Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79266 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eri Nurkomala
"ABSTRAK
Sampai saat terapi radiasi merupakan pengobatan pilihan terhadap kanker nasofaring. Radiasi yang diberikan tersebut dapat menyebabkan penurunan jumlah limfosit. Penurunan jumlah limfosit di atas diduga antara lain karena terjadi aberasi kromosom. Dari penelitian sebelumnya terlihat bahwa radiasi rnengakibatkan aberasi kromosom pada penderita yang menjalani terapi radiasi. Tipe-tipe aberasi kromosom yang terbentuk dapat berupa kromosom disentrik, kromosom asentrik dan kromosom cincin.
Terapi radiasi diberikan dengan dosis 200 cGy per hari, lima kali berturut-turut dalam seminggu selama kira-kira enam minggu. Sampel diperoleh dari darah tepi penderita kanker nasofaring yang belum mendapat radiasi (kontrol= 0 cGy), setelah terapi radiasi 2000 cGy, 4000 cGy, serta 6000 cGy.
Dari uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan "criticai range" Kruskal-Wallis, menunjukan kromosom disentrik dan kromosom asentrik berbeda nyata antara kontrol dengan penderita yang mendapat radiasi (2000 cGy, 4000 cGy, 6000 cGy), sedangkan jumlah kromosom cincin terbanyak pada radiasi 4000 eGy (P < 0,05). Aberasi lain tidak dipengaruhi oleh dosis radiasi. Uji Spearman memperlihatkan kromosom cincin dan kromosom asentrik berkorelasi negatif terhadap jumlah limfosit (P < 0,05), sebaliknya antara kromosom disentrik dengan jumlah limfosit tidak ada korelasi negatif (P 0,05)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyan Hari Kurniawan
"Pendahuluan: Keberhasilan fertilisasi in vitro (FIV) dipengaruhi oleh kualitas embrio. Menghindari transfer embrio dengan abnormalitas jumlah kromosom (aneuploidi) pada proses FIV meningkatkan keberhasilan implantasi. Baku emas dalam pemeriksaan status kromosom embrio adalah Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidy (PGT-A) yang termasuk tindakan yang invasif, dapat menyebabkan kerusakan embrio saat biopsi, dan memerlukan keterampilan khusus operator. Diharapkan adanya metode lain yang dapat menilai status kromosom embrio dengan risiko rendah dan tidak invasif. miRNA diekspresikan oleh embrio manusia dan ekspresinya menunjukkan perbedaan antara embrio euploid dan aneuploid. miRNA yang disekresikan pada medium kultur diharapkan dapat menjadi biomarker untuk menilai status koromosom embrio. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan level ekspresi miRNA-191 dan miRNA-548c-3p pada medium kultur embrio dengan status kromosom embrio. Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan pada 30 embrio dari 12 pasien usia antara 28-40 tahun yang menjalani program FIV di tiga klinik bayi tabung. Embrio diperoleh dari siklus FIV dan dikultur sampai tahap blastokista. PGT-A dilakukan dengan cara biopsi blastokista pada hari ke-5 atau ke-6 dan analisis kromosom dilakukan dengan metode NGS untuk menentukan embrio euploid atau aneuploid. Sampel sisa medium kultur embrio tahap blastokista dilakukan pemeriksaan level ekspresi miRNA-191 dan miRNA 548c-3p dengan metode qPCR. Hubungan antara level ekspresi miRNA-191 dan miRNA 548c-3p pada médium kultur embrio euploid dan aneuploid kemudian dianalisis. Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna dalam karakteristik subjek di antara kelompok embrio euploid dan aneuploid (p>0,05). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam level ekspresi miRNA-191 antara kelompok embrio euplodi dan aneuploidi (kuantifikasi median 7,260 vs 1,039 dengan p=0,497). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam level ekspresi miRNA-548c-3p antara kelompok euploid dan aneuploidi (kuantifikasi median 1,919 vs 4,311 dengan p=0,707) Kesimpulan: Tidak didapatkan hubungan bermakna antara level ekspresi miRNA-191 dan miRNA-548c-3p di medium kultur embrio terhadap status kromosom embrio. Level ekspresi miRNA-191 dan miRNA-548c-3p pada medium kultur embrio belum dapat menjadi kandidat yang baik sebagai biomarker status kromosom embrio.

Introduction: IVF success is related to embryo quality. Avoiding aneuploid embryo transfer embryo with chromosome abnormalitis (aneuploidy) in IVF will increase implantation success. The gold standard for embryo chromosomal status testing is PGT-A, which is an invasive method that can cause embryo damage during biopsy and need operator’s special skill. Therefore, another method to test embryo chromosomal status is needed, with lower risk and not invasive. miRNA is expressed by human embryo and this expression shows the difference between euploid and aneuploid embryo. miRNA secreted into culture media is expected to be a biomarker for embryo chromosomal status testing. Purpose: The purpose of this research is to analyze the relationship between miRNA-191 and miRNA-548c-3p expression level in embryo culture media with embryo chromosomal status. Methods: This cross-sectional study was done to 30 embryos from 12 patients age 28-40 years old who underwent an IVF program in three IVF clinics. Embryos from the IVF cycle were cultured until blastocyst stage. PGT-A was done by doing blastocyst biopsy on day 5 or 6 and chromosomal analysis was done using the NGS method to classify euploidy or aneupoidy embryo. The expression levels of miRNA-191 and miRNA-548c-3p were analyzed from culture media sample of the embryo in blastocyst stage using qPCR method. Then the relationship between miRNA-191 and miRNA-548c-3p expression level with embryo chromosomal status was analyzed. Results: There is no difference in subjects’ characteristics between the euploid and aneuploid embryo groups (p>0.05). There is no significant difference in the expression level of miRNA-191 of the euploid and aneuploid embryo groups. (median quantification 7,260 vs 1,039 with p=0,497). There is no significant difference in the expression level of miRNA-191 of the euploid and aneuploid embryo groups. (median quantification 1,919 vs 4,311 with p=0,707). Conclusion: There are no relationship between miRNA-191 and miRNA-548c-3p expression level with embryo chromosomal status. Level expression of miRNA-191 and miRNA-548c-3p in embryo culture have not be a good biomarker candidate for embryo chromosomal status."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erlinda Marthias
"Terapi radiasi bagi para penderita banker payudara telah diketahui dapat roenurunkan juralah limfosit, dan dlduga keadaan tersebut disebabkan oleh kerusakan kroffiosoiTj selama terapi radiasi. Di Indonesia penelitian yang menghubungkan terjadinya aberasi kromosom pada penderita banker payudara Ciengan jumlah limfosit selama terapi radiasi belum pernah dilakukan. Para penderita banker payudara mendapatkan dosis radiasi 200 cGy per ban (benin — Jumat), atau 1000 cGy per m'inggu selama + 6 minggu. Untuk mengetahui pengaruh dosis radiasi tei'hadap. kerusakan kromosom, maka pada penelitian ini penderita dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu: kelompok sebelum terapi radiasi (1), kelompok setelah terapi radiasi dosis 2000 cGy (11), 4000 cGy (111), dan 6000 cGy (IV). Terhadap semua kelompok percobaan dihitung juralah aberasi kromosom tipe disentrik, asentrik, cincin, dan kromosom dengan aberasi selain tiga tipe yang pertama, dan juralah limfositnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi radiasi 2000 cGy atau lebih dapat menimbulkan berbagai aberasi kromosom, Aberasi kromosom disentrik dan asentrik berbeda nyata secara statistik terhadap kontrol (sebelum terapi radiasi), sedangkan untuk aberasi kromosom cincin dan aberasi lain (aberasi kromatid) tidak berbeda secara etatietik terhadap kontrol. Selanjutnya analieis korelasi Spearman menyimpulkan, jumlah kromopjom apjentrik ada korelasi negatif yang nyata (p < 0,05) terhadap jurnlah limfosit penderita kanker payudara; sedangkan jumlah kromosom disentrik, kromosom cinciri,.dan aberasi lain tidak ada korelasi dengan jumlah limfositnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Tri Rahayu
"ABSTRAK
Terapi radiasi pada penderita kanker serviks dapat menyebabkan penurunan jumlah se1 limfosit. Keadaan ini diduga disebabkan oleh kerusakan kromosom yang terbentuk selama terapi radiasi, karena kerusakan kromosom dapat menyebabkan kematian sel.
Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian pengaruh terapi radiasi terhadap jumlah aberasi kronosom (disentrik, asentrik, cincin dan aberasi- kromosgm yang lain selain tiga tipe pertama) serta dilakukan pengujian jumlah limfosit pada 24 orang penderita kanker serviks. Para penderita mendapatkan dosis radiasi eketerna 2OO cGy per hari (kecuali Sabtu dan Minggu), atau 10OO eGy per minggu, selana 5 minggu. Penderita dikelompokkan menjadj, empat kelompok yaitu: kelompok sebelum mendapat terapi radiasi, kelonpok setelah mendapat terapi radiasi dosis 2000 cGy, 4000 cGy dan sekitar 6O0O cGy (setelah mendapat radiasi eksterna dan satu kali radiasi interna).
Dari perhitungan statistik diperoleh kesimpulan . bahwa terapi radiasi menyebabkan terjadinya aberasi kromosom disentrik dan asentrik- Telah terbentuk keadaan "plateau" pada dosis 4000 cGy untuk kromosom disentrik dan dosis 2000 cGy untuk kromosom agentrik. Selain itu diperoleh kesimpulan bahwa terapi radiasi tidak menyebabkan terjadinya aberasi kromosom cincin dan aberasi lain- Dari analisie korelasi Spearman dapat disimpulkan bahwa ada korelasi negatif yang nyata (p < 0,05) antara jumlah kromosom disentrik dengan jumlah sel limfosit, penderita kanker serviks, sedangkan jumlah kromosom cincin dan aberasi lain tidak ada korelasi dengan junrah sel limfositnya.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeanne Adiwinata
"ABSTRACT
At the department of Biology - University of Indonesia, the use of a modified von Hemel procedure in slide processing often gives incomplete metaphases due to chromosome losses during the processing. This study is to know the percentage of the incomplete metaphases, to test if the chromosome loss is influenced by chromosome size, and how far all of these will give rise to a false diagnosis. The material is a harvest of fixated blood culture from five normal female patients (46,XX). Slides were prepared from the material and "R-band" stained. Then we analyzed and searched for 115 metaphases with only one chromosome loss that could be analyzed. The result shows that 64.19 % out of 1303 metaphases were incomplete, and 9.29 % or 121 metaphases with only one chromosome loss. It is found that each chromosome has different probability of loss which depends on the size of chromosome. The smaller the chromosome, the greater the chance of loss, but all of these do not lead to any false diagnosis. Chromosome Loss During Slide Processing Using a Modified Von Hemel Procedure;Chromosome Loss During Slide Processing Using a Modified Von Hemel Procedure"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1987
T19
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marvella Nethania
"Penelitian transformasi fragmen DNA Xanthomonas campestris ke dalam Escherichia coli DH5αα, digunakan vektor plasmid Escherichia coli (pUC19). DNA kromosom diisolasi dengan metoda CTAB. DNA plasmid diisolasi dengan metoda alkali lisis. Kedua sumber DNA dipotong menggunakan enzim restriksi EcoRI. Sel kompeten disiapkan dengan CaCl2, transformasi menggunakan metoda kejutan panas.
Hasil transformasi didapatkan sebanyak 5 koloni putih (yang mengandung fragmen DNA), dengan frekuensi transformasi sebesar 1,22 x 10-8 koloni putih/sel kompeten. Elektoforesis agarosa menunjukkan variasi ukuran DNA fragmen sebesar 0,5 ? 7,5 kb. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan pembuatan pustaka genom untuk mendapatkan hasil transformasi yang lebih banyak.

Research on DNA transformation of Xanthomonas campestris into Escherichia coli DH5αα using plasmid vector Escherichia coli (pUC19). was carried out. DNA chromosome was isolated using CTAB method, alkali lysis method was used to isolate DNA plasmid. Both of DNA plasmid and chromosome were digested using restriction enzyme EcoRI. Competent cell was prepared with CaCl2 and heat shock method for transformation procedure.
The result revealed transformation obtain 5 white colonies, with transformation frequency was 1,22 x 10-8 colony/competent cell. Electrophoresis analysis showed the DNA fragment (insert) in range 0.5 ? 7,5 kb. Further research should be carried out to prepare the genomic library to obtain better result of transformant."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Ambar Prabowo
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
D1752
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Saprita Aliance N.
"Pendahuluan : Di Indonesia, menurut Biro Pusat Statistik, persentase penggunaan benzena terhadap seluruh bahan kimia yang digunakan oleh sektor Industri diperkirakan sebesar 20-40%. Pada industri minyak dan gas, para pekerja terpajan benzena dalam waktu yang lama, sehingga ada kemungkinan menderita efek toksik benzena berupa gangguan metabolisme lemak, dalam hal ini trigliserida pada pekerja terpajan benzena rendah dengan dan tanpa patahan kromosom limfosit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rerata kadar trigliserida pada pekerja terpajan benzena rendah dengan dan tanpa patahan kromosom limfosit dalam kurun waktu 1 tahun (2011-2012, serta pengaruhnya terhadap faktor sosiodemografi dan pekerjaan.
Metode : Penelitian ini menggunakan disain kohort retrospektif. Tempat penelitian dilakukan di sebuah industri migas X. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi den eksklusi adalah 99 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder, yaitu data kepegawaian dari bagian SDM dan data pemeriksaan kesehatan berkala pekerja tahun 2011 dan 2012. Analisis bivariat dengan uji kemaknaan chi square.
Hasil : Rata-rata perubahan kadar trigliserida dengan patahan kromosom limfosit tahun 2011-2012 yaitu 2,52 sedangkan rata-rata perubahan kadar trigliserida tanpa patahan kromosom limfosit tahun 2011-2012 yaitu 7,08.
Kesimpulan dan Saran : Hipotesis diterima karena : rerata perubahan perbedaan kadar trigliserida dengan patahan kromosom limfosit lebih rendah dibandingkan rerata perubahan perbedaan kadar trigliserida tanpa patahan kromosom limfosit pada tahun 2011 dan 2012. Pada pekerja dengan patahan kromosom limfosit dengan kadar rata-rata trigliserida tinggi atau normal perusahaan melakukan pemeriksaan kadar trigliserida minimal 6 bulan sekali.

Introduction: In Indonesia, pursuant to Central Statistics Bureau, percentage of benzene utilization upon all chemical material used by Industrial sector was estimated at 20-40%. In oil and gas industry, workers exposed to benzene for a long time, thereby there is a possibility to suffer benzene toxic effect in form of fat metabolism disorder, in this regard triglycerides in workers exposed to low benzene with and without lymphocyte chromosome breakage. The purpose of this research is to understand the different of average levels of triglycerides in workers exposed to low benzene with and without lymphocyte chromosome breakage in period of 1 year (2011-2012), and its affect to socio demographic and work.
Method: This research is using retrospective cohort design. Place of research is in oil and gas industry of X. The amount of sample that comply with inclusion and exclusion criteria is 99 peoples. Data collection was conducted by using secondary data, that is employment data form the Human Resources division and workers? periodic health examination in year of 2011 and 2012. Bivariate analysis with chi square significant test.
Results: Average level change of triglyceride with lymphocyte chromosome breakage in year of 2011-2012 is 2.52 while average level change of triglyceride without lymphocyte chromosome breakage in year of 2011-2012 is 7.08.
Conclusion and Recommendation: Hypothesis is accepted due to: different average change of triglyceride levels with lymphocyte chromosome breakage is lower than the average change of triglyceride levels without lymphocyte chromosome breakage in year of 2011 and 2012. For workers with lymphocyte chromosome breakage with high average levels of triglyceride or normal, a company performs examination of triglyceride levels at least every 6 months.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Citrawati
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Kasus infertilitas dijumpai pada l0%-l5% pasangan suami istri dan 50% kasus disebabkan oleh faktor pria. Salah satu penyebab infertilitas pria adalah faktor genetis yang menimbulkan gangguan kualitatif maupun kuantitatif produksi sperma. Kemajuan biologi molekuler mengungkap adanya gen Azaospermic Factor (AZF) pada lengan panjang kromosom Y dengan tiga subregio yaitu AZFa, AZFb, dan AZFc yang diduga berperan pada proses spermatogenesis. Masingmasing subregio memiliki gen kandidat diantaranya adalah RBMY 1 dan DAZ. Frekuensi mikrodelesi lengan panjang kromosom Y berkisar 1%-55%, paling sering ditemukan pada pria azoospermia. Penelitian mengenai mikrodelesi kromosom Y ini semakin pesat bersamaan dengan kemajuan teknologi reproduksi berbantuan yang memungkinkan beberapa pria infertil memiliki keturunan dengan metode Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI). Teknik ICSI memungkinkan adanya transmisi kelainan genetis pada keturunan laki-laki. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan mikrodelesi kromosom Y untuk menghindarkan terjadinya transmisi tersebut. Pemeriksaan mikrodelesi kromosom Y dilakukan dengan metode PCR menggunakan enam Sequence Tagged Sites (STS) pada 35 pria azoospermia, dan kelompok kontrol yang terdiri dari 10 pria normozoospermia sebagai kontrol positif dan delapan wanita fertil sebagai kontrol negatif. Hasil PCR dielektroforesis pada gel agarosa 2% untuk melihat ada tidaknya pita spesifik untuk mendeteksi mikrodelesi pada sekuen tertentu.
Hasil dan Kesimpulan : Pada penelitian ini ditemukan dua dari 35 pria azoosperrnia yang mengalami mikrodelesi pada kromosom Y. Hasil pengujian dengan menggunakan enam STS menunjukkan delesi pada STS sY84 (subregio AZFa), RBMY1 (subregio AZFb), dan sY254 serta sY255 (subregio AZFc). Frekuensi delesi pada penelitian ini adalah 5,7% dan masih dalam kisaran 1%-55% dengan lokasi delesi pada 3 subregio (2,8% pada AZFa+AZFb, dan 2,8% pada AZFc).

Background : Infertility affects 10% - 15% couples attempting pregnancy and 50% of these cases are caused by male factor. Male infertility factors involve qualitative and quantitative defect of sperm production., which some of them can be ascribed a genetic aetiology. Recent molecular biology studies found Azoospermic Factor (AZF) genes on long arm of Y chromosome which divided into three subregions : AZFa, AZFb, and AZFc which seem required for physiologic spermatogenesis. Each subregion has candidate genes, among them are: RBMYI and DAZ. Incidence of , Y chromosome microdeletion varies from 1% to 55% and most of them related to azoospermia. Studies of Y chromosome microdeletion develop as the assisted reproduction technology does, which possible several infertile male to have offspring by Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) method. This technique could transmit the genetic defect to male offsprings. Screening for Y chromosome microdeletion is important to avoid this kind of transmission. The study uses PCR method with six Sequence Tagged Sites (STS) on DNA of 35 azoospermic men, and as control groups: 10 normozoospermic men, and eight fertile women and then continue by 2% agarose electrophoresis to find out the presence of microdeletion at certain sequence.
Results and conclusions : This study found two of 35 azoospermic men with Y chromosome microdeletion. By using six STS, deletions were found in STS sY84 (AZFa subregion), RBMY1 (AZFb subregion), and sY254-sY255 (AZFc subregion). Microdeletion incidence (5,7%) is stilt in avarage range of 1'Y13-55% and located in three different subregions (2,8% in AZFa+AZFb subregions, and 2,8% in AZFc subregion).
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16198
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Anita Suryandari
"Penelitian ini bertujuan mengetahui frekuensi mikrodelesi kromosom Y pada pria azoospermia di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode PCR dengan lima STS untuk melihat delesi yang timbul pada tiga subregio (AZFa, AZFb, dan AZFc) dan satu STS untuk mengamplifikasi gen SRY yang merupakan kontrol internal. Dari 35 sampel pria dengan azoospermia terdeteksi dua orang (5,7%) yang mengalami mikrodelesi pada kromosom Y (Yq). Mikrodelesi yang terdeteksi dengan enam STS adalah satu orang mengalami delesi pada sY84 (subregio AZFa) dan RBMY1 (subregio AZFb), dan satu orang mengalami delesi pada sY254 dan sY255 (subregio AZFc). Pemeriksaan delesi kromosom Y sangat dianjurkan pada pria azoospermia yang ingin mengikuti program ICSI untuk menghindarkan kelainan genetik pada keturunannya.

Analysis of Y Chromosome Microdeletion in Indonesian Males. The aim of this study is to find out Y chromosome microdeletion in Indonesian azoospermic men. This study used the PCR method with five STS to locate deletion on three different subregions (AZFa, AZFb, and AZFc) of azoospermic men and one STS to amplify SRY gen which act as an internal control. In this study we detected two of 35 (5,7%) azoospermic men had microdeletion Yq. One had microdeletion on subregion AZFa (sY84) and AZFb (RBMY1) and the other one on subregion AZFc (sY254 and sY255). Therefore microdeletion of the Y chromosome in Indonesian azoospermic men excist. Examination of microdeletion of Y chromosomes in azoospermic men is important if they are going to participate in the Intra Cytoplasmic Infection Program to avoid genetic disorders of their descendants."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>