Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127649 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2006
S32478
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy N.P.
"Daun Nerium oleander memiliki aktivitas antibakteri. Ekstrak kering diolah menjadi sediaan gel dengan basis karbomer, natrium CMC, dan natrium alginat. Pemeriksaan dilakukan terhadap stabilitas fisik dan kimia gel yang meliputi warna, bau, pH, dan viskositas dilakukan selama masa penyimpanan gel dalam suhu rendah (4° C), suhu kamar (28 ± 2° C) dan suhu tinggi (40 ± 2° C). Dilakukan juga uji cycling test dan uji mekanik terhadap gel. Hasil analisis menunjukkan bahwa gel berbasis karbomer memiliki stabilitas fisik yang lebih baik daripada gel dengan basis natrium CMC dan gel dengan basis natrium alginat."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32788
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviati Panca Sari
"Rambut kepala yang tumbuh subur dan lebat mendukung penampilan seseorang. Bila mengalami kerontokan dan tidak segera diatasi dapat menyebabkan kebotakan. Saat ini telah dikembangkan bahan penyubur rambut yang berasal dari alam. Daun murbei yang telah lama dikenal sebagai bahan pencerah kulit untuk produk kosmetika, secara tradisional juga digunakan sebagai bahan penyubur rambut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis aktivitas pertumbuhan rambut sediaan hair tonic ekstrak etanol daun murbei dan memperoleh sediaan hair tonic yang stabil dan aman. Hair tonic yang dibuat terdiri dari tiga kadar ekstrak etanol daun murbei, yaitu 4, 8, dan 16% (b/v). Cara pengujian aktivitas pertumbuhan rambut dengan mengoles sediaan pada punggung kelinci jantan galur New Zealand yang telah dibagi menjadi enam bagian perlakuan, yaitu kontrol normal, kontrol negatif (basis hair tonic), kontrol positif (minoksidil) dan ketiga sediaan tersebut. Pengukuran panjang rambut dilakukan pada hari ke-7, 14, 21, 28, 35, dan 42. Untuk ketebalan rambut diukur dengan Scanning Electron Microscope (SEM) pada minggu I dan VI, sedangkan kelebatan dan bobot rambut diukur pada minggu VI. Hasil analisis statistik menunjukkan kadar 4% dan 16% memiliki aktivitas yang setara dengan kontrol positif, sedangkan kadar 8% aktivitasnya lemah pada parameter kelebatan rambut. Sediaan hair tonic ekstrak etanol daun murbei yang dibuat bersifat stabil dalam penyimpanan. Untuk pengujian keamanan menggunakan metode Patch test dan HET-CAM. Hasilnya sediaan hair tonic yang dibuat aman digunakan untuk kulit dan sedikit iritan pada mata.

A person with lush and healthy hair has a looking good appearance. When hair are lost and were not treated, it can lead to baldness. Mulberry previously known as a skin lightening agent for cosmetic products, traditionally also used for hair growth. The purpose of this research is to analyze the activity of hair growth from hair tonic which contain ethanol extract of mulberry leaves and to obtain a stable and safe hair tonic product. Hair tonic from mulberry leaves was made into three concentration, they are 4, 8, and 16%. Activity of hair growth was tested by applying the product on the dorsal site of New Zealand male rabbits divided into six sections of treatment, namely normal, negative (base hair tonic), positive control (Minoxidil) and three concentrations. Hair length measurements performed on days 7th, 14th, 21st, 28th, 35th, and 42nd. Hair thickness was measured by Scanning Electron Microscope (SEM) at week 1st and 6th, while the hair density and weight were measured at weeks 6th. Statistical analysis showed that the concentration of 4% and 16% have an activity equivalent to the positive control, whereas the levels of 8% has weaker activity on density parameter. This hair tonic containing mulberry leaves extract are stable at storage. Skin safety test using Patch test was safe and HET-CAM methode showed mild eye irritation.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T43164
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Narulita Putri
"Omeprazol merupakan obat golongan PPI untuk penyakit refluks gastroesofageal yang diresepkan untuk segala jenis pasien, khususnya anak-anak dan pasien yang dipasang NGT. Omeprazol hanya tersedia dalam bentuk kapsul dan serbuk injeksi steril. Saat ini pembuatan obat racikan omeprazol disuspensikan dalam larutan natrium bikarbonat 8,4% yang rasanya pahit. Oleh karena itu, perlu dibuat formula pembawa suspensi untuk pembuatan omeprazol racikan. Uji stabilitas dilakukan terhadap empat formula pada suhu kamar 28C selama 14 hari dan pada suhu rendah 4C selama 30 hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suspensi omeprazol racikan mengalami perubahan warna menjadi putih kekuningan dan nilai pH yang dihasilkan relatif stabil selama masa penyimpanan pada suhu rendah. Pada kondisi penyimpanan suhu kamar, suspensi omeprazol racikan mengalami perubahan warna menjadi kuning kecokelatan. Uji stabilitas kimia dilakukan dengan menetapkan kadar omeprazol dalam suspensi menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Kadar suspensi omeprazol racikan mengalami penurunan selama masa penyimpanan, baik pada suhu kamar maupun suhu rendah. Hasil penetapan kadarnya menunjukkan bahwa omeprazol dalam pembawa suspensi formula A memiliki stabilitas kadar yang relatif sama dengan omeprazol dalam larutan natrium bikarbonat, yaitu >90% selama 7 hari pada penyimpanan pada suhu kamar 28C dan selama 14 hari pada penyimpanan suhu rendah 4C.

Omeprazole is a PPI and used in the treatment of gastroesophageal reflux disease commonly prescribed in all patients, especially pediatric and patient with NGT. Omeprazole is only available in capsule form and sterile powder for injection. This has been accomplished by using 8.4% sodium bicarbonate solution as the vehicle which is bitter. For that reason, a suspending vehicle containing sweetening agent for omeprazole should be formulated. Stability test of four extemporaneous suspending formulation was carried out at room temperature (28C) for 14 days and at cold temperature (4C) for 30 days.
The results showed that the extemporaneous suspension of omeprazole is changed to yellowish-white color and the resulting pH is relative stable during storage at cold temperature. At room temperature, the color is changed to brownish-yellow color. Chemical stability test was carried out using UV-Vis spectrophotometer. Concentration of omeprazole in the extemporaneous suspension decreased during storage. Based on stability data, it can be showed that omeprazole in the suspending vehicle of formula A has the same stability level with omeprazole in the sodium bicarbonate solution. The extemporaneous omeprazole suspension remained >90% during 7 days at room temperature and during 14 days at cold temperature."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Ayuningtyas
"Terdapat zat aktif yang kurang stabil dalam waktu lama jika dibuat dalam sediaan suspensi yang mengandung banyak air seperti rifampisin. Di Indonesia belum tersedia suatu pembawa sediaan suspensi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah kestabilan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan formula pembawa suspensi yang stabil secara fisik dan kimia setelah penambahan isi kapsul rifampisin sebagai zat aktif. Formulasi dibuat sebanyak 4 formula dengan variasi jenis dan konsentrasi bahan pensuspensi. Formula pembawa terbaik dari hasil evaluasi volume sedimentasi, redispersi, dan pH dipilih, lalu ditambahkan kapsul rifampisin dan dilakukan pengujian stabilitas. Uji stabilitas fisik pada suhu kamar 25˚± 2˚C, suhu dingin 4˚± 2˚C, dan suhu tinggi 40˚± 2˚C selama 28 hari meliputi pengujian terhadap organoleptis (bau, bentuk, warna) dan pH menunjukkan bahwa suspensi rifampisin mengalami perubahan warna menjadi merah agak kehitaman setelah 7 hari penyimpanan, bau seperti obat, peningkatan pH, serta perubahan konsistensi. Uji stabilitas kimia dilakukan pada kondisi suhu kamar dengan menetapkan kadar rifampisin dalam suspensi menggunakan KCKT. Kadar suspensi rifampisin mengalami penurunan hingga 0,82% selama masa penyimpanan 14 hari pada suhu kamar. Dalam penelitian ini, suspensi rifampisin stabil secara fisik selama 7 hari, namun sangat tidak stabil secara kimia.

Active ingredients in suspending vehicles with high water content, such as rifampicin, can degrade over time due to their instability. In Indonesia, there is no available suspending vehicle that can effectively address this stability issue. This research aimed to develop a stable suspending vehicle after the addition of rifampicin capsule contents as the active ingredient. Four formulations were prepared with variations in the type and concentration of suspending agents. The best suspending vehicle based on the evaluation of sedimentation volume, redispersion, and pH was selected, and then rifampicin capsules were added and stability testing was performed. Physical stability testing conducted at room temperature of 25˚± 2˚C, refrigerated temperature of 4˚± 2˚C, and elevated temperature of 40˚± 2˚C for 28 days, including organoleptic (smell, form, and color) and pH testing, revealed a color change of the rifampicin suspension to a reddish-black color after 7 days of storage, along with a medicinal odor, increased pH, and consistency change. Chemical stability testing was conducted at room temperature conditions by determining the rifampicin content in the suspension using HPLC. The rifampicin suspension concentration decreased by up to 0,82% during the 14-day storage period at room temperature. In this research, the rifampicin suspension was found to be physically stable for 7 days, but chemically very unstable."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmadiva
"ABSTRACT
Tembakau selain dibuat menjadi rokok, dapat dibuat menjadi anti nyamuk. Kandungan nikotin, d-limone, indol, dan piridin yang berada pada tembakau tersebut dapat dijadikan alternatif dari bahan anti nyamuk sintetik yang berada di pasaran seperti N,N-Diethyl-meta-toluamide DEET dan permetrin. Tujuan penelitian ini adalah membuat, mengevaluasi formulasi melihat kestabilan formulasi emulgel ekstrak tembakau, dan melihat berapa kandungan nikotin yang terpenetrasi. Emulgel ini dibuat menjadi 4 formula, yaitu blangko yang tidak memiliki ekstrak, dan 3 formula lainnya dengan kadar ekstrak tembakau yang berbeda. Pengamatan organoleptis menunjukkan emulgel memberikan warna putih untuk blangko, putih kecoklatan dan semakin kecoklatan dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak. Setelah dilakukan evaluasi, emulgel ekstrak tembakau stabil pada penyimpanan pada temperatur 4 2 C, 28 2 C, 40 2 C, dan stabil setelah dilakukannya cycling test dan uji mekanik. Dari sediaan yang memiliki kandungan ekstrak paling tinggi dilakukan uji penetrasi, jumlah kumulatif nikotin yang terpenetrasi dari sediaan emulgel adalah 14180,628 mg/cm. Fluks dari sediaan emulgel adalah 22,986 mg/cm2menit. Persentase nikotin yang terpenetrasi dari sediaan emulgel adalah 157,562 . Berdasarkan hasil tersebut, keempat formula sediaan emulgel stabil, dan kadar nikotin yang terpenetrasi tidak melebihi batas toksik. Namun, emulgel ini tidak memenuhi syarat sebagai antinyamuk, yaitu tidak boleh terpenetrasi.

ABSTRACT
Beside for cigarrates manufacturing, Tobacco also can be used as mosquito repellent. Nicotine, d limone, indol, and pyridine contained in tobacco, can be used as alternative to substitute N,N Diethyl meta toluamide DEET dan Permethrine as mosquito repellent. But, as mosquito repellent, an active ingredients cannot be penetrated. This research 39 s objectives were to evaluate the formula and its stability, and to determine how much nicotin that penetrated. The emulgel was made into 4 different formulas 1 formula without tobacco extract and the others were differentiated by the concentration of the extract. Organoleptic observation of the emulgel was white and brownish white that getting darker along with the increasing of tobacco extract concentration. The emulgel of tobacco extract was stable at 4 2 C, 28 2 C, 40 2 C, after cycling test and sentrifugation test. From the highest concentration of tobacco extract of emulgel was tested its penetration ability. The total cumulative penetration, percentage of penetrated nicotine and flux of nicotine from emulgel dosage form was 14180.628mg cm, 157.562 , 22.986mg cm2minutes, respectively. It can be concluded that, the four Formulas of emulgel were stable and the percentage of penetrated nicotine was still below the toxic dose. But, this emulgel was not qualified as a mosquito repellent because it could be penetrated through skin. "
2017
S68925
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Haqqi Budiman
"Tomat (Solanum lycopersycum L.) merupakan salah satu buah memiliki aktivitas antioksidan yang kuat karena mengandung senyawasenyawa antioksidan seperti likopen, beta karoten, vitamin C dan vitamin E. Senyawa-senyawa ini diketahui dapat mencegah dan menghambat pembentukan radikal bebas yang menyebabkan penuaan dini dan penyakitpenyakit kronis. Pada penelitian ini, tomat diformulasikan dalam sediaan krim dengan konsentrasi berbeda yaitu 0,5%, 1%, 2%, dan 3% (b/b). Uji kestabilan fisik dilakukan dengan pengamatan krim yang disimpan pada tiga suhu berbeda yaitu suhu 4oC, suhu kamar, suhu 40+2oC, uji mekanik dan cycling test. Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode peredaman DPPH berdasarkan nilai penghambatan DPPH (EC50).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa krim tomat 0,5%, 1%, 2% dan 3% memiliki kestabilan fisik setelah pengujian pada suhu 4oC, suhu kamar, suhu 40+2oC, uji mekanik dan cycling test. Krim tomat 1%, 2%, dan 3% memiliki aktivitas antioksidan yang memenuhi nilai minimum EC50, sedangkan krim 0,5% tidak memenuhi nilai EC50. Krim tomat 1% memiliki kestabilan terbaik secara fisik dan krim tomat 3% memiliki aktivitas antioksidan terkuat.

Tomato (Solanum lycopersycum L.) that the fruit mainly contained lycopene, beta carotene, vitamin C and vitamin E indECated that the fruit had antioxidant activity. These compound were known able to prevent and retention of free radECal forming whECh can cause aging and chronEC disease. This research, tomato with different concentration 0,5%, 1%, 2%, and 3% were formulated in cream. PhysECal stability test including the storage at three different temperatures including cool temperature (4oC), room temperature, and high temperature (40+2oC), mechanECal test, and cycling test. Measurement of antioxidant activity tomato cream that using DPPH method pursuant to value of DPPH retention (EC50).
This research resulted that shown tomato cream 0,5% 1%, 2%, and 3% have physECal stability with storage at cool temperature (4oC), room temperature, and high temperature (40+2oC). Tomato cream 1%, 2%, and 3% reach minimum value of retention DPPH (EC50) but tomato cream 0,5% not reach minimum value of retention DPPH (EC50). Cream tomato 1% have the best physECal stability and cream tomato extract 3% have the best antioxidant activity.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S32741
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riszki Saputri
"Berkembangnya teknologi dan meluasnya pemakaian produk herbal dalam pengobatan dan kosmetik mendorong peneliti mencoba memanfaatkan kacang kedelai dalam pembuatan kosmetik untuk krim wajah. Mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar, dan akan mengalami berbagai perlakuan dan membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk sampai ke tangan konsumen, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kestabilan fisik dan kimia krim yang mengandung ekstrak kedelai (Glycine max) selama periode penyimpanan dan kondisi yang telah ditentukan. Pada penelitian kali ini, ekstrak kacang kedelai dibuat menjadi 4 formula dalam sediaan krim pada konsentrasi 2%, 4%, 8%, dan 30%. Uji kestabilan fisik dilakukan melalui pengamatan dan penyimpanan selama delapan minggu pada suhu kamar (28US ± 2USC), suhu rendah (4C°±2°C) dan suhu hangat (40C°±2°C), cycling test dan uji mekanik. Pengamatan ini ditunjang pula dengan evaluasi sediaan dan pengamatan lainnya seperti organoleptis, homogenitas, pH, viskositas, konsistensi, dan diameter globul. Untuk stabilitas kimia sediaan disimpan dalam suhu hangat (40C°±2°C) selama enam minggu dan tiap minggu diukur kadarnya menggunakan kromatografi lapis tipis densitometri dengan fase diam silica gel 60 F254 dan fase gerak toluen: dietil eter: asam asetat glasial dengan perbandingan 8: 10: 2 pada panjang gelombang 264 nm. Hasil yang diperoleh untuk formula 1 dan 2 cukup baik secara fisik, formula 3 terjadi perubahan warna pada penyimpanan suhu hangat (40C°±2°C) dan formula 4 memperlihatkan terjadi nya oiling pada ketiga suhu, pada uji cycling test terlihat adanya partikel, dan uji mekanik memperlihatkan adanya pemisahan fase. Untuk uji stabilitas kimia terjadi penurunan kadar pada tiap minggunya. Sehingga dapat disimpulkan formula 1 dan 2 lebih stabil dibandingkan formula 3 dan formula 4 dapat dikatakan tidak stabil secara fisik dan kimia.

Development of technology and the widespread use of herbal products in health and cosmetic productencourage researchers to try using soybeans in the manufacture of cosmetics forface cream. The dosage forms usually produced in large numbers, are experiencing a variety of treatment and requires a long enough time to get the consumers. This study aims to determine the physical and chemical stability of cream containing extract of soybean (Glycine max) during the storage period and conditions that have been determined. In this research, soy bean extract is made into four formulas in the cream at a concentration of 2%, 4%, 8%, and 30%. Physical stability test was done through observation and storage for eight weeks at room temperature (28 0 ± 2 0 C), low temperature (4C 0 ± 2 0 C) and warm temperatures (40C 0 ± 2 0 C), cycling test and mechanical test. It was supported also by the evaluation of cream and other observations, such as observation of appearance, homogenity, pH, viscosity, consistency, and diameter of droplet. The chemical stability was done by stored in warm temperatures (40C 0 ± 2 0 C) for six weeks and every week the concentration was measured using thin layer chromatography densitometry with a stationary phase silica gel 60 F254 and the mobile phase toluene: diethyl ether: acetic acid ratio of 8: 10: 2 at a wavelength of 264 nm. The results obtained for the formula 1 and 2 were good physical stability, formula 3 had color changed on the storage of warm temperature (40C 0 ± 2 0 C) and formula 4 shows there was oiling at three temperatures, the test cycling test showed the existence of particles, and mechanical test showed existence of phase separation. The chemical stability test showed decreasing levels at each week. Therefore we can conclude that the formula 1 and 2 is more stable than the formula 3 and formula 4 can be said not physically and chemically stable.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33133
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adhila Kiasatina Larasati
"

Ekstrak herba pegagan (Centella asiatica L.) memiliki kandungan senyawa aktif berupa senyawa asiatikosida. Asiatikosida memiliki absorpsi dan penetrasi yang buruk karena sifatnya yang hidrofilik. Pada penelitian ini, ekstrak kental herba pegagan dimodifikasi ke dalam bentuk kompleks nanovesikel fitosom yang diformulasikan ke dalam sediaan krim untuk mengatasi permasalahan absorpsi dan penetrasi tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah memformulasikan sediaan krim fitosom dan krim ekstrak tanpa modifikasi, serta membandingkan penetrasi keduanya. Fitosom dibuat dengan konsentrasi fosfolipid dan ekstrak kental 1:1. Pembuatan fitosom dilakukan dengan metode hidrasi lapis tipis. Hasil pengujian efisiensi penjerapan terhadap fitosom sebesar 47,56 ± 1,68 %. Uji penetrasi metode sel difusi Franz dilakukan terhadap kedua jenis krim menggunakan membran abdomen tikus betina. Jumlah kumulatif asiatikosida terpenetrasi dari sediaan krim fitosom dan krim non fitosom berturut-turut sebesar 4,56 ± 0,32 µg/cm2 dan 1,86 ± 0,24 µg/cm2, dengan persentase berturut-turut sebesar 40,81 ± 2,83%, dan 16,66 ± 2,17%. Fluks dari sediaan krim fitosom dan krim non fitosom berturut-turut adalah sebesar 0,659 ± 0,035 µg.cm-2.jam-1 dan 0,465 ± 0,061 µg.cm-2.jam-1. Sediaan krim yang mengandung ekstrak herba pegagan dalam bentuk kompleks fitosom memiliki daya penetrasi yang lebih tinggi dibandingkan krim yang mengandung ekstrak herba pegagan konvensional. Keduanya menunjukkan stabilitas fisik yang baik melalui hasil pengamatan organoleptis, homogenitas, dan viskositas yang dilakukan selama dua bulan dalam berbagai variasi suhu.


Centella asiatica L. extract contains active content in form of asiaticoside. The absorption and penetration properties of that active ingredient are poor, due to its hydrophilic properties. In order to overcome those obstracles, in this research, a modification of Centella asiatica L. extract was made by formulating cream containing extract in the form of nanovesicle complex called phytosome. The aim of this research is to formulate two kinds of cream that contain phytosomal extract and normal extract without any modifications, then to compare both penetration profiles. The phytosome was made by mixing 1:1 phospholipid:extract with thin layer hydration method. Entrapment efficiency value of the phytosome suspension is 47,56 ± 1,68 %. Penetration test of both creams was run using Franz diffusion cell method. The cumulative amount of asiaticoside penetrated from phytosomal and non-phytosomal cream reaches 4,56 ± 0,32 µg/cm2 and 1,86 ± 0,24 µg/cm2, with the percentage of 40,81 ± 2,83%, and 16,66 ± 2,17%. Flux value from the phytosomal and non-phytosomal cream amounts 0,659 ± 0,035 µg.cm-2.hr-1 and 0,465 ± 0,061 µg.cm-2.hr-1. These results show that Centella asiatica L. extract in phytosomal cream gives better penetration profile compared to non-phytosomal cream. Both creams are showing good physical stability through organoleptic, homogenicity, and also viscosity observations done throughout two months at various temperatures and conditions.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Kartika Marsaulina S.
"Daun sirih Piper betle L memiliki kemampuan anti bakteri yang baik. Profil antibakteri tersebut disediakan oleh kandungan metabolit sekunder di dalam sediaan. Ekstrak etanol 80 daun sirih memiliki kompatibilitas yang baik untuk dijadikan sediaan farmasi. Penelitian oleh American Podiatric Medical Association pada tahun 2014 menunjukkan bahwa bau kaki menjadi permasalahan pada kaki yang banyak dialami masyarakat pada saat ini. Bau kaki tersebut banyak disebabkan oleh adanya bakteri, yakni bakteri Bacillus subtilis. Untuk mengatasi bau kaki dibuat sebuah sediaan antibaukaki. Sediaan spray dipilih karena menyediakan kenyamanan yang tinggi bagi pengguna.
Penelitian ini menguji berbagai konsentrasi ekstrak dalam formula untuk menemukan konsentrasi kandungan ekstrak etanol yang paling baik, yang dapat menunjukkan diameter zona hambat terhadap bakteri Bacillus subtilis. Selain itu, dilakukan juga uji stabilitas fisik pada penyimpanan selama 8 minggu di suhu kamar 28 2°C , suhu tinggi 40 2°C, dan suhu rendah 4 2°C. Kontrol, Formula 1, Formula 2, dan Formula 3.
Hasil uji stabilitas menunjukkan profil stabilitas fisik dengan parameter organoleptis yang baik. Kadar ekstrak etanol 80 daun sirih yang tepat untuk dapat memberikan diameter zona hambat minimum, diberikan oleh Formula 3, yakni ge; 2 mg/ml, dengan angka zona hambat minimum terhadap bakteri Bacillus subtilis, dengan diameter hambat yang terbentuk sebesar 2 mm.

Betel leaf has long been proven and widely used in Indonesia for its antibacterial activities. Betel leaf 80 ethanolic extract has high compatibility to be made as a widely used pharmaceutical product, including spray. In 2014 American Podiatric Medical Association, studied a significant increasing of foot odor prevalence between our citizens. One of the reason of foot odor is caused by bacteria, mostly by Bacillus subitilis.
This study focussed on creating a pharmaceutical product with a strong antibacterial that showed minimum bactericidal concentration MBC towards bacteria that caused foot odor. Spray product was chosen because of the great pleasant experience for the user. The study tested various concentrations of betel leaf 80 ethanolic extract, to study its antibacterial activity. Stability testing towards its physical property on 8 week storage in three different temperature room temperature 28 2°C, high tempreature 40 2°C, and low temperature 4 2°C, was also conducted.
The three spray showed great physical stability profile on organoleptic parameters. Betel leaf 80 ethanolic extract, in the Formulation 3 showed Minimum Bactericidal Concentration MBC in 2 mm area with the formula that contained ge 2 mg ml Ethanolic Extract.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>