Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159641 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ira Rahaden Kusuma
"Xilitol adalah poliol yang sering digunakan sebagai pengganti sukrosa karena memiliki kemanisan yang relatif sama dengan sukrosa, dapat digunakan sebagai pengganti gula bagi penderita diabetes dan penderita gangguan metabolisme lemak serta dapat mencegah timbulnya karies gigi. Produksi xilitol dalam penelitian ini dilakukan melalui proses biokonversi substrat hidrolisat hemiselulosa dari ampas tebu menggunakan khamir Hansenula polymorpha. Optimasi dilakukan terhadap cara penylapan hidrolisat hemiselulosa dan variasi penggunaan sumber nitrogen di dalam media. Analisis terhadap hasil dilakukan secara KCKT dengan kolom Metacarb Ca plus (300 X 7,8) mm pada suhu 50°C, fase gerak aquabidestilata dengan kecepatan alir 0,3 ml/menit dan dideteksi menggunakan detektor indeks bias. Hasil biokonversi menunjukkan bahwa konsentrasi xilosa terbesar diperoleh jika proses hidrolisa dilakukan menggunakan autoklaf dengan suhu 121®C, tekanan 2 atm selama 20 menit yaitu sebesar 91,67 g/L. Sedangkan produksi xilitol terbaik diperoleh jika sumber nitrogen yang digunakan adalah urea dengan konsentrasi terbesar terdapat pada hari pertama kultivasi yaitu 3,72 g/L.

Xylitol is a polyols which is used as a sucrose subtitute because of its similarity of sweetness, it can be used as sugar subtitute for diabetics and lipid metabolism disorders and it can also prevent the incidence of dental caries. The production of xylitol in this research is carried out by bioconversion process of hemicellulosic hydrolysate substrate from sugar cane bagasse using a yeast, Hansenula polymorpha. The optimation was done to the hemicellulosic hydrolysate pretreatment and variation of nitrogen sources in medium. The product was analysed through HPLC method with Metacarb Ca plus coloum (300 X 7,8) mm at 50°C and aquabidestilata as mobile phase, flow rate 0,3 ml/minute and detected by Refractive Index Detector. The bioconversion results showed that highest xylose concentration was achieved when hydrolysis process was done by autoclave at 121°C, 2 atm for 20 minutes. While the best xylitol production was achieved when it's used urea as a nitrogen source with highest concentration at the first cultivation day is 3,72 g/L.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2002
S70490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2002
S32315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2001
S32269
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Faisal
"Xilitol (C5H12O5) merupakan pemanis alami yang mempunyai kelebihan dibandingkan gula lainnya. Xilitol mempunyai nilai kalori yang rendah, aman dikonsumsi, memiliki tingkat kemanisan yang sama dengan sukrosa dan juga bersifat non-kariogenik artinya tidak menyebabkan karies pada gigi. Umumnya xilitol diproduksi secara kimiawi melalui proses hidrogenasi xilosa, dengan bantuan katalis nikel pada suhu 80-140 0C dan tekanan 50 atm. Selain itu, terdapat alternatif lain untuk membuat xilitol, yaitu secara fermentasi menggunakan khamir. Sumber xilosa umumnya berasal dari limbah lignoselulosa yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya ampas tebu. Bila ampas tebu dihidrolisis, akan didapatkan komponen penyusunnya yang salah satunya adalah xilosa.
Pada penelitian ini dilakukan hidrolisis ampas tebu menggunakan asam sulfat dan didapatkan xilosa sebesar 15,41% (w/w). Hidrolisat yang didapatkan kemudian difermentasikan menggunakan Candida fukuyamaensis dan Candida boidinii. Dari hasil fermentasi didapatkan bahwa C.fukuyamaensis lebih berpotensial dibandingkan Candida boidinii sebagai agen biologis untuk mengkonversi xilosa menjadi xilitol dengan persen konversi xilosa menjadi xilitol sebesar 7,3126 % (w/w)."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30416
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Xilitol merupakan pemanis alami yang terdapat dalam sayuran dan
buan-buanan Xilitol sebagai pemanis yang aman dan menyenatkan,
mempunyai beberapa keunggulan, antara Iain bersifat nonkariogenik_ Xilitol
dapat diproduksi dari xilosa, dimana xilosa diperolen dengan Cara nidrolisis
nemiselulosa yang banyak terdapat dalam Iimban Iignoselulosa seperti
ampas tebu_ Kadar nemiselulosa dalam ampas tebu 27,97 %; sedangkan
sekam padi dan kelapa savvit masing-masing 16,94-21,95 % dan 24 %_
Dalam penelitian ini ditentukan kondisi optimum nidrolisis kimiavvi ampas tebu
untuk mengnasilkan xilosa sebagai banan pembuatan xi|ito|_ Beberapa
parameter yang mempengaruni terbentuknya xilosa, yaitu konsentrasi asam,
vvaktu, dan sunu_ Selain itu, juga dibandingkan nasil nidrolisis kimiavvi ini
dengan nidrolisis enzimatik yang telan dilakukan olen peneliti sebelumnya
Berdasarkan nasil analisis pengukuran, didapatkan kondisi optimum nidrolisis
kimiavvi dari 1 g ampas tebu yaitu konsentrasi HQSO4 0,3 IVI; vvaktu 25 menit,
dan sunu 121 OC, dengan kadarxilosa 19,45 % (vv/vv) dan persen nidrolisis
sebesar 69,53 % (vv/vv)_ Sedangkan nasil nidrolisis enzimatik ciari 4 g ampas
tebu dinasilkan xilosa sebesar 0,86 % (vv/vv) dengan persen nidrolisis 3,07 %
(vv/W)."
Lengkap +
Universitas Indonesia, 2007
S30435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marvi Nurjanah
"Xilitol merupakan senyawa gula polialkohol dengan lima atom karbon. Senyawa tersebut memiliki banyak manfaat dan telah digunakan secara luas dalam industri makanan, farmasi, dan kesehatan. Sumber karbon yang berlimpah seperti lignoselulosa dapat dimanfaatkan untuk produksi xilitol. Salah satu sumber karbon yang potensial dan prevalensinya tinggi di Indonesia adalah eceng gondok. Tanaman ini dikenal sebagai gulma dan kurang dimanfaatkan oleh masyarakat.
Tujuan dari penelitian ini adalah pemanfaatan tanaman eceng gondok yang mengandung hemiselulosa sebagai substrat dalam biokonversi xilosa menjadi xilitol oleh sel khamir Debaryomyces hansenii. Tahapan optimasi meliputi optimasi hidrolisis dari eceng gondok menggunakan response surface method dan optimasi kondisi fermentasi.
Kondisi hidrolisis yang optimum diperoleh dengan perbandingan bobot eceng gondok terhadap larutan asam oksalat 8% 1:7,5 (b/v) selama 75 menit pada suhu 121oC. Kondisi tersebut menghasilkan yield sebesar 20,66%. Kondisi optimum fermentasi produksi xilitol oleh Debaryomyces hansenii dicapai dengan waktu kultivasi selama empat hari, kondisi aerasi terbatas, dan penambahan ion logam CaCl2.2H2O 0,01%. Kondisi tersebut menghasilkan yield value sebesar 77,43%.

Xylitol is a five-carbon polyol sugar. It has many healthy benefits and is widely used in food, pharmaceutical, and healthcare. Sources with abundant carbon such as lignocellulose can be used for xylitol production. One of the potencial sources with high prevalency in Indonesia is water hyacinth. It is known as weeds and has not been fully utilized by people.
The aim of this research is the utilization of water hyacinth which contains hemicellulose as a substrate in the bioconversion of xylose into xylitol by Debaryomyces hansenii yeast. Stages of processing include the optimization of water hyacinth hydrolysis using response surface method and optimization of fermentation conditions.
Optimum hydrolysis condition obtained by water hyacinth mass to 8% oxalic acid volume ratio of 1:7.5 (w/v) for 75 minutes at temperature of 121oC. The condition obtained yield of 20.66%. The optimum fermentation condition for xylitol production by Debaryomyces hansenii was achieved by four day cultivation, limited aeration condition, and addition of metal ions CaCl2.2H2O 0.01%. The condition obtained yield value of 77.43 %.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulida Oktaviani
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan teknik adaptasi dan
imobilisasi sel khamir Candida tropicalis InaCC Y799 pada fermentasi xilitol dari
hidrolisat hemiselulosa daun tebu (Saccharum officinarum L.). Praperlakuan daun
tebu dilakukan menggunakan 1,8% asam maleat dan iradiasi gelombang mikro
pada suhu 180 C selama 5 menit. Penelitian bertujuan untuk mempelajari
kemampuan khamir untuk tumbuh dan beradaptasi pada hidrolisat hemiselulosa
sebelum fermentasi, dan meneliti potensi penggunaan matriks kalsium alginat
untuk imobilisasi sel khamir, serta pengaruhnya dalam peningkatan produksi
xilitol dari hidrolisat hemiselulosa daun tebu. Hasil menunjukkan bahwa khamir
C. tropicalis InaCC Y799 teradaptasi mampu tumbuh pada media hidrolisat
hemiselulosa daun tebu. Adaptasi khamir pada 75% hidrolisat menghasilkan
konsentrasi dan rendemen xilitol maksimum masing-masing sebesar 11,27 1,65
g/L dan 0,56 0,05 g/g (54,98% dari nilai rendemen teoritis) selama 24 jam
fermentasi, lebih tinggi daripada khamir tidak teradaptasi (kontrol). Namun
demikian, imobilisasi C. tropicalis pada kalsium alginat hanya menghasilkan
konsentrasi dan rendemen xilitol maksimum masing-masing sebesar 5,51 0,63
g/L dan 0,27 0,04 g xilitol/g xilosa awal (29,97% dari rendemen teroritis)
selama 48 jam fermentasi. Konsentrasi dan rendemen xilitol pada sistem sel
terimobilisasi setengah kali lebih rendah daripada sel bebas (kontrol).

ABSTRACT
Research on adaptation and immobilization method of Candida tropicalis
InaCC Y799 in xylitol production from sugarcane (Saccharum officinarum L.)
waste hemicellulosic hydrolysate has been conducted. Sugarcane waste were
pretreated with 1,8% of maleic acid and microwave at 180 C for 5 minutes. The
aim of this research were to study the effects of yeast adaptation using sugarcane
waste hydrolysate and the potential of using calcium alginate as immobilization
matrix of yeast C. tropicalis InaCC Y799 in the xylitol production during
fermentation. The results revealed that fermentation using adapted yeast in 75%
concentration of hydrolysate produce higher xylitol concentration and yield than
those with non adapted yeast. The highest xylitol concentration and yield obtained
using adapted yeast were 11.27 1.65 g/L and 0.56 0.05 g xylitol /g initial
xylose (54.98% of theoretical yield) for 24-hours fermentation. However, the
highest xylitol yield obtained by immobilization method were 5.51 0.63 g/L and
0.27 0.04 g xilitol/g initial xylose (29.97% of theoretical yield) for 48-hours
fermentation, which were lower than free cells system.
"
Lengkap +
2019
T53771
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Fatmawati
"Indonesia merupakan negara agraris yang setiap tahunnya mengnasilkan padi dalam jumlah besar, namun di sisi Iain hal ini menyebabkan banyaknya jumlah Iimbah jerami padi. Untuk itu diperlukan penanganan limbah yang tepat guna. Pada penelitian ini dicoba memanfaatkan Iimbah jerami padi yang dibagi menjadi merang dan batang sebagai bahan baku xilitol dengan hidrolisis menggunakan H2304 0,3 M pada suhu 121° C dengan waktu optimum 45 menit. Sebelum hidrolisis, dilakukan delignifikasi menggunakan NaOH 1%, suhu 55° C selama 2 jam. Kadar xilosa pada substrat merang sebesar 4918,6 mg/L dan batang 32863 mg/L. Untuk substrat yang didelignifikasi pada merang 3148,5 mg/L dan 1869,5 mg/L pada batang.
Hasil hidrolisis ini kemudian difermentasi dengan khamir penghasil enzim xy/ose reductase, yaitu Candida fukuyamaensis Sampel diberi perlakuan detoksifikasi untuk mehgnilangkan senyawa yang menghambat pertumbuhan khamir, yaitu diberi arang aktif 1% dan dikocok dengan shaker selama setengan jam. Konsentrasi xilitol optimum dihasilkan dengan perlakuan detoksifikasi yaitu untuk substrat merang sebesar 545,6 mg/L dan pada batang 226,7 mg/L, sedangkan persen konversi terhadap substrat awal paling tinggi juga dihasilkan oleh substrat jerami dengan perlakuan detoksifikasi, yaitu sebesar 1,6 % pada merang dan O,7% pada batang. Persen konversi terhadap xilosa awal paling tinggi dihasilkan oleh substrat dengan perlakuan dellgnifikasi-detoksifikasi, yaitu merang besar 17,104% dan batang 7,49%."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30355
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah Nurhidayah
"Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tanaman yang mengandung hemiselulosa tinggi, namun pemanfaatannya belum optimal. Tujuan penelitian adalah pemanfaatan eceng gondok sebagai sumber substrat dalam biokonversi xilosa menjadi xilitol menggunakan khamir Debaryomyces hansenii. Penelitian dilakukan dua tahap yaitu pencarian kondisi optimum autohidrolisis dan biokonversi hidrolisat yang dihasilkan menjadi xilitol selama 3 hari dengan penggojokan 200 rpm pada suhu kamar. Kondisi optimum perolehan xilosa diperoleh melalui metode autohidrolisis selama 75 menit dengan rasio eceng gondok dan air 1:15 serta pasca hidrolisis selama 45 menit menggunakan asam sulfat 4%. Hasil hidrolisat yang didapatkan adalah 25,55 g/L xilosa. Biokonversi dengan konsentrasi xilosa 10% menghasilkan yield value xilitol sebesar 21,67%. Penambahan kosubstrat glukosa 1% dan gliserol 3% meningkatkan yield value xilitol masing-masing sebesar 25,95% dan 31,61%.

Water hyacinth (Eichhornia crassipes) is a plant containing high hemicellulose, but its utilization was not optimal. The research purpose is the utilization of water hyacinth as substrate source in the bioconversion of xylose into xylitol using Debaryomyces hansenii yeast. The research was conducted into two stages. Firstly, searching an optimum autohydrolysis conditions. Secondly, bioconversion of the resulting hydrolyzate into xylitol which carried out for 3 days with shaking 200 rpm at room temperature. The optimum conditions for the acquisition of xylose obtained through autohydrolysis methods for 75 minutes with 1:15 water hyacinth and water ratio and posthydrolysis for 45 min using 4% sulfuric acid. Results obtained from hydrolyzate was 25.55 g / L xylose. Bioconversion of 10 % xylose produce 21.67% xylitol yield. Cosubstrates addition of 1% glucose and 3 % glycerol increase xylitol yield respectively 25.95% and 31.61%."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Mediana
"Xilitol merupakan gula poliol berkarbon lima yang dimanfatkan sebagai pemanis pengganti gula dalam industri makanan dan farmasi. Produksi xilitol secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan tekanan dan temperatur yang tinggi serta memerlukan pemurnian berulang sehingga metode ini dianggap kurang ekonomis dalam biaya produksi. Maka dari itu, dilakukan produksi xilitol dengan cara fermentasi yang dianggap lebih ekonomis karena sumbernya dapat lebih murah dan tidak memerlukan pemurnian yang berulang. Fermentasi dilakukan dengan memanfaatkan hidrolisat limbah industri tandan kosong kelapa sawit sebagai substrat oleh khamir Debaryomyces hansenii UICC Y-276.
Tujuan penelitian ini adalah, menghasilkan xilitol dengan fermentasi memamanfaatkan hidrolisat limbah industry tandan kosong kelapa sawit yang mengandung xilosa. Hemiselulosa tandan kosong kelapa sawit dihidrolisis dengan katalis asam oksalat dan dioptimasi mengunakan metode statistik response surface method.
Optimasi kondisi fermentasi produksi xilitol meliputi; konsentrasi metanol, jenis sumber nitrogen dan konsentrasi sumber nitrogen. Kondisi optimal hidrolisis berdasarkan response surface methode adalah 8 gram bobot tandan kosong kelapa sawit dalam 35 ml (1:5 b/v), 75 menit, dan konsentrasi asam oksalat 6%, serta didetoksifikasi selama 75 menit oleh arang aktif 2%. Xilosa yang dihasilkani sekitar 28 g/L. Yield value xilitol terbesar ditunjukan pada kondisi fermentasi dengan penambahan metanol 1,5% dan ammonium sulfat sebagai sumber N, yaitu 29,68%.

Xylitol is five-carbon polyol sugar which widely used as sweetener in food and pharmaceutical. Production xylitol by chemical procedures using high pressure and temperature and also needed extensive purification are less cost-effective in production. Fermentation which has more advantages with lower cost caused of cheaper substrate and the non-necessity of xylose purification. Fermentation for this research utilizing waste oil palm empty fruit bunch fiber hydrolysate by Debaryomyces hansenii UICC Y-276 yeast.
The purpose of this research is to produce xylitol with fermentation method, utilizing waste biomass hydrolysate from oil palm empty fruit bunches containing xylose. Hemicellulose from oil palm empty fruit bunches was hydrolized by oxalic acid and also optimized using RSM statistic methode. Optimization of fermentation conditions for xylitol production are optimization methanol concentration and nitrogen source.
Optimum conditions for hydrolysis of oil palm empty fruit bunches fiber obtained from response surface method were 8 gram in 35 ml (1:5 b/v), 75 minute, and dan 6% oxalic acid concentration with 75 minute detoxification by 2% carchoal adsorben give xilose concentration 28 g/L. The highest yield value of xylitol, 29,68 % given by fermerntation condition with the addition of 1,5% methanol and ammonium sulfate as nitrogen source.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>