Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125646 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Umbi ganyong (Canna edulis Ker.) mudah tumbuh dan banyak terdapat di Indonesia. Umbi ini dapat diolah menjadi tepung dan amilum (pati). Namun, pemanfaatannya baru terbatas pada industri pangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji karakteristik dari amilum ganyong agar dapat digunakan sebagai eksipien di bidang farmasi, sehingga dapat meningkatkan manfaat dari umbi ganyong dan menambah alternatif untuk pemilihan bahan eksipien dalam sediaan farmasi. Penelitian ini bertujuan untuk membuat amilum dari umbi ganyong dan menguji karakteristiknya. Amilum yang dibuat dibedakan menjadi dua, dari umbi yang dikupas (AGYD) dan umbi yang tidak dikupas (AGDK). Uji karakteristik juga dilakukan terhadap amilum ganyong kemasan (AGK) yang dijual di pasaran. Karakterisasi yang dilakukan meliputi karakterisasi kimia, fisika, dan fungsional. Dari hasil penelitian terlihat bahwa AGYD dan AGDK tidak memiliki perbedaan karakteristik yang mencolok. Namun, bila dibandingkan dengan AGK terdapat perbedaan besar pada beberapa karakteristik. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa AGYD dan AGDK memenuhi persyaratan standar amilum menurut Farmakope Indonesia edisi IV, sehingga dapat digunakan sebagai eksipien farmasi."
Universitas Indonesia, 2006
S32480
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Pujiastuti
"Ganyong atau "Queensland arrowroot" adalah suatu tanaman liar yang mudah dibudidaya dan sudah banyak manfaatnya, namun masih terbatas pada bidang pangan. Oleh karena itu amilum ganyong dimodifikasi menjadi amilum ganyong terpregelatinasi sehingga dapat digunakan dalam sediaan tablet cetak langsung. Pada penelitian ini dilakukan empat tahapan yaitu pembuatan amilum ganyong terpregelatinasi; karakterisasi amilum yang meliputi karakterisasi kimia, fisik, dan fungsional; pembuatan tablet dengan metode cetak langsung; dan terakhir evaluasi fisik sediaan tablet. Pregelatinasi amilum ganyong dibuat dengan kadar air 55% pada suhu 80°C menggunakan alat double drum drier, kemudian digiling dan diayak dengan mesh 80. Karakterisasi amilum ganyong terpregelatinasi dibandingkan dengan starch 1500, yaitu amilum terpregelatinasi yang sudah dipakai dalam industri farmasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa amilum ganyong terpregelatinasi memiliki nilai viskositas dan kekuatan gel yang lebih besar dari starch 1500 dan untuk karakterisasi kimia memenuhi syarat USP 26 /NF 21. Pada evaluasi tablet, semakin besar jumlah amilum ganyong terpregelatinasi, maka semakin lama waktu hancurnya, semakin berkurang keregasannya dan semakin berkurang koefisien variasi keseragaman bobotnya. Pada konsentrasi 30%, amilum ganyong terpregelatinasi optimum sebagai bahan pengikat pada tablet cetak langsung."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32479
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmaidar
"Pati ganyong berasal dari rimpang tanaman ganyong (Canna edulis Kerr.) yang dapat digunakan sebagai eksipien dalam sediaan farmasi. Namun, pati ganyong masih memiliki sifat yang kurang menguntungkan. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan eksipien dengan karakteristik pati ganyong yang lebih baik dan salah satunya adalah dengan fosforilasi pati ganyong. Fosforilasi pati ganyong dilakukan dengan mereaksikan pati dengan Na2HPO4 1% dan 3% pada pH 9 dengan penambahan NaOH 5 N, yang akan menghasilkan pati dalam bentuk ikatan esterfosfat, disebut pati ganyong fosfat (PGF). Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan menguji karakteristik PGF sebagai eksipien dalam sediaan farmasi. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan konsentrasi Na2HPO4 meningkatkan kadar fosfor dalam pati. Peningkatan kadar fosfor mempengaruhi karakteristik kimia, fisika, dan fungsional pati. PGF memiliki karakteristik yang berbeda dengan pati ganyong. PGF 3% memiliki kekuatan gel dan kompresibilitas yang lebih baik dibandingkan PGF 1% dan pati ganyong. Penelitian ini menunjukkan PGF dapat digunakan sebagai bahan pengisi, pengikat dan bahan pengental dalam sediaan farmasi.
Queensland arrowroot starch is obtained from Queensland arrowroot rhizomes, it’s could be used as a pharmaceutical excipient. However, Queensland arrowroot starch as an excipient still has unbeneficial properties. So, many efforts done to get a better excipient from Queensland arrowroot starch and one of that is by phosphorylation of Queensland arrowroot starch. Phosphorylation of Queensland arrowroot starch is done by reacting Queensland arrowroot starch with Na2HPO4 1% and 3% under pH 9 by adding NaOH 5N, which produce starch in ester phosphate binding, who called Queensland arrowroot starch phosphate (SP). The aim of this research is the made and to test characteristics Queensland arrowroot starch phosphate (SP) as a pharmaceutical excipient. The research showed increasing Na2HPO4 concentration that increase phosphorus contents in starch. Increasing phosphorus contents are influence chemistry, physics, and functional characteristics of starch. SP have difference characteristics with Queensland arrowroot starch. SP 3% have better strong gel and compressibility than SP 1% and Queensland arrowroot starch. This research showed SP could be used as filler, binder, and thickening agent."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Titi Harum Sari Jufrizal
"Pembudidayaan umbi ganyong dilakukan sebagai salah satu upaya dalam mengurangi bahan baku impor pati yang banyak digunakan sebagai eksipien sediaan farmasi. Pati dari umbi ganyong ini perlu dimodifikasi lebih lanjut agar pemanfaatannya dalam bidang farmasi menjadi lebih luas. Salah satu modifikasi yang dapat dilakukan adalah dengan metode pencampuran. Pada penelitian ini, telah dilakukan pencampuran pati ganyong menggunakan larutan asam stearat 4% dan 9% dalam etanol 96% dengan suhu 50ºC selama 24 jam. Selanjutnya, pati ganyong tercampur stearat diuji karakteristik fisika seperti densitas bulk, higroskopisitas; kimia seperti derajat substitusi, IR dan fungsional seperti indeks kompresibilitas, kekuatan gel.
Hasil yang didapat memperlihatkan indeks kompresibilitas PGTS 4% masih dalam rentang persyaratan yaitu 19,94% dan derajat substitusinya 0,0273, lebih rendah dari PGTS 9% (0,0324). Akibat dari pencampuran tersebut terjadi perubahan seperti higroskopisitas berkurang dan kompresibilitasnya meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pati ganyong tercampur stearat dapat diaplikasikan sebagai eksipien sediaan farmasi.
Plantation of Queensland arrowroot (Canna edulis Kerr.) has being done as one of the effort to reduce starch raw material import, which always use as the pharmacy excipient . Starch from the tuber of Queensland arrowroot is need to modificated, so the use in pharmacy can be much more. One of the modification which can be done is compounding method. A study about compounding arrowroot starch with 4% and 9% stearic acid solution in 96% ethanol on temperature 50ºC during 24 hours have been done and resulting a modified strach called stearic arrowroot starch (SAS). The stearic arrowroot starch was characterized physically e.g. bulk density, higroscopicity; chemically e.g. degree of substitution, IR and functionally e.g. compressibility, gel strength.
The result shows that compressibility of SAS 4%, is 19.94% and the degree of substitution is 0.0273, lower than SAS 9% (0.0324). The compounding make some different, and the characterization of starch become better, e.g. decrease the hygroscopicity, made the compressibility in stearic arrowroot starch become increasing. The research shows that the SAS can be application as the pharmacy excipient.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Dewati
"Pati ganyong berasal dari rimpang tanaman ganyong ( Canna edulis. Ker.) yang dapat digunakan sebagai eksipien dalam sediaan farmasi. Namun, pati ganyong masih memiliki sifat yang kurang menguntungkan. Pada penelitian ini telah dilakukan pencampuran pati ganyong dengan asam oleat untuk mendapatkan eksipien dengan karakteristik pati ganyong yang lebih baik. Proses pencampuran diawali dengan melarutkan asam oleat 4% dan 9% dalam etanol 96% kemudian dicampur dengan pati ganyong. Hasil pencampuran dimasukkan dalam oven dengan suhu 50°C selama 6 jam, menghasilkan pati yang disebut pati ganyong oleat (PGO). Selanjutnya pati ganyong yang dicampur asam oleat diuji karakteristik fisika (densitas bulk, higroskopisitas), karakteristik kimia (derajat substitusi), karakteristik fungsional (viskositas dan kekuatan gel).
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan viskositas dan higroskopisitas namun terjadi penurunan kekuatan gel. PGO 9% memiliki derajat substitusi yang lebih baik dari PGO 4%. Hasil penelitian menunjukkan pati ganyong yang dicampur asam oleat dapat digunakan sebagai eksipien dalam sediaan farmasi seperti untuk pengental dan disintegran.
Queensland arrowroot starch is obtained from Queensland arrowroot rhizomes, it could be used as a pharmaceutical excipient. However, Queensland arrowroot starch as an excipient still has unbeneficial properties. The study about Queensland arrowroot mixing with oleic acid had been done to reach better characteristic of this excipient. This proccess was started from oleic acid 4% and 9% dissolved in ethanol 96% then mixed with Queensland arrowroot and heated at the temperature of 50°C dur ing 6 hours, resulting a modified starch called oleic arrowroot starch (OAS). The oleic arrowroot starch were characterized physically (bulk density, hygroscophicity), chemically (degree of substitution) and functionally (compressibility, gel strength).
The results showed that the viscocity and hygroscopicity were increased but the gel strength was decreased. OAS 4% and OAS 9% have better degree of substitution than SO 4% .The study showed that OAS can be applied as the pharmacy excipient such as thickening agent and desintregrant.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
14-21-022035342
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Ramadiyanti
"Pragelatinisasi pati singkong suksinat (PPSS) merupakan hasil modifikasi pati secara fisika dan kimia yang dibuat dengan mereaksikan pragelatinisasi pati singkong (PPS) dengan anhidrida suksinat. Tujuan penelitian ini adalah mencari pH optimum pembuatan PPSS yang dilakukan pada variasi pH 6-9 dan pH 10-12. Pada pH 6-9 terjadi reaksi substitusi antara gugus hidroksil pati dengan anhidrida suksinat, sedangkan pada pH 10-12 terjadi reaksi cross-linking antara gugus hidroksil pati dengan anhidrida suksinat sehingga diperoleh karakteristik yang lebih baik dari pregel pati singkong suksinat (PPSS) sebagai bahan eksipien dalam sediaan farmasi. Karakterisasi yang dilakukan adalah karakterisasi kimia, fisika dan fungsional. Perbandingan karakteristik dilakukan terhadap PPS, PPSS pH 8 dan PPSS pH 10. Berdasarkan sifat fungsional, baik PPSS pH 8 dan PPSS pH 10 memiliki indeks kompresibilitas, sudut istirahat, kekuatan mengembang, kekuatan gel lebih baik daripada PPS. Penelitian ini memperlihatkan bahwa PPSS pH 8 maupun pH 10 dapat digunakan sebagai eksipien dalam sediaan farmasi.

Pregelatinized cassava starch succinate (PCSS) is a modified of starch physically and chemically which made by reacting pregelatinized cassava starch (PCS) and succinic anhydride. The aim of this research is to find the optimum pH of making PCSS using variation of pH 6-9 and pH 10-12. On pH 6-9 there was a substitution reaction between starch hydroxyl groups with succinic anhydride, and on pH 10-12 was a cross-linking reaction between starch hydroxyl groups with succinic anhydride so a better characteristic of PCSS was gained as an excipient pharmaceutical dosage form. Chemical, physical and functionally characterizations of PCS, PCSS pH 8 and PCSS pH 10 had been done. Based on the functional characteristic, either PCSS pH 8 or PCSS pH 10 have a better compressibility index, angle repose, swelling and gelling strength compared to PCS. This research showed that PCSS pH 8 and PCSS pH 10 can be used as excipient in the pharmaceutical dosage form."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S33035
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ifthah Nur Sya`baniah
"ABSTRAK
Kitosan merupakan polimer alam yang bersifat kationik. Sifat kationik tersebut membuat kitosan dapat berinteraksi dengan senyawa anionik membentuk ikatan taut silang. Dalam penelitian ini, natrium tripolifosfat digunakan sebagai agen penaut silang. Tujuan penelitian ini adalah membuat dan mengkarakterisasi kitosan-tripolifosfat sebagai eksipien dalam sediaan farmasi. Larutan kitosan 3% dan larutan natrium tripolifosfat 0,145% dicampur dengan perbandingan 5:1. Eksipien hasil taut-silang dikarakterisasi secara fisik, kimia dan fungsional, meliputi bentuk dan morfologi, distribusi ukuran partikel, susut pengeringan, pola diffraksi sinar-X, sifat termal, higroskopisitas, derajat keasaman (pH), sisa pemijaran, derajat substitusi, analisis gugus fungsi, viskositas dan rheologi, kompresibilitas, laju alir dan sudut reposa, kekuatan gel, uji sineresis, indeks mengembang, sifat elongasi, tensile strength, dan Young?s modulus. Hasil karakterisasi kitosan-tripolifosfat menunjukkan adanya peningkatan fungsionalitas kitosan sehingga kitosan-tripolifosfat dapat dijadikan sebagai eksipien dalam sediaan farmasi.

ABSTRACT
Chitosan is a cationic natural polymer. Cationic nature makes chitosan can interact with anionic compounds to form crosslink bond. In this study, sodium tripolyphosphate used as crosslink agent. This study aims to create and characterize chitosan-tripolyphosphate as a pharmaceutical excipient. 3% chitosan solution and 0,145% sodium tripolyphosphate mixed with ratio of 5:1. Excipient results were characterized physically, chemically and functionally, including the shape and morphology, particle size distribution, moisture content, X-ray diffraction patterns, thermal properties, hygroscopicity, the degree of acidity (pH), total ash, the degree of substitution, functional group analysis, flow rate and angle of repose, compressibility, viscosity and rheological, swelling index, gel strength, syneresis test, elongation properties, tensile strength and Young?s modulus. Characterization of chitosan-tripolyphosphate results showed an increase in functionality so that the chitosan-tripolyphosphate can be used as excipient in pharmaceutical dosage forms. "
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S938
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sonya Apriani T.
"Pragelatinisasi pati singkong fosfat (PPSF) adalah hasil modifikasi fisika dan kimia pati singkong yang diperoleh dengan mereaksikan pragelatinisasi pati singkong (PPS) dengan pereaksi fosfat. PPSF yang dibuat dengan pereaksi natrium fosfat masih memiliki kekurangan yaitu mudah mengalami sineresis. Oleh karena itu, pada penelitian ini PPSF dibuat dengan pereaksi natrium tripolifosfat yang dapat menghasilkan ikatan silang. PPSF yang memiliki ikatan silang diharapkan dapat menghasilkan gel yang tidak mudah mengalami sineresis. PPSF sebagai eksipien sediaan farmasi masih memiliki keterbatasan, yaitu kekuatan gel yang lemah. Campuran kappa dan iota karaginan merupakan jenis karaginan yang dapat membentuk gel yang kuat dan elastis. Oleh karena itu, koproses PPSF dengan kappa dan iota karaginan dilakukan agar dapat memperbaiki kekuatan gel PPSF. Koproses PPSF dengan campuran kappa dan iota karaginan (1:1) dibuat dengan perbandingan 1:1. Berdasarkan evaluasi, kekuatan gel koproses PPSF-karaginan lebih tinggi dibandingkan dengan PPSF. Dengan demikian koproses PPSF-karaginan dapat digunakan sebagai eksipien farmasi yang memerlukan sifat gelasi yang kuat.

Pregelatinized cassava starch phosphate (PPSF) is a product of physical and chemical modification of cassava starch obtained by reacting pregelatinized cassava starch (PPS) with phosphate reagent. PPSF made with sodium phosphate reagent still has a shortcoming that is prone to syneresis. Therefore, in this study PPSF was prepared by reacting sodium tripolyphosphate which can result in cross linking. PPSF having cross linking was expected to produce a gel that is not prone to syneresis. PPSF as a pharmaceutical excipient still have limitations, particularly is the low gel strength. Combination of kappa carrageenan and iota carrageenan can produce elastic and high gel strength material. Therefore the aim of this research was to coprocess PPSF with kappa and iota carrageenan in order to improve gel strength of PPSF. Coprocessed PPSF with combination of kappa and iota carrageenan (1:1) was made on the comparison of 1:1. Based on the evaluation, gel strength of coprocessed PPSF-carrageenan was higher than PPSF. Thus, coprocessed PPSF?carrageenan can be used as pharmaceutical excipient that requires strong gelation property."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S1089
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dito Pramono
"Buah alpukat (Persea gratissima Gaertn) merupakan buah yang biasa dikonsumsi di Indonesia. Namun pemanfaatannya masih terbatas pada daging buahnya. Oleh karena itu dilakukan penelitian terhadap amilum dari biji alpukat sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembantu dalam sediaan farmasi. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu pembuatan amilum dari biji alpukat dan karakterisasi amilum yang meliputi karakterisasi fisik, kimia dan fungsional. Karakteristik amilum biji alpukat dibandingkan dengan karakteristik amilum yang tercantum dalam The Handbook of Pharmaceutical Excipients.
Hasil penelitian untuk karakteristik fisik menunjukkan bahwa amilum biji alpukat memiliki susut pengeringan 10,72 ± 0,16%; dan sisa pemijaran 0,16 ± 0,02%. Sedangkan untuk karakteristik kimia menunjukkan bahwa amilum biji alpukat mengandung 27,28 ± 0,47% amilosa; 6,1 ± 0,44% lemak; 0,21 ± 0,03% serat kasar; pH 4,19 ± 0,02; kadar SO2 kurang dari 0,008%; dan tidak mengandung zat pengoksidasi.
Hasil penelitian untuk karakteristik fungsional menunjukkan bahwa amilum biji alpukat tergelatinasi pada suhu 79,5oC, sedangkan viskositas maksimum amilum biji alpukat tidak dapat ditentukan. Karakteristik amilum biji alpukat memenuhi persyaratan yang tercantum di dalam The Handbook of Pharmaceutical Excipients.
Avocado (Persea gratissima Gaertn) is a fruit that usually consumed in Indonesia. But the function still limited only daily consumption. Therefore, starch from avocado seed was analyzed as excipients in pharmaceutical forms. This research was divided in two stages, starch production from avocado seed and starch characterization including physical, chemical, and functional characterization. Avocado seed starch characteristics were compared to starch characteristics in The Handbook of Pharmaceutical Excipients.
The result of physical characteristic showed that avocado seed starch has 10.72 ± 0.16 % loss on drying and 0.16 ± 0.02 % residue on ignition. Meanwhile for the chemical characteristic showed that avocado seed starch contains 27.28 ± 0.47 % amilose; 6.1 ± 0.44 % lipid; 0.21 ± 0.03 % crude fiber; pH 4.19 ± 0.02; sulphur dioxide percentage less than 0.008 %; and not contain oxidizing substances.
The result for functional characteristic showed that avocado seed starch were gelatinized at temperature 79.5oC, meanwhile the maximum viscosity cannot be difined. The characteristics of avocado seed starch can fulfill the requirements in The Handbook of Pharmaceutical Excipients.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Clara
"Pati singkong terpregelatinasi propionat (PSTP) merupakan hasil modifikasi pati singkong secara fisika dan kimia yang dibuat dengan mereaksikan pati singkong terpregelatinasi (PST) dengan asam propionat 10%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik PSTP apakah dapat digunakan sebagai eksipien dalam sediaan farmasi. Karakterisasi yang dilakukan adalah karakterisasi kimia, fisika, dan fungsional. Perbandingan karakterisasi dilakukan terhadap pati singkong asli, PST, dan PSTP.
Hasil uji karakteristik menunjukkan bahwa PSTP memiliki sifat fungsional yang lebih baik daripada pati singkong alami dan PST yaitu kompresibilitas, laju alir, sudut istirahat, viskositas dan kekuatan mengembang. Nilai derajat putih PSTP lebih rendah dibandingkan pati singkong dan PST.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa PSTP berpotensi digunakan sebagai eksipien dalam sediaan farmasi yaitu sebagai penghancur, pengikat, penyalut pada sediaan tablet, sebagai matriks pada sediaan lepas terkendali dan sebagai pengental dalam sediaan suspensi.

Pregelatinized cassava starch propionate (PSTP) is a physically and chemically modified starch product which made by reacting cassava pregelatinized starch (PST) with propionic acid 10%. The aim of this study was to investigate the chemical, physical, and functional properties of PSTP so that it may be used as excipient in pharmaceutical dosage forms. This study compared PSTP to cassava native starch and PST.
This research showed PSTP had better functional properties that is compressibility, flowability, angle of repose, viscosity, and swelling power. PSTP had lower whiteness compare to cassava native starch and PST.
This study showed that PSTP may be used as pharmaceutical excipient that is as a disintegrate, binder, coating agent in the tablet form, as a matrics in the sustained release form and as a thickening in the suspention form.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S33023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>