Ditemukan 58894 dokumen yang sesuai dengan query
Putri Septorini
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2005
S32523
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Yang Disa Karina
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
FAR.028/09 Kar f
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Yang Disa Karina
"Magnesium Askorbil Fosfat ( MAF ) sebagai antioksidan dan pelembab yang bersifat hidrofilik bila diformulasikan ke dalam lipstik dienkapsulasi terlebih dahulu menjadi liposom agar dapat mencapai lapisan dermis. Metode Reverse Phase Evaporation digunakan untuk membuat liposom MAF. Liposom dibuat tiga formula menggunakan lesitin dan kolesterol dengan perbandingan 10 : 1 (formula I), 10 : 2 (formula II), dan 10 : 3 (formula III) menghasilkan efisiensi penjerapan MAF sebesar 62,00 %, 67,26 %, dan 73,44 %. Formula III yang menghasilkan jerapan terbesar dengan ukuran partikel rata-rata sebesar 0,496 μm diformulasikan ke dalam lipstik dan dibuat menjadi lima formula yang pengembangannya berdasarkan hasil evaluasi. Lipstik terbaik didapatkan dari formula V yang memenuhi kriteria penampilan fisik, tekstur polesan, homogenitas warna, kekerasan 152 1/10 mm, dan titik lebur 37,5°C."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2009
S32744
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Mega Deborah Valentia
"Penggunaan vitamin C pada kulit dapat memberikan efek antioksidan dengan cara memutuskan radikal bebas, yang merupakan zat yang berbahaya yang dibentuk dari pemaparan sinar uv, dimana bila tidak dicegah atau dikontrol, akan menyebabkan penuaan, pembentukan kanker, bahkan kerusakan sel. Dalam penelitian ini, natrium askorbil fosfat (NAF) yang merupakan salah satu derivat vitamin C yang stabil, dienkapsulasi ke dalam liposom untuk meningkatkan penetrasinya melalui stratum korneum ke bagian lapisan kulit yang lebih dalam. Pembuatan liposom ini menggunakan metode lapis tipis, dimana masing-masing formulanya dibuat dengan komposisi fosfatidilkolin:kolesterol yang berbeda (200:40 mg; 200:60 mg; 200:80 mg). Karakterisasi liposom yang diamati meliputi bentuk vesikel, distribusi ukuran partikel dan persen penjerapan obat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penjerapan obat dalam liposom dipengaruhi oleh jumlah kolesterol, dan persen penjerapan obat terbesar ialah pada liposom formula II dengan komposisi fosfatidilkolin:kolesterol 200:60 mg, yaitu menghasilkan penjerapan obat sebanyak 31,09%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2005
S32524
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rachel Margareth
"Penggunaan MAF sebagai antioksidan dalam bentuk serbuk pada lipstik mengakibatkan rasa kurang nyaman sewaktu pemakaian serta penetrasi melewati stratum korneum akan lebih sulit. Diharapkan dengan menjerap vitamin C dalam liposom akan menghilangkan rasa tidak nyaman pada saat penggunaan lipstik dan dapat meningkatkan penetrasi vitamin C ke dalam stratum korneum. Liposom MAF dibuat dengan metode lapis tipis menggunakan lesitin dan kolesterol dalam perbandingan 200:80 dengan variasi lama sonikasi yaitu 10, 20 dan 30 menit dengan efisiensi penjerapan berturut - turut adalah 55.13%, 63.98%, 46.43%. Liposom dengan lama sonikasi 20 menit selanjutnya akan diformulasikan pada sediaan lipstik. Bentuk dan ukuran dari liposom yang dilihat dengan mikroskop optik dan particle size analyzer adalah bulat dengan ukuran 1,321 μm sebelum ekstruksi dan bulat dengan ukuran 1,204 μm setelah ekstruksi. Lipstik yang didapat memiliki suhu lebur pada 35.34°C dengan tekstur halus dan polesan yang homogen dengan warna merah marun."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32745
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Universitas Indonesia, 2010
TA4420
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Marisa Zuardi
"Roti adalah produk pangan yang dibuat melalui proses pemanggangan dengan temperatur yang cukup tinggi dan menjadi salah satu sumber utama karbohidrat dalam bentuk pati yang dikonsumsi manusia di penjuru dunia yang umumnya menggunakan tepung terigu sebagai bahan baku. Berdasarkan respons glukosa yang cepat setelah dikonsumsi, roti adalah makanan yang berperan luar biasa dalam perkembangan obesitas dan diabetes serta permasalahan berat badan. Terjadinya proses cerna yang cepat terutama terjadi karena besarnya jumlah kandungan pati yang dapat dicerna dengan cepat (rapidly digestible starch), sedangkan jumlah pati resisten yang kecil yakni sekitar 2,5 %. Permasalahan terkait masalah kesehatan akibat mengkonsumsi roti diharapkan dapat diatasi dengan meningkatkan resistensi pati pada tepung terigu yang ditandai dengan menurunnya daya cerna pati. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi pati pada tepung terigu sebagai bahan baku roti guna meningkatkan resistensi pati. Modifikasi ikat silang dilakukan dengan menggunakan natrium trimetafosfat sebagai agen pengikat silang, natrium fosfat, natrium hidroksida dan asam klorida. Dilakukan optimisasi dengan melakukan variasi pada kadar natrium trimetafosfat. Pati hasil modifikasi dan pati tanpa modifikasi sebagai kontrol diuji sifat fungsionalnya dengan mengukur persen kelarutan dan swelling power, dikarakterisasi menggunakan instrumen FTIR, di uji daya cerna-nya, serta dilakukan penentuan kadar fosfor dan derajat substitusi. Produk hasil modifikasi dengan daya cerna terendah dan pati tanpa modifikasi digunakan sebagai bahan baku pembuatan roti. Roti yang dihasilkan kemudian dianalisis kualitasnya dengan mengukur massa, volume dan nilai baking expansion, diamati dan dikonsumsi untuk mengetahui tekstur, aroma, dan rasanya, serta dilakukan pengukuran kemampuan daya cernanya.
Bread is a food product that is made by roasting process at high temperatures. Bread has become a source of carbohydrates and is consumed by people all over the world. Wheat flour starch is the primary ingredient in bread. According to the fast glucose response after consumption, bread is classified as a high-GI food and plays a remarkable role in the development of obesity and diabetes as well as weight gain. Bread is rapidly digested and fast glucose release and absorption happen after its consumption mainly due to a large amount of rapidly digestible starch content and the small amount of resistant starch about 2.5 %. Problems caused by bread consumption is expected to be resolved by increasing the starch resistant content in wheat flour which is attributed to decreasing the starch digestibility. In this study, wheat starch as the primary ingredient for bread is modified to increase the resistance starch content. In this study, crosslinking modification is using sodium trimetaphosphate as the crosslinker agent, sodium phosphate, sodium hydroxide, and hydrogen chloride. Optimization is being done by varying the amount of sodium trimetaphosphate. Native starch and crosslinked starch are being evaluated for the swelling power, solubility, starch digestibility, and the amount of phosphorus and being characterized by using FTIR spectroscopy. Crosslinked starch that has the lowest starch digestibility and native starch are used for breadmaking. The bread that has been made is being analyzed for the mass, volume, and baking expansion, and being observed and consumed for evaluating the texture, the scent, and the taste, also being measured for the digestibility."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Hendy Tri Kurniawan
"Semen kalsium fosfat telah banyak digunakan sebagai material injectable bone substitute (IBS). Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis semen kalsium fosfat yang dapat diinjeksi, self-hardness, kuat dan bioaktif, dan mempelajari pengaruh konsentrasi natrium difosfat sebagai fasa liquid. Sintesis dilakukan dengan cara mencampurkan DCPD dan CaCO3 dalam larutan Natrium difosfat dengan variasi konsentrasi 0, 0.5, 1.5 dan 2.5 M yang kemudian dicetak dan dipanaskan pada suhu 370C selama 2 jam. Sampel hasil sintesis kemudian dikarakterisasi menggunakan FTIR, XRD, SEM, setting time dan uji kemampuan injeksi. Semen kalsium fosfat 2.5M dengan perbandingan fasa serbuk/liquid (2.5gr/1.5ml) dapat diinjeksi dengan baik dengan menggunakan injection gun yang didesain sendiri. Peningkatan konsentrasi Na2HPO4 menunjukan perubahan waktu pengerasan dan peningkatan kekuatan mekanik dari 0.3 MPa menjadi 6 MPa. Semen konsentrasi 2.5 M memiliki waktu pengerasan 5 menit dan kekuatan kompres 6 MPa. Injectable semen kalsium fosfat semen sangat berguna pada prosedur klinik yang membutuhkan proses pembedaah yang minim.
Calcium phosphate has been widely used as an injectable bone substitute (IBS) material, primarily in clinical procedures requiring minimal surgical process. This study aims at synthesizing calcium phosphate cement that can be injected, self-hardness, strong, bioactive, and to study the effect of sodium diphosphate as a liquid phase. Synthesis was performed by mixing DCPD and CaCO3 in Sodium diphosphate liquid with concentrations of 0, 0.5, 1.5 and 2.5M. Sampels were then characterized by using XRD, SEM, FTIR, seting time and injectability. Calcium phosphate cement with a ratio of powder/liquid of 2.5gr/1.5ml can be injected properly by using injection gun. Increasing concentrations of Na2HPO4 would significantly increases hardening time and mechanical strength from 0.3 MPa to 6 MPa. Cement that has concentration of 2.5 M has hardening time for 5 minutes and compression strength of 6 MPa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62205
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Aldhi Kristianto
"Salah satu metoda untuk mengurangi limbah fosfat adalah dengan menggunakan adsorben yang memiliki daya adsorpsi tinggi dan selektif. Adsorben seperti ini dapat disintesis dengan metode ion imprinted polymer. Mula-mula kitosan dimodifikasi membentuk kitosan suksinat dan ditambahkan ion besi, Fe (III) membentuk kompleks Fe (III) kitosan suksinat. Kemudian kompleks ini ditambahkan fosfat dan diikat silang dengan menggunakan MBA. Selanjutnya fosfat dikeluarkan dengan KOH, sehingga membentuk rongga selektif untuk ion fosfat. Selanjutnya ion imprinted polymer yang terbentuk diteliti kinerja adsorpsinya terhadap ion ortofosfat pada berbagai variasi eksperimen yang dilakukan dalam sistem SPE (Solid Phase Extraction). Adsorpsi fosfat optimum tercapai pada kondisi konsentrasi 4,0 ppm dengan % adsorpsi 84,865 % ; pH 3,0 dengan % adsorpsi 84,865 % ; kecepatan alir 0,5 mL/menit dengan % adsorpsi 85,936 % ; massa adsorben 0,2 gram dengan % adsorpsi 89,43 %. Selain itu gangguan dari ion bikarbonat dan sulfat tidak berpengaruh secara signifikan dalam proses adsorpsi ion fosfat, yang masing-masing penurunanya berkisar 8 % dan 5 %. Berdasarkan percobaan interaksi adsorbat-adsorben mengikuti pola isotherm adsorpsi Freundlich dengan R² = 0,9958 dan konstanta adsorpsi (k) yang diperoleh untuk adsorpsi ion fosfatsebesar 0,4075, sedangkan nilai konstanta n adalah 0,6985. Persen Recovery pada sistem ini sangat tinggi, yaitu 96 %.
One method to reduce phosphate waste is to use selective adsorbent. Such adsorbents can be synthesized by the method of ion imprinted polymer. Modified chitosan was used to adsorb phosphate existing in waste like any aquatic environment. Chitosan succinate, phosphate, MBA (Methylene Bis Acrylamide) is used as a monomer, mold and crosslinking agent. Initially established modified chitosan and chitosan succinate added iron ions, Fe (III) to form complexes of Fe (III) chitosan succinate. Then the complex Fe (III) phosphate and chitosan succinate was added subsequently issued with KOH phosphate to form cavities for ion selective phosphate. Once the cavity is formed, the complex Fe (III) crosslinked chitosan succinate by using the MBA. Phosphate absorption by polymers that have been printed with phosphate higher when compared with non-printed polymer and chitosan. Furthermore ion imprinted polymer studied the adsorption performance in the SPE (Solid Phase Extractionsystem). Phosphate adsorption is achieved at optimum conditions with the concentration of 4.0 ppm with % adsorption 84.865%; pH 3.0 with % adsorption 84.865%; flow rate of 0.5 mL / min with % adsorption 85.936%; adsorbent mass of 0.2 grams with % adsorption 89.43%. Besides disruption of bicarbonate and sulfate ions did not significantly in the process of adsorption of phosphate ions, each of which reduction around 8% and 5%. Based on the experimental adsorbate-adsorbent interactions follow the pattern of Freund lich adsorption isotherm with R² = 0.9958 and adsorption constants (k) obtained for the adsorption of phosphate ions at 0.4075, while the value of the constant n is 0.6985. Percent Recovery on the system is very high, at 96%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S54255
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fiska Suhenda
"Dalam penelitian ini akan dibahas tentang perancangan alat uji aliran evaporasi dua fase dengan menggunakan kanal mini horizontal. Adapun alat ujinya terdiri atas bagian test section yang terbuat dari pipa stainless steel dengan diameter dalam 3 mm, diameter luar 5 mm dan panjang 1000 mm yang diberikan flux kalor yang seragam disepanjang pipa tersebut dengan mengalirkan arus listrik dan memberikan insulasi pada bagian luar test section untuk meminimalisasi kalor yang terbuang ke lingkungan. Dimana flux kalor yang diberikan pada test section besarnya dapat divariasikan mulai dari 5 kW/m2 s/d 15 kW/m2. Untuk perancangannya dilakukan perhitungan perhitungan terhadap berbagai komponen yang akan digunakan, serta menggunakan software pembantu perancangan CATIA V5R17, sebagai perencanaan alat uji yang akan dibangun. Alat uji ini terdiri dari be berapa komponen penting diantaranya adalah refrigerant kerja (R-22) Tube in tube Heat Exchanger sebagai penukar kalor, Test Section sebagai area yang diamati, dan Receiver tank yang digunakan untuk menampung refrigerant yang kemudian akan ditimbang menggun akan timbangan digital.
In this study will be discussed about the design of test equipment evaporative twophase flow by using a mini horizontal channel. As for the test equipment consists of the test section is made of stainless steel pipe with a diameter of 3 mm, outer diameter 5 mm and length 1000 mm which provided a uniform heat flux along the pipe with a current of electricity and provide insulation on the outside of the test section to minimize the heat lost to the environment. Where the heat flux is given on a test section can be varied from 5 kW/m2 s / d 15 kW/m2. For the design made the calculation of the various components to be used, as well as using CATIA V5R17 software design assistant, as the planning of test equipment that will be built. This test tool consists of several important components of which are working refrigerant (R - 22) Tube in tube heat exchanger as a heat exchanger, Test Section as the observed area, and receiver tanks are used to accommo date the refrigerant, which then weighed using digital scales."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S42839
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library