekstrak terhadap sel kanker serviks HeLa diuji menggunakan metode MTT assay dan dibandingkan dengan doxorubicin.
Hasil: Holothuria scabra memiliki kandungan fitokimia triterpenoid pada ekstrak etil asetat, etanol, dan n-heksana, serta alkaloid pada ekstrak etanol. Aktivitas sitotoksik Holothuria scabra terhadap sel kanker serviks HeLa yang paling kuat dimiliki oleh ekstrak etil asetat dengan nilai IC50 sebesar 26,598 ± 1,091 μg/mL, diikuti oleh ekstrak etanol 62,959 ± 3,656 μg/mL, dan ekstrak n-heksana 75,385 ± 3,226 μg/mL, sementara nilai IC50 doxorubicin sebesar 7,209 ± 0,995 μg/mL. Terdapat perbedaan yang signifikan antar masing-masing ekstrak dan doxorubicin.
Kesimpulan: Holothuria scabra mengandung senyawa fitokimia yang memiliki aktivitas antikanker. Ketiga ekstrak menunjukkan aktivitas sitotoksik sedang terhadap sel kanker serviks HeLa.

Introduction: Cervical cancer is a malignant disease with a high prevalence among women in Indonesia and the world. Treatment currently available consists of operative or non-operative therapy such as radiation and chemotherapy. However, there are still side effects, risks, and the cost is also expensive. Holothuria scabra is a natural ingredient commonly found in Indonesia and is known to have some anticancer activity that has not been widely studied.
Method: Holothuria scabra was extracted using ethyl acetate, ethanol, and n-hexane as solvents. Analysis of the secondary metabolite content of each extract was carried out through phytochemical tests and thin-layer chromatography tests. In contrast, the cytotoxic activity of the extracts against HeLa cervical cancer cells was tested using the MTT assay and compared with doxorubicin.
Result: Holothuria scabra contains triterpenoid in all extracts, namely ethyl acetate, ethanol, n-hexane extract, and alkaloid in ethanol extract. Among the three Holothuria scabra extracts, ethyl acetate extract had the strongest cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cells with an IC50 value of 26.598 ± 1.091 μg/mL, followed by ethanol extract of 62.959 ± 3.656 μg/mL, and n-hexane extract of 75.385 ± 3.226 μg/mL, meanwhile the IC50 value of doxorubicin was 7,209 ± 0,995 μg/mL. There were also significant differences between each extract and doxorubicin.
Conclusion: Holothuria scabra contains phytochemical compounds with anticancer activity and the three extracts showed moderate cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cells.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Averous Abdurrahman
"Latar Belakang: Kanker kolorektal adalah kanker keempat paling umum serta penyebab kematian akibat kanker kelima di Indonesia. Terapi kanker kolorektal sekarang yang tersedia sudah cukup banyak, namun banyak memberikan efek samping dan memerlukan biaya yang tinggi sehingga perlu dikembangkan terapi alternatif. Biji kapulaga jawa (Amomum compactum) berpotensi sebagai antioksidan dan antikanker dari senyawa fitokimianya sehingga dapat dikembangkan sebagai terapi alternatif. Metode: Serbuk kering biji kapulaga jawa diekstraksi melalui metode maserasi bertingkat sebanyak dua kali menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat dan etanol secara berurutan menghasilkan tiga jenis ekstrak. Uji fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan untuk mengetahui kandungan fitokimia pada ketiga ekstrak. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dan uji aktivitas sitotoksik terhadap sel HT-29 melalui metode MTT. Hasil: Uji fitokimia menunjukkan biji kapulaga jawa mengandung golongan fitokimia alkaloid, flavonoid, tannin dan triterpenoid. Ekstrak etanol biji kapulaga jawa menunjukan aktivitas antioksidan kuat (IC50 83,52 µg/ml), sedangkan ekstrak etil asetat dan n-heksana memiliki aktivitas antioksidan sedang (IC50=160,06 µg/ml dan 216,08 µg/ml). Aktivitas sitotoksik ekstrak etanol biji kapulaga jawa terhadap sel HT-29 termasuk kategori moderat (IC50=94,46 µg/ml). Adapun aktivitas sitotoksik dari ekstrak etil asetat dan n-heksana termasuk dalam kategori lemah (IC50 = 276,26 µg/ml dan 282,65 µg/ml). Kesimpulan: Senyawa fitokimia yang terkandung ekstrak biji kapulaga jawa menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap DPPH, serta aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker HT-29.

Introduction: Colorectal cancer is the fourth most common cancer and the fifth cause of cancer death in Indonesia. There are a lot of colorectal cancer therapies currently available, but they have many side effects and require high costs, so we need alternative therapies. Javanese cardamom seeds (Amomum compactum) have potential as antioxidants and anticancer from the phytochemical compound so they can be developed as an alternative therapy. Method: Dry powder of Javanese cardamom seeds extracted using multistage maceration method twice using n-hexane, ethyl acetate and ethanol solvents sequentially to produce three types of extracts. Phytochemical tests and thin layer chromatography (TLC) were carried to determine phytochemical content of extracts. Antioxidant activity was determined using DPPH method and the cytotoxic activity test against HT-29 cancer cells was determined using MTT method. Results: Phytochemical tests show that Javanese cardamom seeds contain alkaloid, flavonoid, tannin and triterpenoid phytochemical groups. The ethanol extract of Javanese cardamom seeds showed strong antioxidant activity (IC50= 83.52 µg/ml), while the ethyl acetate and n-hexane extracts had moderate antioxidant activity (IC50=160.06 µg/ml and 216.08 µg/ml). The cytotoxic activity of ethanol extract of Javanese cardamom seeds against HT-29 cells is moderate category (IC50= 94.46 µg/ml). The cytotoxic activity of ethyl acetate and n-hexane extracts are in weak category (IC50 276.25 µg/ml and 282.65 µg/ml). Conclusion: The phytochemical components contained in Javanese cardamom seed extract show antioxidant activity against DPPH, as well as cytotoxic activity against HT-29 cancer cells."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuldevi Mukhtar
"telah dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak alkohol buah paria terhadap implantasi mencit galur Swiss Derived: Tiga puluh ekor mencit betina , dewasa dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok kontrol terdiri dari kelompok tanpa perlakuan, kontrol dengan pembe rian oral akuabidestilata, dan kontrol dengan Carboxy Methyl Celullose (CMC) 1%. Kelompok perlakuan terdiri dari kelompok pemberian dosis 250, 500, dan 750 m.g ekstrak alkohol buah paria/kg b.b./hari. Setelah perlakuan diberikan selama 30 hari semua mencit betina dikawinkan dengan, mencit jantan fertil. Pada kehamilan hari ke-18 semua mencit betina dikorbankan, kondisi intrauterin dicatat, dan fetus diamati morfologinya. Uji ANAVA terhadap berat ' rata-rata■ovarium dan jumlah korpus luteum tidak berbeda nyata pada a = 0,05. Uji Kruskal-Wallis (a = 0,05) terha dap jumlah fetus hidup, fetus ma'ti, resorpsi fetus, dan berat badan rata-rata fetus tidak berbeda nyata. Dari uji Lhi-Sguare (a = 0,05) diketahui perbandingan jenis kelamin fetus antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan tidak' berbeda nyata."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Juwariah
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S31134
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Ayu Silvia N.
"Sari Akar Manis merupakan komposisi utama obat batuk hitam dimana penggunaan obat ini sudah cukup lama dikenal masyarakat Indonesia, tetapi informasi mengenai peringatan pada kemasan obat kurang menyertai penggunaan untuk wanita hamil.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian suspensi sari akar manis (Glycyrhhiza glabra) terhadap perkembangan janin pada mencit betina bunting. Mencit betina bunting galur DDY sebanyak 24 ekor dibagi acak menjadi 4 kelompok. Kelompok I diberikan larutan CMC 0.5 % dan kelompok II, III, dan IV berturut-turut diberikan dosis sari akar manis 1300; 2600; dan 5200 mg/kg bb/hari selama masa organogenesis mulai hari ke-6 sampai hari ke-15 kebuntingan.
Pada hari ke-18 kebuntingan, dilakukan laparaktomi terhadap mencit betina bunting dan janin dikeluarkan dari uterus. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah janin, adanya jumlah kematian dan resorpsi, jenis kelamin janin, penimbangan berat badan janin dan panjang janin. Kemudian dilakukan juga pengamatan secara visual terhadap adanya kelainan pada janin. Perkembangan tulang rangka diamati setelah pembuatan preparat tulang rangka dengan Alizarin Red S.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sari akar manis tidak memberikan pengaruh yang berbeda secara bermakna secara statistik tetapi menunjukkan adanya perdarahan di bawah kulit sebesar 10 % dan kelainan tulang rangka pada tulang rusuk janin sebesar 3 % dari seluruh mencit betina bunting yang diberi sari akar manis.

Succus liquiritie is a major compotition for cough medicine where the usage in Indonesia is very common but information of warning on the package are not include pregnant women.
This study was performed to examine the influence of succus liquritiae suspension on the development of mice s fetuses. Twenty four pregnant mices strain DDY were divided into 4 groups. First group were administered by CMC 0.5 % and the second, the third and the four of group were administered by succus liquritiae with the dosage are : 1300; 2600; and 5200 mg/kg body weight/day which administered during organogenesis period from gestation day 6 to 15.
Laparactomy were performed on day 18 of gestation. The observation were made starting from number of fetuses, number of death and resorption, sex of fetuses, weight body and crown-rump of fetuses. The Observation continued with disorder and complitness of fetuses visualy. Skeletal development were observed after skeleton preparation using Alizarin Red S.
The Result of this study showed that succus liquritiae did not influence the development of fetuses statiscally but did showed hemorrhage 10 % and skeletal development disorder at the fetuses s rib 3% to the pregnant mice that administered by succus liquritiae."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S964
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>