Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93642 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Gen var merupakan famili gen pada Plasmodium falciparum yang
mengkode PfEMP1 (Plasmodium falciparum Erythrocyte Membrane Protein
1) pada permukaan eritrosit yang terinfeksi parasit. Penelitian bertujuan
mengkarakterisasi variasi ekspresi gen var dan melihat motif conserved
(homolog) sekuens gen var pada domain DBLγ dari isolat klinis P. falciparum
pada penderita malaria di Rumah Sakit Mitra Masyarakat, Timika, Papua.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Malaria 2, Lembaga Biologi Molekuler
Eijkman selama 8 bulan. Domain DBLγ pada PfEMP1 diamplifikasi secara in
vitro dengan teknik PCR menggunakan primer DBLγ degenerate, yang
menghasilkan pita dengan kisaran ukuran 500--700 pb. Produk PCR DBLγ
kemudian diligasikan dengan vektor plasmid pGEMĀ®-T easy dan
ditransformasikan ke dalam Escherichia coli strain DH5α dengan metode
heat shock. Transforman diseleksi pada medium agar Luria-Bertani ampisilin.
Hasil penapisan biru-putih dan PCR insert checking menunjukkan adanya 1--
33 koloni yang positif mengandung insert dari masing-masing sampel.
DeoxyriboNucleic Acid koloni positif tersebut kemudian di-sequencing. Hasil
sequencing dan alignment menunjukkan adanya variasi ekspresi gen var dan
motif conserved (homolog) dari isolat klinis P. falciparum dari Timika, Papua.
Berdasarkan alignment sekuens asam amino, terdapat 1--9 variasi ekspresi
gen var pada klona tiap sampel. Rekonstruksi pohon filogenetik dilakukan
dengan metode Neighbour-Joining dengan program komputer PHYLIP.
iv
Berdasarkan pohon tersebut, terdapat hubungan kekerabatan atau
persamaan sekuens asam amino antara sampel isolat klinis P. falciparum
dari Timika, Papua dan sekuens asam amino DBLγ dari database
(www.ncbi.nlm.nih.gov) dan (www.plasmodb.org)."
Universitas Indonesia, 2007
S31455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leily Trianty
"Proses invasi Plasmodium falciparum ke dalam sel darah merah merupakan tahapan penting pada infeksi malaria. Proses ini sangat kompleks melibatkan interaksi antara protein ligan pada permukaan merozoit parasit dengan reseptor permukaan pada sel darah merah inang. Reseptor sel darah merah yang digunakan pada saat invasi parasit P. falciparum diidentifikasi berdasarkan sensitivitasnya terhadap enzim neuraminidase (N), tripsin (T) dan kimotripsin (K). Penelitian ini dilakukan pada 69 darah pasien yang terinfeksi P. falciparum yang dikultur secara ex vivo secara langsung di laboratorium di Timika. Sel darah donor yang digunakan untuk uji invasi sebelumnya diberi perlakuan dengan 50 mU/ml neuraminidase, 1 mg/ml tripsin, atau 1 mg/ml kimotripsin. Kami mengidentifikasi 8 pola invasi parasit malaria dengan tipe terbanyak yang ditemukan adalah tipe A yang resistan terhadap ketiga perlakuan enzim (NrTrKr; 28,99%) dan tipe B (NsTsKr; 21,74%). Selain itu dilakukan pula analisis untuk mengetahui ekspresi relatif protein kelompok Duffy Binding Ligand (DBL) dan Reticulocytes Homolog (Rh) yang berperan pada proses invasi dengan mendeteksi ekspresi protein tersebut dari RNA yang disintesis menjadi cDNA yang diisolasi pada stadium schizon dari masing-masing isolat klinis. Protein kelompok DBL yang dianalisis adalah EBA-140, 175, 181 sedangkan dari kelompok Rh adalah Rh-1, 2a, dan 2b. Hasil analisis kuantitatif dengan real time reverse transcription PCR menunjukkan bahwa protein EBA-140, Rh-1 dan EBA-175 merupakan tiga protein ligan P. falciparum yang paling umum ditemukan pada isolat klinis parasit malaria di Timika, Papua. Variasi genetik sel darah merah seperti Southeast Asian Ovalocytosis (SAO), Gerbich negatif, dan varian hemoglobin (HbE) tidak ditemukan pengaruhnya pada proses invasi pada penelitian ini. Informasi yang dihasilkan pada penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan untuk pengembangan vaksin malaria berbasis hambatan invasi parasit ke dalam sel darah merah.

Plasmodium falciparum invasion is a complex process involving several parasite ligands and their receptors expressed on the red blood cell surface. We reported various receptors used by the parasite ligands during their invasion based on their sensitivity to neuraminidase (N), trypsin (T) or chymotrypsin (C). Most field isolates in Timika invaded red blood cells through type A receptor that was resistant to all enzyme treatments (NrTrCr; 28,99%) and type B that was sensitive to neuraminidase and trypsin (NsTsCr; 21,74%). The expression of two invasion ligands; Plasmodium falciparum Duffy binding ligand (PfDBL) and P. falciparum reticulocyte homolog (PfRh) were quantified from the schizonts stage of each isolate. We employed quantitative real-time reverse-transcription polymerase chain reaction (QRT-RT-PCR) to detect the expression of PfDBL family including EBA-140, EBA-175 and EBL-181 and PfRh genes such as Rh-1, Rh-2a, Rh-2b. We demonstrated thatEBA-140, Rh-1 and EBA-175 werethe major invasion ligands expressed in P. falciparum of Timikan isolates. The presence of red cell polymorphisms including the Southeast Asian Ovalocytosis (SAO), Gerbich negativity, and variant hemoglobin (HbE) as detected by PCR was not found to affect parasite invasion. The present study strengthens the support to include malaria invasion proteins into the development of malaria vaccine platform."
Jakarta: Universitas Indonesia, 2013
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sorontou, Yohanna
"Protein EBA-175 (Erythrocyte binding antigen-175) plasmodium falciparum merupakan ligan yang memperantarai perlekatan merozoit pada residu asam sialat glikoforin A pada eritrosit manusia dan oleh karena itu memegang peranan yang sangat penting pada invasi sel. Gen penyandi protein ini, eba-175 telah dibuktikan memiliki alel dimorfik, FCR (F) dan CAMP (C) yang dilaporkan berkaitan dengan manifestasi klinis malaria. Alel ini ditandai oleh adanya insersi nuleotida sebesar 423 pb pada alel F dan 342 pb pada alel C.
Suatu penelitian epidemiologi molekul yang bertujuan untuk menentukan frekuensi distribusi kedua alel tersebut serta kaitannya dengan manifestasi klinis malaria telah dilaksanakan pada isolat-isolat P. falciparum yang dikumpulkan dari pasien-pasien malaria asimptomatik dan simptomatik di Kabupaten Jayapura. Provinsi Papua melalui survei malariometrik dan pengumpulan sampel di pusat-pusat pelayanan kesehatan.
Analisis dengan teknik penggadaan DNA (Polymerase chain reaction) 110 isolat dari pasien asimptomatik dan 100 isolat dari pasien simptomatik menunjukkan bahwa alel C merupakan alel yang dominan pada kedua kelompok tersebut, dengan frekuensi distribusi pada malaria asimp-tomatik; alel C: 62.7%, alel C/F: 8%. Uji statistik dengan Chi-square menunjukkan tidak adanya keterkaitan antara alel-alel tersebut di atas dengan manifestasi klinis malaria.
Pengobatan kasus malaria dengan obat antimalaria sulfadoksin-pirimetamin (SP) menunjukkan adanya perubahan yang bermakna pada distribusi kedua alel tersebut dan dimana alel C ditemukan berkaitan dengan kegagalan pengobatan SP. Hasil-hasil yang diperoleh berbeda secara bermakna dengan frekuensi distribusi alel gen eba-175 yang dilaporkan di beberapa negara endemis malaria dimana alel F merupakan alel dominan. Dominasi alel C di Papua kemungkinan sebagian dapat dikaitkan dengan resistensi relatif alel tersebut terhadap obat SP."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
D624
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Fathurohman
"Plasmodium falciparum menggunakan protein EBA140 sebagai salah satu protein yang berperan pada proses invasi ke dalam sel darah merah. Polimorfisme domain F1 gen EBA-140 diketahui memengaruhi spesifisitas perlekatan protein EBA-140 pada reseptor di permukaan sel darah merah. Variasi tipe alel Gerbich pada gen GYPC yang merupakan reseptor bagi EBA-140 juga dapat memengaruhi kemampuan protein ligan EBA-140 dalam berikatan dengan reseptor GYPC di permukaan sel darah merah.
Penelitian mengenai keragaman sekuens asam amino domain F1 gen EBA-140 dan variasi alel Gerbich gen GYPC telah dilakukan terhadap 18 isolat klinis P. falciparum yang berasal dari kabupaten Bangka Barat (n = 5), kabupaten Bangka Tengah (n = 4), dan kabupaten Mimika (n = 9). Amplifikasi gen EBA-140 dari isolat parasit malaria dilakukan dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Selanjutnya fragmen DNA parasit diperbanyak dengan metode kloning ke dalam sel bakteri Escherichia coli.
Analisis hasil sekuens asam amino domain F1 menunjukkan adanya 7 haplotipe gen EBA-140 dari ketiga daerah tersebut. Tiga haplotipe yaitu ISTK, DSTK, dan ISRE merupakan haplotipe baru yang belum pernah dilaporkan sebelumnya. Analisis variasi alel Gerbich pada gen GYPC menunjukkan tidak ada delesi ekson 3 pada gen GYPC pada ketiga daerah tersebut. Informasi mengenai keragaman haplotipe gen EBA-140 dan gen GYPC dapat dijadikan sebagai acuan dalam mendesain vaksin berbasis gen EBA-140 yang efektif memberantas P. falciparum di Indonesia.

Plasmodium falciparum utilizies the EBA140 as one of its proteins to invade the red cells. Polymorphisms at the domain F1 of EBA-140 gene have been known to affect the ligand recognition to its corresponding protein receptors glycophorin C (GYPC) or Gerbich antigen. Deletion on the GYPC gene, known as Gerbich blood-type, is known to prevent the parasite invasion using this pathway. Polymorphisms on the GYPC gene could alter the ability of EBA-140 ligand to bind to GYPC receptor on the surface of erythrocyte. Plasmodium falciparum clinical isolates from West Bangka (n = 5), Central Bangka (n = 4), and Mimika regencies (n = 9) were studied for their EBA-140 and GYPC gene polymorphisms. Parasite DNA was amplified using Polymerase Chain Reaction (PCR) and subsequently cloned into Escherichia coli.
Amino acid sequence analysis of the F1 domain showed that there were seven haplotypes of EBA-140 gene from all locations. Three haplotypes of EBA-140 (ISTK, DSTK, ISRE) detected in this study were new haplotypes that had not been reported previously. Analysis on the Gerbich allele detected no exon 3 deletion on the GYPC gene from all location. These findings provide useful information if the vaccine involving the EBA-140 component would be developed.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56171
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Oktavianthi
"Infeksi malaria saat kehamilan telah dilaporkan berasosiasi dengan peningkatan risiko lahirnya bayi berat badan lahir rendah (BBLR, berat badan lahir < 2500 g) di negara-negara endemis malaria, termasuk di Timika, Papua, Indonesia. Infeksi Plasmodium falciparum (P. falciparum) mengakibatkan penumpukkan eritrosit terinfeksi di plasenta, sehingga berkontribusi pada gangguan fungsi plasenta dan terhambatnya petumbuhan janin. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola ekspresi transkrip mRNA yang terlibat dalam aksis insulin-like growth factor (IGF) dan persinyalan leptin yang berperan dalam mengatur fungsi plasenta selama kehamilan. Plasenta ibu hamil terinfeksi malaria falciparum yang melahirkan bayi tunggal sebanyak 55 sampel digunakan untuk isolasi RNA total. RNA hasil isolasi kemudian ditranskripsi balik menjadi complementary DNA (cDNA) dengan reverse transcription polymerase chain reaction (RT PCR), kemudian diukur ekspresinya dengan quantitative real-time PCR (qPCR). Ekspresi IGF-I (r = 0,232, p = 0,089) dan reseptor leptin isoform pendek (OBRa) (r = 0,215, p = 0,115) pada plasenta cenderung berkorelasi positif terhadap skor-z berat badan lahir. Ekspresi OBRa juga berkorelasi negatif secara terhadap umur kehamilan ( = -0,294, p = 0,029). Sedangkan, ekspresi IGFBP-1 cenderung berkorelasi negatif terhadap berat plasenta (r = -0,237, p = 0,081). Ekspresi leptin dan reseptor leptin isoform panjang (OBRb) plasenta menunjukkan korelasi yang lemah terhadap berat badan lahir, skor-z berat badan lahir, berat plasenta, maupun umur kehamilan. Faktor berat plasenta dan ekspresi OBRa menunjukkan kontribusi yang nyata terhadap skor-z berat badan lahir dibandingkan variabel lainnya. Keterkaitan antara ekspresi komponen aksis IGF-I dan persinyalan leptin pada plasenta dari kehamilan terinfeksi malaria menunjukkan respon plasenta terhadap kondisi intrauterin yang merugikan akibat infeksi malaria.

Malaria infection during pregnancy has been reported to be associated with an increased risk for delivering low birth weight (LBW, birth weight < 2500 g) infants in malaria-endemic area, including in Timika, Papua, Indonesia. Plasmodium falciparum (P. falciparum) infection leads to placental sequestration of infected erythrocytes, causing impaired placental function and altered fetal growth. This study was aimed to investigate the expression pattern of mRNA transcripts involved in insulin-like growth factor (IGF) axis and leptin signaling which play a role in modulating placental function during pregnancy. A total of 55 placenta samples collected from falciparum malaria-infected mothers who delivered singleton infant were employed for total RNA isolation. The isolated RNA was reverse transcribed into complementary DNA (cDNA) using reverse transcription polymerase chain reaction (RT PCR), followed by measurement of gene expression using quantitative real-time PCR (qPCR). Placental expressions of IGF-I (r = 0,232, p = 0,089) and long isoform of leptin receptor (OBRa) (r = 0,215, p = 0,115) were tend to be positively correlated with birth weight z-score. The expression of OBRa was also negatively correlated with gestational age ( = - 0,294, p = 0,029). Meanwhile, the expression of IGFBP-1 showed a tendency to be negatively correlated with placental weight (r = -0,237, p = 0,081). Placental leptin and long isoform of leptin receptor (OBRb) expressions showed weak correlations with birth weight, placental weight, and gestational age. Placental weight and OBRa expression represent a significant contribution to determination of birth weight z-score as compared to the others variables. Correlation between placental expression of IGF axis and leptin signaling in malaria-infected pregnancies might reflect placental response to adverse intrauterine condition due to malaria infection."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Yuliana
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S31571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Ayu Setya Utami
"Invasi Plasmodium vivax (Grassi & Filetti, 1889) ke dalam retikulosit ditentukan oleh adanya interaksi antara ligan PvDBP II dan reseptor Duffy Antigen Receptor for Chemokines (DARC) pada permukaan sel darah merah. Penelitian bertujuan mengkarakterisasi polimorfisme pada gen pengkode PvDBP II dari isolat P. vivax di Kabupaten Mimika, Papua dan menentukan asam amino yang conserved. Gen pengkode PvDBP II diamplifikasi dari 12. Hasil amplifikasi gen pengkode PvDBP II kemudian diklona dan dilakukan sequencing pada 43 klona yang positif. Mutasi synonymous ditemukan pada 15 kodon asam amino (20%), sedangkan mutasi nonsynonymous terjadi pada 58 kodon asam amino (77,3%). Sebagian besar mutasi (78,6%) terletak pada critical binding motif PvDBP II. Rekonstruksi pohon filogenetik menggunakan metode Bayesian, memperlihatkan adanya hubungan kekerabatan antara isolat Indonesia dan isolat dari negara lain. Kesimpulan dari penelitian adalah polimorfisme pada isolat Indonesia sangat tinggi (81,4%) dan asam amino sistein adalah asam amino yang conserved (83,3%).

The interaction between PvDBP II and its receptor, the Duffy antigen receptor for chemokines (DARC) is essential for the merozoite invasion into the reticulocytes. This study aimed to characterize the genetic polymorphisms of the gene encoding the PvDBP II in isolates from Mimika district, Papua. The gene encoding the PvDBP II from 12 isolates was subjected to PCR amplification and the patterns of polymorphisms were characterized using DNA cloning. Fourty three clones were further examined by sequencing. Fifteen synonymous (20%) and 58 nonsynonymous (77,3%) mutations were identified. The highest frequency of polymorphisms (78,6%) was found in critical binding motif of PvDBP II. Phylogenetic analysis of DNA sequences using Bayesian methods demonstrated that P. vivax (Grassi & Filetti, 1889) isolates from Indonesia were related with other isolates from different geographical regions. The conclusions of this study are the level of polymorphisms in Indonesian isolates is high (81,4%) and cysteine residues are conserved (83,3%)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S866
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farahana Kresno Dewayanti
"Artemisinin-based Combination Theraphy (ACT) telah digunakan sebagai terapi utama untuk mengobati malaria falciparum tanpa komplikasi di Indonesia sejak 2004. Dihydroartemisinin-piperaquine (DHP) diangkat sebagai terapi utama untuk semua kasus malaria tanpa komplikasi sejak tahun 2016, termasuk kasus malaria vivax.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi polimorfisme nukleotida tunggal pada class domain propeller gen diantara kasus malaria tanpa komplikasi yang disebabkan Plasmodium vivax dari Provinsi Jambi dan Papua, Indonesia. IsolatP. vivax diambil dari April 2016 hingga April 2018. Melalui deteksi kasus aktif dan pasif malaria vivax tanpa komplikasi, sebanyak 41 isolat dari Provinsi Jambi dan 55 isolat dari Provinsi Papua terekrut pada penelitian ini. Domain propeller gen pvk12 diamplifikasi dengan metode nested PCR lalu disekuensing untuk mengevaluasi polimorfisme nukleotida tunggal.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak ditemukan polimorfisme domain propeller pada kodon M448, T517, F519, I568, D605, D691, dan I708 dari seluruh isolat yang diteliti. Polimorfisme pada kodon S578Y dari domain propeller gen pvk12 ditemukan pada satu isolat dari Provinsi Jambi.

Artemisinin-based combination therapy (ACT) has been adopted as first line therapy for uncomplicated falciparum malaria in Indonesia since 2004. Dihydroartemisininpiperaquine (DHP) has been adopted as first line therapy for all uncomplicated malaria cases in Indonesia since 2016.
The present study aims is to evaluate the single nucleotide polymorphisms in propeller domain gene among uncomplicated of Plasmodium in Jambi and Papua Provinces, Indonesia. The P. vivax isolates were collected from April 2016 to April 2018. A total of 41 P. vivax isolates from Jambi and 55 isolates from Papua were collected from uncomplicated vivax malaria cases enrolled through active and passive case detections. Amplification by nested PCR used to amplify gene propeller domain and sequencing is used to evaluate single nucleotide polymorphism.
The overall results indicated that no polymorphisms of propeller domain pvk12 gene at codon M448, T517, F519, I568, D605, D691, and I708 were observed in all isolates. Polymorphism at codon S578Y of propeller domain gene was found in one isolate from Jambi Province.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Dwi Hartuti
"Latar belakang: Plasmodium falciparum merupakan salah satu parasit penyebab penyakit malaria yang menyerang manusia. Mitokondria P. falciparum memiliki perbedaan komponen dengan manusia terutama jenis enzim yang terlibat dalam rantai transpor elektron. Malat: kinon oksidoreduktase MQO adalah enzim fungsional yang bekerja dalam mengkatalisis konversi malat menjadi oksaloasetat yang dibutuhkan pada siklus asam sitrat. Elektron yang dihasilkan akan dimanfaatkan untuk pembentukan ATP melalui fosforilasi oksidatif. a-mangostin merupakan senyawa xanton utama yang berasal dari manggis, Garcinia mangostana Linn. Ekstrak kulit buah manggis dan a-mangostin diketahui memiliki efek antiplasmodium yang dibuktikan melalui penelitian in vitro.
Metode: Enzim rekombinan PfMQO diekspresikan pada bakteri Eschericia coli BL21star DE3 . Fraksi membran E.coli yang mengikat enzim diisolasi menggunakan sentrifugasi kecepatan 104.000xg. Karakteristik enzim PfMQO ditentukan secara spektrofotometri dengan mengikuti kinetika reaksi enzim terhadap substrat malat dan ubikinon pada 600 nm. Aktivitas penghambatan ?-mangostin terhadap PfMQO diuji dengan mengikuti reduksi ubikinon pada panjang gelombang 278 nm. Uji konfirmasi aktivitas inhibisi ?-mangostin dilakukan terhadap kultur P. falciparum in vitro dan sel limfosit manusia.
Hasil: PfMQO bekerja pada kondisi optimal di suhu 37 C dan pH netral. Enzim PfMQO yang terikat pada fraksi membran bakteri memiliki karakter nilai aktivitas spesifik sebesar 13,3890 ?mol/menit/mg, konstanta Michaelis-Menten Km untuk ubikinon sebesar 6,2090 0,6486 ?M dan Vmax sebesar 16,9600 0,5866 ?mol/menit/mg . Nilai konstanta Michaelis-Menten Km untuk malat sebesar 5,9960 0,3440 mM dan Vmax sebesar 16,4000 0,3838 ?mol/menit/mg . a-mangostin memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim PfMQO dengan nilai IC50 sebesar 1,7390 0,0077 M. Penghambatan a-mangostin terhadap enzim PfMQO di situs pengikatan malat dan ubikinon melalui mekanisme campuran dengan nilai konstanta inhibisi Ki masing-masing sebesar 2,3260 mM dan 1,6720 ?M. a-mangostin memiliki aktivitas penghambatan pertumbuhan terhadap kultur P. falciparum IC50 = 5,7060 1,0976 M . Uji toksisitas a-mangostin terhadap sel limfosit manusia memberikan nilai hambatan CC50 sebesar 11,3800 ?M. Evaluasi toksisitas ?-mangostin melalui nilai perhitungan SI didapatkan SI terhadap PfMQO sebesar 6,5440 dan kultur P. falciparum 1,9944.
Kesimpulan: Enzim MQO dalam tubuh parasit P. falciparum dapat ditetapkan sebagai target pengobatan malaria dan a-mangostin berpotensi untuk dikembangkan sebagai antimalaria namun masih bersifat toksik bagi sel manusia.

Background Plasmodium falciparum is one of parasite causing malaria disease that attacks human. Mitochondria of P. falciparum has a different component with human especially enzyme that involve in electron transport chain. Malate quinone oxidoreductase MQO is functional enzyme which catalyze conversion of malate to oxaloacetate which needed in citric acid cycle. Generated electron will be utilized to form ATP through oxidative phosphorylation. a mangostin is a main xanton of mangosteen, Garcinia mangostana Linn. Mangosteen pericarp extract and a mangostin have been known in having antiplasmodial effect by in vitro study.
Method PfMQO recombinant enzyme was expressed in bacteria Eschericia coli BL21star DE3 . E.coli membrane fraction that expressed enzyme were isolated using centrifugation 104.000 x g. Characterization of PfMQO were determined by spectrophotometry with following kinetic reaction of enzyme to malate and ubiquinone as substrate at 600 nm. Inhibition activity mangostin against PfMQO were assayed by following ubiquinone reduction at 278 nm. Confirmation test of mangostin inhibition activity were conducted againts Plasmodium falciparum culture in vitro and human lymphocyte cell.
Results PfMQO has an optimum condition at 37 C and netural pH. PfMQO enzyme which bind on bacterial membrane fraction has a specific activity 13.3890 mol minutes mg, Michaelis Menten value Km for ubiquinone is 6.2090 0.6486 M and Vmax is 16.9600 0.5866 mol minutes mg . Michaelis Menten value Km for malate is 5.9960 0.3440 mM and Vmax is 16.4000 0.3838 mol minutes mg . mangostin has inhibition activity against PfMQO enzyme with inhibition concentration IC50 value of 1.7390 0.0077 M. Inhibition of mangostin to PfMQO at malate and ubiquinone binding site by mixed type inhibition with inhibition constant Ki values are 2.3260 mM and 1.6720 M, respectively. mangostin has inhibition activity to P. falciparum growth with IC50 value of 5.7060 1.0976 M. Toxicity value CC50 to human lymphocyte cells is 11.3800 M. Evaluation of mangostin toxicity based on SI with SI value to PfMQO of 6,5440 and to P. falciparum culture of 1,9944.
Conclusion PfMQO enzyme in parasite P. falciparum body could be determined as malaria drug target and a mangostin is potential to be developed as antimalarial agent but still toxic for human cell. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnita La Goa
"ABSTRAK
Acanthaster planci (A.planci) merupakan pemangsa karang yang sangat
berbahaya, yang dapat mengganggu ekosistem terumbu karang jika terjadi peledakan populasi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian populasi A.planci. Duri A.planci menghasilkan racun yang menggandung fosfolipase-A2 (PLA2) (Shiomi et al., 1998) yang dapat digunakan sebagai anti bakteri, anti virus, anti koagulan dan membantu metabolisme lipid. Sehingga racun tersebut dapat dimanfaatkan untuk bidang kedokteran dan farmasi. Pemanfaatan racun duri A.planci dapat menjadi solusi bagi pengendalian populasinya. Pada penelitian ini isolasi PLA2 dilakukan sesuai dengan metode Savitri et al., 2011 dan modifikasi metode Savitri et al., 2011 yaitu tanpa teknik pemanasan crude venom. Hasil isolasi PLA2 dari duri A.planci yang berasal dari perairan Papua dengan metode Savitri diperoleh aktifitas spesifik PLA2 menurun karena adanya teknik pemanasan crude venom. Hasil isolasi dengan modifikasi metode Savitri diperoleh pada fraksionasi 20% amonium sulfat memiliki aktifitas spesifik 26,67
unit/mg protein dan tingkat kemurnian 37 kali dari aktifitas spesifik crude venom. Uji kation sebagai kofaktor terhadap aktifitas spesifik diperoleh PLA2 yang dihasilkan adalah PLA2 Ca2+ independent.

ABSTRACT
Acanthaster planci is an extremely dangerous corallivores, especially its
dramatic outbreak that disrupt the ecosystem of coral reefs. Therefore necessary to control A.planci population. A.planci spines venom contain phospholiphase- A2 (Shiomi et al., 1998), that can be used as an antibacterial, antiviral, anticoagulant and help lipid metabolism. So that venom can be used for medical and pharmaceutical fields. Utilization of A. planci spines venom can be a solution
for population control A.planci. In this study, the isolation of PL A2 is in accordance with the method of Savitri et al, 2011 and modification of Savitri method which is without heating of crude venom. Specific activity of PL A2 from
Papua's A.planci spines venom which is isolation process with method of Savitri et al., 2011 is decrease because heating technique. Result of isolation PL A2 with modification of Savitri method obtain in 20% ammonium sulfate fractination with specific activity 26,67 units/mg of protein and purity factor 37 times of crude
venom. Assay of the influence cation as a cofactor againts specific activity of PLA2 obtain Ca2 + independent characteristic."
2011
T29933
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>