Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84032 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Liyudzo Ningsih
"Telah dilakukan penelitian tentang uji antihelmintik ekstrak daun Melastoma affine D. Don (senggani) pada cacing Ascaris suum Goeze secara in vitro di Laboratorium Biologi Reproduksi dan Perkembangan Departemen Biologi FMIPA-UI, Depok pada bulan November--Febuari 2006. Penelitian bersifat eksperimental dengan 7 perlakuan: KK- yaitu kelompok kontrol negatif, tanpa perlakuan; KK+ yaitu kelompok kontrol positif dengan pirantel pamoat konsentrasi 0,07% b/v; dan kelompok eksperimen (KE) dengan ekstrak daun M. affine konsentrasi 0,1% b/v (KE1); 0,2% b/v (KE2); 0,4% b/v (KE3); 0,8% b/v (KE4); 1,6% b/v (KE5). Setiap perlakuan terdiri dari 8 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 3 ekor A. suum betina dan 1 ekor A. suum jantan yang dimasukkan ke dalam medium racikan cairan usus buatan. Uji Mann Whitney-U terhadap data rerata persentase kematian A. suum setelah 24 jam menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara KK+ dengan KK- dan KE; KK- dengan KE; dan KE5 dengan KE lainnya (α=0,05; P<0,05). Ekstrak etanol 70% daun M. affine terbukti memiliki daya antihelmintik dan kematian tertinggi terjadi pada KE5 (1,6% b/v) sebesar 59,38 ±12,94%. Lethal concentration 50% (LC50) setelah 24 jam adalah 0,99% b/v (1% b/v)."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S31398
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shelvy Dwi Citra
"Penelitian mengenai uji daya antihelmintik ekstrak herba Mimosa pudica Linn. (putri malu) pada cacing Ascaris suum Goeze secara in vitro di Laboratorium Biologi Reproduksi dan Perkembangan Departemen Biologi FMIPA-UI, Depok telah dilakukan pada bulan Agustus 2005--Maret 2006. Penelitian bersifat eksperimental dengan 6 perlakuan yaitu KK- yaitu kelompok kontrol negatif, tanpa perlakuan; KK+ yaitu kelompok kontrol positif dengan pirantel pamoat konsentrasi 0,07% b/v; dan kelompok eksperimen (KE) dengan ekstrak herba M. pudica konsentrasi 0,2% b/v (KE1); 0,4% b/v (KE2); 0,6% b/v (KE3); dan 0,8% b/v (KE4). Setiap perlakuan terdiri dari 8 ulangan. Setiap ulangan berisi 4 ekor cacing Ascaris suum, terdiri dari 3 ekor betina dan 1 ekor jantan yang dimasukkan ke dalam medium racikan cairan usus buatan. Data rerata persentase kematian A. suum selama 24 jam menggambarkan KK+ menghasilkan rerata persentase kematian cacing tertinggi (100%), sedangkan KK- menghasilkan nilai rerata terendah (0%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa KE4 (konsentrasi 0,8% b/v) adalah kelompok eksperimen dengan rerata persentase kematian cacing tertinggi (81,25 ± 17,68%) dan berbeda nyata di antara KE (a = 0,05; P < 0,05). Hal tersebut membuktikan bahwa ekstrak herba M. pudica memiliki daya antihelmintik. Lethal concentration 50% (LC50) adalah 0,64% b/v."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S31364
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Thia Amalia
"Daun senggani (Melastoma malabathricum L.) digunakan sebagai penyembuh luka secara empiris. Senyawa yang bertanggungjawab atas aktivitas farmakologi daun senggani adalah senyawa fenolik, flavonoid, dan glikosida. Senyawa fenolik dan flavonoid diketahui memiliki aktivitas anti-aging. Selain itu, senyawa flavonoid dan fenolik tidak stabil dan sulit terpenetrasi di kulit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas anti-aging ekstrak daun senggani dan mendapatkan serum fitosom ekstrak daun senggani yang stabil dan memiliki penetrasi yang baik. Uji aktivitas anti-aging dilakukan secara in vitro terhadap dua enzim, yaitu elastase dan kolagenase. Tiga formula fitosom dibuat dengan metode hidrasi lapis tipis berdasarkan perbandingan massa ekstrak dan fosfolipid. Fitosom dikarakterisasi berdasarkan morfologi, ukuran partikel dan zeta potensial, profil spektrum FTIR, dan efisiensi penjerapan.
Formula fitosom terpilih diformulasikan ke dalam sediaan serum, kemudian diuji stabilitas dan penetrasi secara in vitro dengan sel difusi Franz. Ekstrak daun senggani memiliki aktivitas anti-elastase (IC50 95,553 µg/mL) dan anti-kolagenase (62,933 µg/mL). Fitosom ekstrak daun senggani (F2, 1:1 b/b) memiliki bentuk sferis, Dv90 638,00±62,39 nm, PDI 0,503±0,05, zeta potensial (ZP) -38,3±1,6 mV, efisiensi penjerapan 92,22±0,31%. Spektrum IR membuktikan terjadinya kompleks antara ekstrak dan fosfolipid dalam fitosom. Serum fitosom tidak mengalami perubahan ukuran partikel, namun mengalami penurunan kadar kuersetin setelah 12 minggu penyimpanan pada suhu 25oC. Fluks serum fitosom adalah 0,56±0,01 µg/cm2/jam, sedangkan fluks serum ekstrak adalah 1,28±0,02 µg/cm2/jam. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun senggani berpotensi sebagai bahan kosmetik anti-aging, fitosom ekstrak daun senggani stabil pada suhu rendah, dan serum ekstrak terpenetrasi lebih baik dibandingkan dengan serum fitosom. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk lebih meningkatkan stabilitas dan penetrasi ekstrak daun senggani. 

Senggani leaves (Melastoma malabathricum L.) was used traditionally to treat wound because of flavonoids and phenolic compound. Flavonoid and phenolic compounds were known to have anti-aging activity. However, flavonoids and phenolic compounds were poor in stability and skin permeation. The aim of this study was to evaluate the anti-aging activity of the extracts, then formulate and evaluate serum dosage form containing senggani leaves extract-loaded phytosomes. Anti-aging activity was evaluated by in vitro elastase inhibitor and collagenase inhibitor. The extract was formulated into three formulations of phytosomes with thin layer method. The phytosomes were characterized in terms of particle morphology, particle size, zeta potential, profile spectra of FTIR, and entrapment efficiency. The selected phytosome formula was formulated into serum dosage form and evaluated its stability and in vitro penetration study using Franz diffusion cell. The senggani leaves extract has anti-elastase and anti collagenase with IC50 of  95.553 µg/mL and 62.933 µg/mL, respectively.
The selected phytosome formula (F2, 1:1 w/w) has a spherical shape, Dv90 of 638.00±62.39 nm, PDI 0.503±0.05, zeta potential of -38.3±1.6 mV, and entrapment efficiency of 92.22±0.31%. Molecular interaction between extract and phospholipid was confirmed from FTIR spectrum. Serum phytosome was physically stable, but chemically unstable after 12 weeks storage in 25oC. According to the in vitro penetration study, the diffusion flux of quercetin as marker from phytosome and extract serum was 0.7945 µg/cm2/h and 1.835 µg/cm2/h, respectively. In conclusion, the extract could be a potential anti-aging, the phytosomes were stable in low temperature, and the skin penetration of the extract serum was much better than the phytosomes serum. Further study was required to improve stability and penetration of the extract. 
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T51863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lendy Caesari Leorenza
"Daun senggani (Melastoma malabathricum L.) mengandung senyawa fenolik dan flavonoid yang diketahui dapat menghambat aktivitas elastase. Daun senggani merupakan bahan alam yang banyak mengandung polifenol dan memiliki banyak manfaat secara etnofarmakologi seperti penyembuhan luka potong dan luka tusuk, diare, disentri, sakit gigi dan secara ilmiah memiliki manfaat sebagai antimikroba, antiinflamasi, antioksidan dan lain sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dari ekstrak daun senggani dalam menghambat aktivitas elastase yang diekstraksi secara bertingkat dengan bantuan alat Ultrasonic-Assisted Extraction (UAE) menggunakan tiga macam pelarut yakni n-heksana, etil asetat dan etanol 70%. Ekstrak yg didapatkan diuji penghambatannya terhadap aktivitas elastase dengan menggunakan microplate reader, kemudian dilakukan penetapan kadar flavonoid dan fenol total pada ekstrak teraktif. Hasil uji penghambatan aktivitas elastase menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun senggani merupakan ekstrak teraktif dengan nilai IC50 95,88 µg/mL. Kadar flavonoid dan fenol total pada ekstrak etanol 70% daun senggani berturut-turut adalah 7,33 mg QE/g ekstrak dan dan 80,67 mg GAE / g ekstrak.

Sengganis leaves (Melastoma malabathricum L.) contains flavonoid and phenolic compounds that are known could inhibit elastase activity. Senggani leaves are natural ingredients that contain polyphenols and has many ethnopharmacologically benefits to treat such as cuts and wounds, diarrhoea, dysentery, tootache and scientific findings such as antimicrobials, anti-inflammatory, antioxidants and so forth. This study aims to test the inhibition of elastase activity using Ultrasonic-Assisted Extraction (UAE) with three different types of solvents; n-hexane, ethyl acetate and ethanol 70% extract of senggani leaves. Each extract was tested for its inhibition of elastase activity using microplate reader, then total flavonoid and phenolic content was determined at the most active extract. The result of inhibition test of elastase activity showed that ethanol 70% extract of senggani`s leaves was the most active extract with IC50 value 95.88 ¼g/mL. Total flavonoid and phenolic content in ethanol 70% extract were 7.33 mg QE/g extract and 80,67 mg GAE/g extract respectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Saraswati
"ABSTRAK
Askariasis atau infeksi cacing gelang pada babi di sebabkan oleh cacing Nematoda Ascaris suum. Penularan askariasis terjadi apabila babi memakan telur infektif cacing tersebut. Perkembangan telur A. suum hingga mencapai stadium infektif teriadi di lingkungan tanah, dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti : suhu,kandungan oksigen dan kelembaban tanah.
Untuk mengetahui pengaruh salah satu faktor lingkungan berupa suhu terhadap berkembangan telur A. suum dari stadium satu sel hingga stadium embrio ( infektif ) telah di lakukan penelitian pengeraman telur A. suum pada suhu 30oc, 35oc, 4ooc, dan 27oc (kontrol ). Pengamatan dimulai 24 jam setelah perlakuan, kemudian berturut-turut dua hari sekali hingga hari ke 15.
Dari hasiI penelitian ini didapat bahwa pada suhu 30oc, 35oc dan 27oc, perkembangan telur A. suum dapat mencapai stadium embrio ( infektif ) , sedangkan pada suhu
4OoC hanya dapat mencapai stadium morula lanjut saja.
Telur A. suum pada suhu 27oc (kontrol ) mengalami perkembangan 1,2 kali lebih cepat daripada suhu 30oC, dan 1,4 kali lebih cepat daripada suhu 35oC.
ABSTRACT
"
1991
S-pdf ( sedang dalam digitalisasi)
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Elin Novia
"Kondisi disfungsi endotel disebabkan oleh menurunnya ketersediaan L-Arginin akibat meningkatnya aktivitas arginase dan stres oksidatif. Berdasarkan penggunaan tradisionalnya untuk memperlancar aliran darah, serta kandungan senyawa yang potensial sebagai penghambat arginase dan antioksidan, maka dilakukan pengujian aktivitas penghambatan arginase dan aktivitas antioksidan senggani Melastoma malabathricum L. Simplisia batang, buah, bunga, daun diekstraksi secara maserasi dengan pelarut etanol 70. Ekstrak teraktif penghambat arginase ditentukan nilai IC50, distandardisasi dan difraksinasi dengan n-heksan, etil asetat dan metanol.
Ekstrak etanol 70 daun memiliki aktivitas penghambatan arginase tertinggi dibandingkan bagian tanaman senggani lainnya dengan nilai IC50 62,89 g/mL, serta mengandung senyawa identitas kuersetin 0,27. Fraksi etil asetat menghambat arginase dengan nilai IC50 21,24 g/mL, dan memiliki nilai IC50 4,95 ?g/mL untuk aktivitas antioksidan dengan metode FRAP dan 12,44 ?g/mL dengan metode DPPH. Kadar flavonoid total, fenol total dan kuersetin dalam fraksi etil asetat berturut-turut adalah 16,7; 37,91; dan 3,7 . Fraksi teraktif dalam menghambat arginase dan sebagai antioksidan dari ekstrak etanol 70 daun senggani adalah fraksi etil asetat.

Endothelial dysfunction is primarily due to reduction in Nitric Oxide NO bioavailabilty caused by upregulation of arginase and oxidative stress. Based on traditional used for blood flowing, and potential compounds as arginase inhibitor and antioxidant, research on arginase inhibitory and antioxidant activity of Senggani Melastoma malabathricum L . has conducted. Stem, fruit, flower and leaf were extracted with 70 ethanol by maceration. The most active extract was determined for IC50 value, standardized, and fractionated with n hexane, ethyl acetate and methanol.
The most active extract on arginase inhibition compared to other parts of the plant was leaf extract with IC50 62,89 g mL, and 0,27 quercetin as marker compound. Ethyl acetate fraction inhibited arginase with IC50 value 21,24 g mL IC50 value 4,9 g mL for antioxidant activity by FRAP method and 12,44 g mL for antioxidant activity by DPPH method. Total flavonoid content, total phenolic content and quercetin content in ethyl acetate fraction was 16.7, 37.91, and 3.7 . The most active fraction on arginase inhibition and antioxidant activity from 70 ethanolic leaf extract of senggani was ethyl acetate fraction.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
T49334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Michael Vin
"Radikal bebas dapat menyebabkan stres oksidatif, yang berdampak negatif pada kesehatan. Antioksidan, terutama dari tanaman obat, memiliki kemampuan untuk menetralisir radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi antioksidan serta aktivitas protektif daun ciplukan (Physalis angulata) terhadap radikal bebas pada embrio zebrafish dan brine shrimp. Fragmen-fragmen pengenal serbuk simplisia daun dan daun ciplukan diidentifikasi secara mikroskopik. Metode ultrasound-assisted extraction (UAE) digunakan untuk mengekstraksi daun ciplukan menggunakan pelarut etanol 96%. Profil fitokimia ekstrak dianalisis melalui skrining fitokimia dan LC-MS. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa daun ciplukan mengandung senyawa golongan alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, terpenoid, dan glikosida. Selain itu, data LC-MS menunjukkan bahwa daun ciplukan mengandung physalin A, robinetin 3-rutinosid, dan pheophorbid A, yang telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan. Ekstrak tersebut kemudian digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan secara in vitro dengan metode DPPH, ABTS, dan FRAP. Ketiga uji masing-masing menghasilkan aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 126,423 ± 2,09 ppm, 46,292 ± 0,49 ppm, dan 15,977 ± 0,31 FeSO4 E g/100 g ekstrak. Selanjutnya, efek protektif dari ekstrak juga dievaluasi dengan pengujian toksisitas dan efek protektif secara in vivo pada embrio zebrafish dan brine shrimp. Hasil menunjukkan bahwa toksisitas pada embrio zebrafish praktis tidak toksik (LC50 158,947 ppm) dan pada brine shrimp cukup toksik (LC50 264,289 ppm). Efek protektif dari radikal bebas H2O2 pada keduanya berada di konsentrasi 12,5–50 ppm, dengan persentase bertahan hidup yang lebih tinggi daripada kontrol positif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol 96% daun ciplukan memiliki aktivitas antioksidan dan efek protektif terhadap radikal bebas H2O2.

Free radicals could induce oxidative stress, negatively affecting health. Antioxidants, including from medicinal plants, can counteract these effects. This study investigates the antioxidant potential and protective properties of gooseberry (Physalis angulata) leaf extract on zebrafish embryo and brine shrimp. Identification of fragments from leaf simplicial powder and leaves are done microscopically. Ultrasound-assisted extraction (UAE) was used to extract gooseberry leaves using 96% ethanol solvent. The phytochemical profile of the extract was analyzed through phytochemical screening and LC-MS. Phytochemical screening results showed that gooseberry leaves contain alkaloids, saponins, flavonoids, tannins, terpenoids, and glycosides. LC-MS analysis identified key antioxidants such as physalin A, robinetin 3-rutinoside, and pheophorbide A. In vitro antioxidant assessments using DPPH, ABTS, and FRAP assays showed antioxidant activity with IC50 values of 126.423 ± 2.09 ppm, 46.292 ± 0.49 ppm, and 15.977 ± 0.31 FeSO4 E g/100 g extract, respectively. In vivo studies evaluated toxicity and protective effects against H2O2-induced oxidative stress, revealing nontoxic activity in zebrafish embryos and moderate toxicity in brine shrimp. The results indicated that toxicity in zebrafish embryos was practically non-toxic (LC50 value of 158,947 ppm), while in brine shrimp was moderately toxic (LC50 value of 264,289 ppm). The protective effect against H2O2-induced free radicals in both models was observed at concentrations of 12.5–50 ppm. These findings demonstrate that the extract has protective effects as evidenced by higher survival rates compared to the positive control group. In conclusion, the 96% ethanolic extract of gooseberry leaves shows promising antioxidant and protective properties against oxidative stress."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Dea Firdaus
"

Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan penyakit degeneratif yang prevalensinya cukup tinggi. Untuk mengobatinya, tanaman herbal seringkali digunakan, salah satunya tanaman kenikir (Cosmos caudatus) yang diketahui memiliki aktivitas antidiabetes dan antioksidan yang tinggi. Namun, perbandingan jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi daun tanaman ini belum dipelajari secara utuh. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut terhadap aktivitas antidiabetes dan antioksidan ekstrak daun kenikir. Proses ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi dengan 3 pelarut yang berbeda, yaitu air, etanol 50%, dan etanol teknis selama 3 malam, kemudian dilakukan beberapa pengujian kuantitatif: perhitungan total fenolik dan flavonoid; aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH; dan aktivitas antidiabetes dengan metode inhibisi enzim α-glukosidase. Selanjutnya dilakukan pengujian LCMS/MS untuk memprediksi senyawa spesifik yang terkandung dalam ekstrak. Hasil pengujian menunjukkan kadar total fenolik dan flavonoid serta aktivitas antioksidan dan antidiabetes paling tinggi dimiliki oleh ekstrak etanol 50%. Analisis LCMS/MS menunjukkan prediksi senyawa fitokimia yang terkandung dalam masing-masing ekstrak dengan kuersetin adalah senyawa yang paling dominan yang terdeteksi pada ekstrak etanol 50%. Daun kenikir yang diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 50% memiliki banyak keunggulan berupa kandungan zat aktif yang lebih banyak, serta aktivitas antioksidan dan antidiabetes yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan ekstrak air dan etanol.


Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is one of the most common degenerative disorders. For therapeutic use, herbs are commonly used in Indonesia for T2DM treatment, one of them is (Cosmos caudatus) kenikir’s leaves. In previous studies, kenikir's leaves have high antidiabetic and antioxidant activity. However, a comparison of antidiabetic activity from many extracts of kenikir's leave is remain unclear. This study will compare the antidiabetic and antioxidant properties of various kenikir’s leave extract. Kenikir’s leaves are extracted by maceration methods for three days using three different solvents: boiling water, ethanol 50%, dan ethanol 100%. Then, phenolic and flavonoid content will be measured, as well as antioxidant properties by DPPH radical scavenging activity assay, and antidiabetic properties by α-glucosidase inhibition assay, also LCMS/MS will be used to predict the compound from each extract. The result shows that ethanol 50% extract has highest phenolic and flavonoid content than others. It also has significantly higher antioxidant (p<0.05) and antidiabetic (p<0.05) properties than others. Meanwhile, LCMS/MS result of ethanol 50% extract predicts 6 chemical component, which quercetin is the most dominant compound. Ethanol 50% extract of kenikir’s leaves is superior from other extracts on phenolic and flavonoid content, antioxidant properties, and antidiabetic properties.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>