Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47528 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pesik Lucky R.D.
"ABSTRAK
Penanggulangan penyakit demam berdarah sampai saat inii masih ditujukan kepada pengendalian vektornya. Aedes aegypti merupakan vektor utama penyakit demam berdarah di Indonesia. Pengendalian Ae. aegypti dengan menggunakan Toxorhynchites amboinensis sebagai jasad pengendali-hayati, belum pernah dilakukan di Indonesia.
Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian efektivitas daya predasi 1, 2, 4, 6, 8, dan 10 larva instar IV Tx. amboinensis sebagai perlakuan terhadap 100 larva instar III-IV Ae. aegypti selama 48 jam pengamatan. Hasil penelitian diperoleh dengan cara mengarnati persentase larva Ae. aegypti yang menjadi korban predasi, persentase larva Tx. amboinensis yang menjadi korban kanibalisme, dan perkembangan larva Ae. aegypti pada kontrol.
Efektifitas setiap perlakuan ditentukan oleh kemampuan kolektif terbesar membunuh mangsa dengan resiko kanibalisme terkecil. Korban predasi rata-rata 29,33; 50,16; 98; 88,66; 90,33; 90,83; 0 larva Ae. aegypti, dan korban kanibalisme rata-rata 0; 0; 0,16; 2,83; 5,50; 6,83 larva Tx. amboinensis pada perlakuan 1, 2, 4, 6, 8, dan 10 larva Tx. amboinensis.
Dari penelitian ini dapat dikemukakan bahwa perbandingan yang paling tepat dan efisien dalam pengendalian pepulasi larva Ae. aegypti dengan menggunakan larva Tx. amboinensis sebagai jasad-pengendali- hayati adalah 1 larva Tx. arnboinensis untuk setiap 25 larva Ae. aegypti."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhita Kurniasari
"Pemberantasan vektor DBD dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain pemberantasan biologik menggunakan bakteri. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas Bti konsentrasi 2 ml/m2 dan 4 ml/m2 dalam menurunkan keberadaan larva Ae. aegypti di TPA luar rumah. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan intervensi Bti formulasi cair konsentrasi 2 ml/m2 dan 4 ml/m2. Lokasi penelitian adalah di RW 03, Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Data sebelum intervensi diambil pada tanggal 13 Januari 2010 dan sesudah intervensi pada tanggal 14 Februari 2010.
Survei entomologi dilakukan dengan single-larval method di TPA luar rumah yang berada di 100 rumah di RT 11-18 (Bti konsentrasi 2 ml/m2) dan 100 rumah di RT 5-10 (Bti konsentrasi 4 ml/m2). Data diolah dengan program SPSS versi 11.5 dengan analisis menggunakan uji Fisher. Setelah pemberian Bti jumlah TPA positif di RT 11-18 (Bti konsentrasi 2 ml/m2) menurun dari 9 menjadi 7 TPA tetapi terdapat kenaikan pada TPA toren, sedangkan di RT 5-10 (Bti konsentrasi 4 ml/m2) 2 TPA positif menjadi negatif.
Disimpulkan bahwa Bti formulasi cair dengan konsentrasi 4 ml/m2 lebih baik dalam menurunkan keberadaan larva Ae.aegypti di TPA luar rumah dibandingkan konsentrasi 2 ml/m2.
Controlling of dengue vectors can be done in various ways such as using biological control by using bacteria. The purpose of this study was to determine the effectiveness of Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) concentration 2 ml/m2 and 4 ml/m2 in reducing the presence of Ae. aegypti in containers outside the house. This study used an experimental design with intervention of the Bti concentrations of 2 ml/m2 and 4 ml/m2. The observation was done in RW 03, Paseban, Central Jakarta. The data before the intervention was taken on January 13, 2010 and after intervention on February 14, 2010.
Entomology survey conducted by single-larval methods in the container outside the house located at 100 houses in RT 11-18 (Bti concentration 2 ml/m2) and 100 houses in RT 5-10 (Bti concentration 4 ml/m2). The data were analyzed with SPSS version 11.5 with the analysis using the Fisher?s test. After treatment with Bti the number of positive water containers in RT 11-18 (Bti concentration 2 ml/m2) decreased from 9 to 7 water containers, but there is an increase in "toren". In RT 5-10 (Bti concentration 4 ml/m2) 2 positive water containers decrease to negative.
In conclusion, Bti concentrations 4 ml/m2 is better to reduce the presence of Ae. aegypti in water containers outside the house than concentration 2 ml/m2.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alfrizan Imaro Finekri Abidin
"Latar Belakang: Demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit infeksi ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Insiden dan angka kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) terus meningkat di Indonesia. Belum penemuan vaksin untuk penyakit ini, menjadikannya satu-satunya cara untuk mencegahnya penyebarannya adalah dengan mengontrol vektor propagasi, yaitu menggunakan insektisida sintetis. Beberapa daerah di Indonesia sudah melaporkan Kasus resistensi terhadap insektisida sintetik, seperti di Jawa Tengah dan Jawa Tengah DI. Yogyakarta, hal ini dikarenakan pemakaian yang berlebihan dan dalam waktu yang lama panjang. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan Insektisida herbal. Selain tidak banyak digunakan, dibuat dari bahan insektisida tanaman juga lebih ramah lingkungan. Salah satu tanaman yang bisa dipilih merupakan tumbuhan manggis (Garcinia mangostana). Kandungan metabolit sekunder Tanaman manggis termasuk alkaloid, flavonoid, terpenoid, tanin dan saponin yang diketahui memiliki efek larvasida yang tinggi terhadap A. aegypti. Tambahan Nanokomposit Ag-TiO2 dapat digunakan untuk mempercepat kematian larva.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk melihat aktivitas insektisida ekstrak kulit manggis dan nanokomposit AgTiO2 terhadap larva dan nyamuk dewasa A. aegypti.
Metode: Penelitian ini menggunakan dua subjek yaitu: 1) larva instar III dan IV dan 2) nyamuk A. aegypti dewasa yang terpapar ekstrak kulit manggis (Konsentrasi 500, 1000, 1500, 2000, dan 2500 ppm), nanokomposit Ag-TiO2 dan campuran ekstrak kult manggis dengan nanocompsite Ag-TiO2 diulang lima kali) Nyamuk dewasa A. Aegypti yang terkena ekstrak kulit manggis (Konsentrasi 2500, 5000, 10000, dan 20000), nanokomposit AgTiO2 (konsentrasi 5, 10, 20, dan 30 ppm), dan campuran Konsentrasi ekstrak kulit manggis dengan konsentrasi 2500, 5000, 10000, dan 20000 ppm nanokomposit (15 ppm) diulang tiga kali.
Hasil: Uji Coba Pearson Ditemukan nilai r = +0.843 dan p = 0.001 pada konsentrasi penelitian campuran Ekstrak kulit manggis mengandung nanokomposit. Ini menandakan hubungan kuat dan positif (+) di antara konsentrasi campuran ekstrak kulit manggis mengandung nanokomposit dengan jumlah kematian nyamuk A. aegypti dewasa.
Kesimpulan: Ekstrak kulit manggis dikoordinasikan dengan nanokomposit yang telah terbukti efektif dalam meningkatkan aktivitas insektisida terhadap larva dan nyamuk dewasa A. aegypti.

Background: Dengue hemorrhagic fever is an infectious disease transmitted through the bite of Aedes aegypti mosquitoes. The incidence and mortality rate of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) continues to increase in Indonesia. There has not been a vaccine for this disease yet, making it the only way to prevent its spread is to control the propagation vector, namely using synthetic insecticides. Several regions in Indonesia have reported cases of resistance to synthetic insecticides, such as in Central Java and Central Java, DI. Yogyakarta, this is due to excessive use and for a long time. One solution that can be done is to use herbal insecticides. Besides not being widely used, it is made from plant insecticides which are also more environmentally friendly. One of the plants to choose from is the mangosteen plant (Garcinia mangostana). Secondary metabolite content Mangosteen plants include alkaloids, flavonoids, terpenoids, tannins and saponins which are known to have a high larvicidal effect against A. aegypti. Additional Ag-TiO2 nanocomposites can be used to accelerate larval mortality.
Objective: This study was conducted to determine the insecticidal activity of mangosteen peel extract and AgTiO2 nanocomposites against A. aegypti larvae and adult mosquitoes.
Method: This study used two subjects, namely: 1) instar larvae III and IV and 2) adult A. aegypti mosquitoes exposed to mangosteen peel extract (concentration 500, 1000, 1500, 2000, and 2500 ppm), Ag-TiO2 nanocomposites and a mixture of mangosteen culture extract and Ag-TiO2 nanocomposites were repeated five times) Adult mosquitoes A. Aegypti were exposed to mangosteen peel extract (Concentrations 2500, 5000, 10000, and 20000), AgTiO2 nanocomposites (concentrations of 5, 10, 20, and 30 ppm), and mixed concentrations of mangosteen peel extract with concentrations of 2500, 5000, 10000, and 20000 ppm nanocomposites (15 ppm) were repeated three times.
Results: Pearson Trial It was found that the value of r = +0.843 and p = 0.001 in the research concentration mixture of mangosteen peel extract contained nanocomposites. This signifies relationship strong and positive (+) among the concentrations of the mangosteen peel extract mixture containing nanocomposites with the number of deaths of adult A. aegypti mosquitoes.
Conclusion: Mangosteen peel extract coordinated with nanocomposites had been shown to be effective in increasing insecticidal activity against larvae and adult mosquitoes. aegypti.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmaniar Desianti Kuraga
"Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menjadi penyakit dengan kejadian luar biasa (KLB) di desa Ciwaru, kecamatan Bayah, Jawa Barat. Upaya preventif terhadap perluasan vektor DBD, nyamuk Aedes sp., telah menjadi fokus utama dalam membrantas penyakit DBD. Agar upaya tersebut berjalan dengan baik, perlunya penyuluhan kepada masyarakat mengenai bagaimana caranya membrantas vektor DBD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keberadaan vektor DBD di tempat penampungan air (TPA) sebelum dan sesudah penyuluhan sehingga dapat diketahui apakah penyuluhan yang diberikan cukup membantu membrantas vektor DBD. Penyuluhan dilakukan dengan metode lisan yang dilakukan oleh mahasiswa. Survey vektor DBD dilakukan dua kali di desa Ciwaru. Faktor lain yang memengaruhi jumlah vektor antara lain adalah jenis container, letak geografis, dan tingkat pendidikan masyarakat. Pengambilan data dilakukan di 100 rumah dan pengambilan larva dengan metode single-larva, yaitu pengambilan satu larva di setiap container yang termasuk TPA dan diidentfikasi berdasarkan kunci identifikasi larva menggunakan mikroskop. Data yang terkumpul lalu dianalisis menggunakan uji McNemar untuk mengetahui hubungan penyuluhan terhadap keberadaan vektor. Dari 100 rumah yang diteliti sebelum penyuluhan, didapatkan angka keberadaan larva dalam container TPA sebesar 16,8 % dan setelah penyuluhan angka keberadaan larva di container TPA sebesar 15,8 %. Dari analisis menggunakan uji McNemar,keberadaan vekor DBD tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sebelum penyuluhan dengan sesudah penyuluhan di desa Ciwaru.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) has become a great problem in Ciwaru village, kecamatan Bayah, Jawa Barat. The main focus of reducing endemic DHF area is reducing the existence of DHF vector, Aedes sp. mosque. In order to reduce the existence of Aedes sp. successful, citizen of Ciwaru village need to know a few methods to prevent Aedes sp. breeding. Therefore, researcher gave health promotion about reducing Aedes sp. proliferation to citizen. The promotion?s method is verbal promotion which was done by university students. The other factor that influence the population of Aedes sp. vector are types of container, geographical location, and education level of citizen. The goal of this research is the population and the spread of Aedes sp.in daily water container decrease significantly after researcher give health promotion to the citizen. Therefore, researcher will know that the health promotion is good enough to decrease the population of Aedes sp. The Aedes sp. survey happened on 12th-14th August 2009 (before health promotion) and 16-18th October 2009 (after health promotion) in Ciwaru village. Researcher choice 100 houses to observe daily water container and identify the larva using single larva method. Single larva method is a method to take care one larva in each container to identify the larva using larva identification key on microscope. The data about larva species' are analyzed using McnNemar test in order to know that the population of larva species' in daily water container decrease or increase significantly or not. From the 100 houses which researcher observed before health promotion, there are 16,8 % larva in daily water container and 15,8 % after health promotion. From the analyze using McNemar test, the population of larva in daily water container after health promotion decreased not significantly from the population of larva after health promotion."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Hendrayanti
"Salah satu metode komunikasi yang diterapkan dalam upaya pencegahan penyakit adalah metode COMBI (Communication for Behavioural Impact) yang telah dikembangkan oleh WHO pada tahun 2004-2005. Metode COMBI diterapkan dalam kegiatan PSN DBD yang dilakukan secara spesifik terhadap kontainer potensial perkembangbiakan nyamuk Aedes dan dengan memperhatikan aspek sosial budaya masyarakat. Metode ini berfokus pada komunikasi untuk terbentuknya perubahan perilaku agar melaksanakan PSN DBD secara rutin dan spesifik.
Perumusan tujuan perilaku spesifik dilaksanakan berdasarkan hasil survey di masyarakat dalam bentuk Survey Perilaku dan Sosial Budaya Masyarakat dalam PSN DBD dan didukung oleh Survey entomologi untuk menentukan kontainer potensial yang nantinya dilakukan kegiatan PSN DBD. Kegiatan PSN dengan metode COMBI telah berhasil dilaksanakan di beberapa provinsi di Indonesia, dan berdasarkan hal tersebut, pada bulan Maret 2008, Provinsi Riau mencoba melaksanakan kegiatan PSN COMBI dengan melaksanakan sebuah pilot project di salah satu kelurahan endemis DBD di Kota Pekanbaru, yaitu di Kelurahan Sidomulyo Timur dengan sasaran primer adalah kelompok rumah tangga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan PSN COMBI didukung berbagai masukan meliputi ketersediaan tenaga, dana, sarana dan telah memiliki metode/prosedur serta penjadwalan kegiatan. Kegiatan PSN COMBI dilaksanakan melalui tiga tahap manajemen PSN COMBI yaitu perencanaan, pelaksanaan dan monitoring serta dilaksanakan evaluasi proses dan evaluasi tahap akhir kegiatan secara keseluruhan. Setiap hari Rabu pukul 8 pagi dilakukan kunjungan rumah oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik) untuk melakukan pemeriksaan jentik dilanjutkan dengan pemberian penyuluhan singkat serta dilakukan kegiatan kerja bakti bersama dipimpin oleh RT/RW setiap minggu pukul 8 pagi. Kegiatan PSN DBD yang spesifik yang dilakukan masyarakat didukung dengan kunjungan rumah secara berkala serta komunikasi dan motivasi melalui penyuluhan oleh Jumantik kepada keluarga terbukti efektif dalam meningkatkan Angka Bebas Jentik di Kelurahan Sidomulyo Timur menjadi 97,36% dalam 10 minggu pelaksanaan (hingga 11 Juni 2008).
Namun pelaksanaan kegiatan PSN COMBI di Kelurahan Sidomulyo Timur masih memiliki beberapa hambatan diantaranya keterbatasan dalam hal sumber daya (tenaga, dana dan sarana) serta belum didukung kebijakan dari pemerintah daerah. Kerja sama lintas sektor masih perlu terus dikembangkan serta perlu disusun suatu sistem dan kebijakan untuk pemeliharaan perilaku PSN rutin yang telah terbentuk."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Agriani Dumbela
"Demam Berdarah Dengue DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh nyamukbetina Ae. Aegypti. Sampai saat ini, belum ditemukan pengobatan yang spesifikuntuk menyembuhkan penderita DBD, meskipun strategi vaksinasi telah dilakukandi berbagai negara tropis. WHO menyatakan bahwa strategi pencegahan palingefektif untuk mengendalikan demam berdarah yaitu dengan mengendalikan vektornyamuk, seperti melakukan intervensi mechanical control, fumigasi dan larvasida.Sebuah model matematika pencegahan Demam Berdarah Dengue DBD denganpopulasi tidak tertutup akan dibahas dalam artikel ini. Intervensi kontrol mekanik,fumigasi dan larvasida diimplementasikan ke dalam model untuk memahami carapaling efektif untuk mencegah Demam Berdarah Dengue DBD. Analisis titikkeseimbangan dan kestabilan lokal serta Basic Reproduction Number R0 ditampilkan secara analitik. Beberapa hasil numerik untuk beberapa skenarioberbeda dilakukan untuk menunjukkan situasi yang mungkin ditemukan dilapangan.

Dengue is a mosquito borne viral disease which spread by female Ae. Aegyptimosquito. Until today, there are no specific treatment to cure people, althoughvaccination strategy are undergo in many tropical countries. WHO stated that themost efective prevention strategy to control dengue spread is by controllingmosquito strategy, such as with mechanical control, fumigation and larvacideintervention. A mathematical model of dengue spread among not closedpopulation will be discussed in this article. Intervention of mechanical control,fumigation and larvacide implemented into the model to understand the mostefective way to prevent dengue spread. Analysis of equilibrium points about theirexistence and local stability criteria along with basic reproductive ratio R0 willbe shown analytically. Some numerical results for some different scenario will beperformed to show a possible situation in the field."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65819
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Kadafi
"Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue. Kota Tanjungpinang merupakan daerah endemis DBD karena sejak tahun 2005 hingga 2015, selalu ada kasus DBD.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara keberadaan jentik dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kejadian DBD di Kota Tanjungpinang Propinsi Kepulauan Riau tahun 2015. Penelitian ini menggunakan studi analitik dengan rancangan studi kasus kontrol. Populasi dalam penelitian ini ini adalah penduduk kota Tanjungpinang. Hasil penelitian ini menemukan, hubungan antara Keberadaan Jentik dengan DBD adalah sebesar OR = 1,9 ; (95 % CI = 0,939 ? 3,955) dan hubungan antara Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan DBD adalah sebesar OR = 0,9 ; (95 % CI = 0,478 ? 1,758) setelah dikontrol variabel kovariat.

Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) is an acute infectious disease caused by the dengue virus. Tanjungpinang a dengue endemic area because since 2005 until 2015 , there is always a case DBD.Tujuan this study was to determine the relationship between the existence of larva and mosquito nest eradication ( PSN ) with incidence of dengue in Tanjungpinang , Riau Islands Province in 2015. This research used studies analytical case control study . The population in this study are the city dwellers Tanjungpinang. Results of this study found that the relationship between the presence of the dengue larva amounted OR = 1.9 ; ( 95 % CI = 0.939 to 3.955 ) and the relationship between mosquito nest eradication ( PSN ) with DBD amounted OR = 0.9 ; ( 95 % CI = 0.478 to 1.758 ) after controlling for covariates variables."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primadatu Deswara
"Kepadatan nyamuk merupakan faktor risiko terjadinya penularan DBD. Semakin tinggi kepadatan nyamuk Aedes aegypti, semakin tinggi pula risiko masyarakat untuk tertular penyakit DBD. Hal ini berarti, apabila di suatu daerah kepadatan Aedes aegypti tinggi kedapatan seorang penderita DBD, maka masyarakat di sekitar penderita tersebut berisiko untuk tertular. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kepadatan nyamuk Aedes aegypti di dalam rumah dengan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada masyarakat di Kota Metro Provinsi Lampung. Studi cross-sectional (potong lintang) dilakukan di Kota Metro. Penelitian berlangsung dari bulan Januari-Mei 2012.
Peneliti memilih secara acak 350 orang dengan menggunakan metode simple random sampling. Angka kesakitan DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis klinis dan laboratoris. Kepadatan nyamuk Aedes aegypti di dalam rumah diukur dengan melakukan penangkapan nyamuk dengan menggunakan alat aspirator. Setelah itu analisis dilakukan dengan menggunakan model regresi logistik untuk mendapatkan nilai OR dari kepadatan nyamuk Aedes aegypti di dalam rumah dengan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada masyarakat. Selain itu, variabel faktor individu, kependudukan, lingkungan sosial dan lingkungan fisik juga dianalisis dengan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD). Angka kesakitan (Insidens Rate/IR) Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Metro Provinsi Lampung sebesar 39 per 100.000 penduduk.
Hasil analisis menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara kepadatan nyamuk Aedes aegypti di dalam rumah dengan angka kesakitan DBD (p=0,326). Faktor lain yang mempengaruhi angka kesakitan DBD pada masyarakat adalah pengetahuan (p=0,047), kebiasaan menggantung pakaian (p=0,049), kebiasaan tidur pagi/sore (p=0,039), partisipasi masyarakat dalam PSN (p=0,022) dan tempat perindukan (p=0,004). Akhirnya, kesimpulan dari penelitian ini adalah kepadatan nyamuk Aedes aegypti di dalam rumah berhubungan tidak signifikan dengan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada masyarakat.

Mosquito density is a risk factor for dengue fever transmission. With the increasing of aedes aegypti mosquito density, causes the risk transmission dengue fever to society is increasing. This means that if in a region where the Aedes aegypti density is high and there is a sufferer DHF, then the people around that sufferer is have a risk for contracting. The main purpose of this research was to knew corelation the density of Aedes aegypti mosquito in the home with the incidence rate of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) on societies in Lampung Province Metro City. Cross-sectional studies (cross-sectional) conducted in Metro City. The research lasted from January to May 2012.
Researcher randomly selecting 350 people by using simple random sampling method. The Incidence rate of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is established based on clinical diagnosis and laboratoris. The density of Aedes aegypti mosquito in the home were measured with arresting mosquitoes by using an aspirator. After the analysis is conducted using logistic regression models to obtain OR values density of Aedes aegypti mosquito in the home with the incidence rate of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) on society. In addition, variable individual factors, demographic, social environment and physical environment were also analyzed with the incidence rate of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). Incidence rate (IR) of Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) in Lampung Province Metro City by 39 per 100,000 population.
The analysis revealed no significant corelation between the density of Aedes aegypti mosquitoes in the home with the DHF incidence rate (p = 0.326). Other factors affecting the DHF incidence rate on society is the knowledge (p = 0.047), hanging the clothes habits (p = 0.049), sleeping habit in the morning/afternoon (p = 0.039), participation in the PSN (p = 0.022) and a brood (p = 0.004). Finally, the conclusions of this research is the density of Aedes aegypti mosquitoes in the home are not significantly related with the DHF incidence rate on society.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Erminda
"Latar Belakang: Pengendalian vektor merupakan upaya utama yang dilakukan guna memutus rantai penularan penyakit DBD. Dalam penelitian ini digunakan 2 macam insektisida golongan piretroid sintetik yaitu Alfametrin dan Sipermetrin, dan tujuannya adalah untuk mengetahui efektivitas ke 2 macam insektisida tersebut terhadap larva Ae. aegypti dengan mencari dosis letal melalui bioassay dan mengetahui daya residu ke 2 macam insektisida ini di lapangan.
Metode: Penelitian eksperimental di laboratorium secara bioassay (berdasarkan Lee HL dan WHO) dan uji di lapangan dalam skala kecil. Uji efektivitas alfametrin dan sipermetrin terhadap larva Aedes aegypti dengan konsentrasi yaitu 0,01; 0,02; 0,03; 0,04 dan 0,05 untuk alfametrin sedangkan untuk sipermetrin dengan konsentrasi 0,01 sampai 0,08. Larva Ae. aegypti yang diuji adalah larva instar III akhir dan instar IV awal dari hasil kolonisasi di laboratorium. Pengamatan dilakukan setelah perlakuan 24 jam dan dicatat jumlah larva yang mati.
Hasil : LC50 dan LC90 dari sipermetrin adalah 0,045mg/l dan LC90 adalah 0.124mg/l sedangkan alfametrin adalah 0,001 mg/l dan 0.058mg/l. Pengamatan daya residu sipermetrin di lapangan diperoleh bahwa insektisida ini mampu membunuh larva lebih dari 80% hanya pada hari pertama. Alfametrin mempunyai kemampuan untuk membunuh larva diatas 80% hingga hari ke -15 dan menurun hingga 60% - 80% pada hari ke 16 ? 17. Hal ini membuktikan bahwa alfametrin memiliki tingkat kemampuan yang lebih tinggi dalam membunuh larva.
Kesimpulan :
1. Alfametrin dan sipermetrin mempunyai kemampuan untuk membunuh larva Ae. aegypti, dan daya bunuh alfametrin lebih tinggi daripada sipermetrin.
2. Letal konsentrasi (LC50) dan LC90 alfametrin adalah 0,001mg/l dan 0,058mg/l. Sedangkan LC50 dan LC90 sipermetrin adalah 0,045mg/l dan 0,124mg/l dapat dikatakan daya bunuh alfametrin 2x lebih kuat dibandingkan dengan sipermetrin.
3. Daya residu alfametrin di lapangan dapat bertahan sampai 3 minggu sedangkan daya residu sipermetrin hanya bertahan kurang dari 1 minggu.Latar Belakang: Pengendalian vektor merupakan upaya utama yang dilakukan guna memutus rantai penularan penyakit DBD. Dalam penelitian ini digunakan 2 macam insektisida golongan piretroid sintetik yaitu Alfametrin dan Sipermetrin, dan tujuannya adalah untuk mengetahui efektivitas ke 2 macam insektisida tersebut terhadap larva Ae. aegypti dengan mencari dosis letal melalui bioassay dan mengetahui daya residu ke 2 macam insektisida ini di lapangan.

Vector control is a major effort that is to break the chain of transmission. This study used two classes of synthetic pyrethroid of insecticides, namely Alphamethrin and Cypermethrin. The purpose of this study were to determine the effectiveness of the two classes of these insecticides against Ae. aegypti through bioassay; to know the lethal dose; and to seek the residual power of these 2 classes of insecticides in the field.
Methods: The study used experimental research both in laboratory bioassays (based on Lee HL and WHO) and in the field on a small scale. Alphamethrin against larvae of Aedes aegypti was effective with a concentration of 0.01 to 0.05, while Cypermethrin was effective with a concentration of 0.01 to 0.08. Larva Ae. aegypti that was tested was in final third instars and in early fourth instars. The research used the results of reproduced larva in the laboratory.
Results: The research found that Cypermethrin with a concentration 0.08 mg/l was effective to kill 77% larva Ae. aegypti and Alphamethrin with a concentration 0.05 mg/l was effective to kill 92% larva Ae. aegypti. Based on regression probit, the research also found that LD50 of Cypermethrin was 0.045 mg/l dan LD90 of Cypermethrin was 0.124 mg/l. In addition, LD50 of Alphamethrin was 0.001 mg/l and LD90 of Alphamethrin was 0.045 mg/l. The research also found that Cypermethrin was able to kill over 80% larva only on the first day, but more larva were still alive on the following days. Alphamethrin was able to kill over 80% larvae until on the fifteenth days and the ability to kill the larva was decreasing 60% to 80 % on the sixteenth and seventeenth days.
Conclusion:
1. Alphamethrin and Cypermethrin has the ability to kill the larvae of Ae. aegypti , and the power to kill Alphamethrin higher than Cypermethrin
2. Lethal Dose (LD50) and LD90 Alphamethrin is 0.001 mg / l and 0.058 mg / l. While the LD50 and LD90 Sipermetrin is 0.045 mg / l and 0.124 mg / l can say killing power Alphamethrin 2x stronger than Cypermethrin.
3. Power Alphamethrin residue in the field can last up to 3 weeks while the residual power Cypermethrin lasted less than 1 week
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rosarie
"Demam berdarah dengue merupakan penyakit epidemik di Indonesia yang dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat. Cara yang paling efektif untuk menanggulanginya adalah pencegahan penyakit dengan membunuh vektor DBD yaitu Aedes aegypti. Salah satu caranya yaitu menggunakan insektisida alami, Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keefektifan Bti cair dengan konsentrasi 4ml/m2 untuk menurunkan kepositifan larva pada tempat penampungan air (TPA) yang tidak terkena cahaya. Penelitian ini dilakukan pada Kelurahan Cempaka Putih Timur sebagai daerah perlakuan dan Barat sebagai daerah kontrol.
Desain yang digunakan adalah kuasi eksperimental. Pengambilan data menggunakan single larva method dilakukan pada 28 Maret 2010 dan sebulan kemudian pada 25 April 2010. Hasilnya menunjukkan tidak terdapat penurunan kepositifan larva Aedes aegypti secara bermakna (p=1,000). Diambil kesimpulan bahwa diperlukan studi lebih lanjut untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap tidak efektifnya Bti dalam menurunkan kepositifan larva pada TPA yang tidak terkena cahaya.

Dengue haemorrhagic fever (DHF) is an epidemic disease in Indonesia which can cause death if it doesn't handled correctly. Many ways can overcome this disease, but the most effective way is preventing it by killing the vector of DHF, Aedes aegypti. One of the way is using natural insecticide, Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). The purpose of this research is to know the effectiveness of liquid Bti (concentration 4ml/m2) to eradicate the larvae in the container (TPA) without light exposure. This research took place in the red zone of DHF, East Cempaka Putih as the intervented area and West Cempaka Putih as the control area.
Quasi experimental design is used in this research. The data is taken using single larva method on March 28, 2010 dan one month later on April 25, 2010. The result shows there is no significant difference in the positiveness of Aedes aegypti larva (p=1,000). A more comprehensive study should be done to know the factors which can influence the ineffectiveness of Bti in decreasing the larva in the container without light exposure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>