Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58850 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2002
S32339
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Sugiat
"Salah satu senyawa yang telah diketahui memiliki peran penting dalam pencegahan dan pengobatan penyakit adalah senyawa antioksidan. Salah satu sumber senyawa antioksidan adalah senyawa-senyawa fitonutrien, yaitu senyawa yang terkandung dalam tanaman. Saat ini, telah banyak tanaman dieksplorasi untuk mendapatkan kandungan metabolit sekundernya. Akan tetapi, perhatian terhadap hasil samping dan limbah dari industri pangan masih sangat sedikit. Salah satu hasil samping industri makanan yang memiliki potensi yang sangat besar adalah dedak padi (Oryza sativa L.). Oleh karenanya, perlu diketahui potensi dedak padi, terutama sebagai salah satu sumber senyawa antioksidan dan senyawa-senyawa fenol. Dalam menentukan aktivitas antioksidan, digunakan dua metode, yaitu metode peredaman radikal DPPH dan metode Penentuan Kekuatan Reduksi, sedangkan kadar fenol total ditetapkan dengan metode Folin-Ciocalteu. Dalam Penelitian ini, kadar fenol total yang terbanyak dikandung pada ekstrak metanol dedak padi varietas OM-4495 dengan kadar fenol total 71,85 mg setara asam galat / gram, sedangkan dari uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH memberikan hasil nilai IC 50 terkecil diberikan oleh ekstrak metanol dedak padi varietas IR-64 yaitu sebesar 350,64 ppm dan dengan metode Penentuan Kekuatan Reduksi memberikan hasil terbaik pada ekstrak metanol dedak padi varietas IR-42 yaitu sebesar 39,23% dibandingkan dengan standar BHT.

Compound that has been known to have an important role in the prevention and treatment of disease is antioxidant. One source of antioxidant compounds are phytonutrients, i.e. compounds contained in plants. In recent years, many plants have been explored to obtain the secondary metabolites. However, there are few attention to the co-products and wastes from food industries. One co-product of food industry that has been promising potential is the rice bran. As a source of phytonutrient, the potency of rice bran is in its antioxidant activity and phenolic compounds. Antioxidant activity of rice bran is determined by DPPH Scavenging Assay and Reducing Power Determination, while Total Phenolic Contents is determined by Folin-Ciocalteu Reagent. In Folin-Ciocalteu Method, the highest total phenolic content is methanolic extract of rice bran from OM- 4495 variety, i.e. 71.85 mg Gallic Acid Equivalent / gram. DPPH Scavenging Assay give result as the lowest IC 50 given by methanolic extract of rice bran from IR-64 variety, i.e. 350.64 ppm and Reducing Power Determination Method give the highest result by methanolic extract of rice bran from IR-42 variety, i.e. 39.23% of BHT standard."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S33117
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Obesitas merupakan masalah kesehatan yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Jamu pelangsing “SF” terhadap berat badan, kadar trigliserida dan kolesterol total. Pada percobaan ini digunakan 60 ekor tikus putih jantan dengan berat badan 200-300 g dan berumur 3-4 bulan yang dibagi menjadi enam kelompok. Kelompok I, II dan III merupakan kelompok kontrol normal, perlakuan dan pembanding (orlistat). Sedangkan Kelompok IV, V dan VI masing-masing diberi jamu pelangsing ”SF” dengan dosis 1,35 g/kg bb per hari 2,7g/kg bb per hari dan 5,4 g/kg bb per hari. Setiap kelompok diberi asupan diit tinggi lemak dan kolesterol, kecuali kontrol normal. Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari. Setelah 60 hari perlakuan, dilakukan pengambilan darah dilanjutkan dengan pengukuran kadar trigliserida dan kolesterol total secara spektrofotometri dengan metode enzimatik kolorimetri. Hasil uji ANAVA dan uji t berpasangan menunjukkan bahwa jamu pelangsing ”SF” dengan dosis 5,4 g/kg bb per hari dapat menghambat pertambahan berat badan, menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol total secara bermakna (p<0,05)."
Universitas Indonesia, 2007
S32628
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rofa Falachudin
"Fenol merupakan pencemar yang sangat berbahaya di lingkungan karena bersifat racun dan sangat sulit didegradasi oleh organisme pengurai. Fenol adalah senyawa kimia yang dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh makhluk hidup, karsinogenik, dan termasuk golongan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Pada saat melaksanakan praktik kerja lapangan di PT. Core Lab Indonesia dilakukan analisis kadar total fenol dengan metode spektrofotometri yang mengacu pada US EPA 420.1 (United States Environmental Protection Agency). Sampel berupa air (water) telebih dahulu di destilasi kemudian di uji secara kualitatif apakah kadar fenol nya kecil atau besar. Jika kadar fenol kecil maka harus di ekstrak terlebih dahulu dengan menggunakan pereaksi yaitu larutan penyangga ammonia, larutan 4-aminoantipirin, larutan kalium ferisianida, dan kloroform. Kemudian diukur dengan spektrofotometer visible pada panjang gelombang 460 nm. Jika kadar fenol besar langsung ditambahkan pereaksi yaitu larutan penyangga ammonia, larutan 4-aminoantipirin, larutan kalium ferisianida dan langsung diukur dengan spektrofotometer visible pada panjang gelombang 510 nm. Hasil yang di dapat yaitu sampel A mengandung total fenol sebesar 0.1421mg/L (ppm), sample B sebesar 0.1888 mg/L (ppm), sample C sebesar 1.2638 mg/L (ppm), dan sample D sebesar 1.9421 mg/L (ppm), ternyata kadar total fenol dalam sampel air (water) yang dianalisis tidak melebihi nilai ambang batas yang diperbolehkan oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2007 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi yaitu sebesar 2 mg/L (ppm)."
2009
TA1457
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Isra
"Penghambat-glukosidase adalah salah satu golongan obat yang digunakan sebagai antidiabetes, serta dapat menyebabkan penurunan berat badan. Kulit batang matoa Pometia pinnata diketahui dapat digunakan sebagai antidiabetes, daun matoa diketahui memiliki kandungan flavonoid dan glikosida yang menjadikannya memiliki potensi sebagai penghambat α-glikosidase. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh ekstrak teraktif dalam menghambat α-glukosidase, mengetahui kadar fenol dan flavonoid total dari ekstrak kulit batang dan daun Pometia pinnata. Pada penelitian ini, kulit batang dan daun Pometia pinnata diekstraksi dengan cara refluks bertingkat. Dilakukan uji penghambatan α-glukosidase secara in vitro, pengukuran kadar fenol dan flavonoid total terhadap ekstrak kental. Ekstrak etanol merupakan ekstrak teraktif pada masing-masing ekstrak. Nilai IC50 yang didapatkan pada kedua ekstrak teraktif adalah 9,20 1,33?g/mL pada ekstrak etanol daun dan 13,44 2,85 g/mL pada ekstrak etanol kulit batang. Nilai ini lebih rendah dari standar akarbose yang memiliki nilai IC50 109,59 ?g/mL. Kadar fenol tertinggi pada ekstrak daun adalah ekstrak etanol dengan nilai 211,111 mg GAE/g ekstrak, sedangkan ekstrak kulit batang yang memiliki kandungan fenol adalah ekstrak etanol dengan nilai kadar fenol 51,852 mg GAE/g ekstrak. Sementara itu kadar flavonoid tertinggi ekstrak daun adalah pada ekstrak etil asetat daun, dengan nilai kadar 177,688 mg QE/g ekstrak, dan nilai kadar flavonoid pada ekstrak etanol kulit batang adalah 43,443 mg QE/g ekstrak. Kesimpulan dari pengujian ekstrak daun dan kulit batang matoa Pometia pinnata ini adalah kenaikan kandungan fenol ataupun flavonoid total terhadap kenaikan aktivitas penghambatan enzim adalah tidak sebanding.

Glucosidase inhibitors are class of drugs used as antidiabetic and can cause weight loss. The stem bark of matoa Pometia pinnata is known to be used as an antidiabetic, matoa leaf is known contain flavonoids and glycosides which make it potentially as glycosidase inhibitor. The aim of this study was to obtain the most active extracts in inhibiting glucosidase, find out the phenol and flavonoid content of Pometia pinnata stem bark and leaf extracts. The Pometia pinnata stem bark and leaf were extracted by multistage reflux. In vitro glucosidase inhibition test, total phenol and flavonoid content measurement on viscous extract were conducted. Ethanol extract is the most active extract in this study. The IC50 values of two most active extracts are 9,20 1,33 g mL on leaf ethanol extract and 13,44 2,85 g mL on stem bark ethanol extract. This value is lower than the standard acarbose which has IC50 value 109,59 g mL. The highest phenol content in leaf extract was ethanol extract, which value is 211,111 mg GAE g extract, while stem bark extract that containing phenol was ethanol extract, which value of phenol content is 51,852 mg GAE g extract. Meanwhile, the highest flavonoid content of leaf extract was on ethyl acetate leaf extract which value is 177,688 mg QE g extract, and flavonoid content value on the stem bark ethanol extract is 43,443 mg QE g extract.The conclusion of leaf and stem bark matoa Pometia pinnata extract test is the increase of phenol or flavonoids content to increase of enzyme inhibition activity is not comparable.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafidz Makarim Ilmi
"Inflamasi memiliki reaksi lokal pada jaringan terhadap cedera yang salah satu mediatornya adalah leukotrien. Leukrotrien dihasilkan dari metabolisme asam arakidonat oleh lipoksigenase dan dapat meningkatkan permeabilitas kapiler dan meningkatkan adhesi leukosit. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh fraksi teraktif dalam menghambat lipoksigenase, mengetahui kadar fenol dan flavonoid total dari ekstrak kulit batang dan daun Artocarpus Heterophyllus. Pada penelitian ini, kulit batang dan daun Artocarpus Heterophyllus diekstraksi dengan cara refluks bertingkat. Dilakukan uji penghambatan lipoksigenase secara in vitro, pengukuran kadar fenol dan flavonoid total terhadap masing-masing fraksi. Ekstrak etanol merupakan ekstrak teraktif pada masing-masing fraksi.
Nilai IC50 yang didapatkan pada kedua fraksi teraktif adalah 31,82 g/mL pada fraksi etil asetat kulit batang dan 46,61 g/mL pada fraksi etil asetat daun. Nilai ini lebih rendah dari standar apigenin yang memiliki nilai IC50 2,08 g/mL. Kadar fenol tertinggi adalah ekstrak etanol daun dengan nilai 404,903 mg GAE/g ekstrak. Sementara itu kadar flavonoid adalah pada ekstrak etil asetat kulit batang, dengan nilai kadar 372,362 mg QE/g ekstrak. Kesimpulan dari pengujian ekstrak daun dan kulit batang nangka Artocarpus Heterophyllus ini adalah kenaikan kandungan fenol ataupun flavonoid total berpengaruh terhadap kenaikan aktivitas penghambatan enzim.

Inflammation is a local reaction at the cascular tissue to injury that mediated by leukotriens. Leukotriens produced by arachidonic acid metabolism, those can increase tha permeability of capillaries and improves the adhesion of leukocytes. The aim of this study was to obtain the most active extracts in inhibiting Lypoxygenase find out the phenol and flavonoid content of Artocarpus heterophyllus stem bark and leaf extracts. The Artocarpus heterophyllus stem bark and leaf were extracted by multistage reflux. Ethanol extract is the most active extract in this study.
The IC50 values of two most active extracts are 31,82 g mL on stem bark ethyl acetate extract and 46,61 g mL on leaf ethyl acetate extract. This value is lower than the standard apigenin which has IC50 value 2,08 g mL. The highest phenol content in leaf extract was ethanol extract, which value is 404,903 mg GAE g extract. Meanwhile, the highest flavonoid content of leaf extract was on ethyl acetate leaf extract which value is 372,362 mg QE g extract.The conclusion of nangka leaf and stem bark Artocarpus heterophyllus extract test is the increase of phenol or flavonoids content to increase of enzyme inhibition activity is comparable.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aini
"Jamu merupakan obat tradisional Indonesia. Peraturan pemerintah menyatakan bahwa di dalam jamu tidak diperbolehkan terkandung bahan kimia sintetik atau hasil isolasi berkhasiat obat. Namun pada kenyataannya masih terdapat jamu-jamu yang mengandung bahan berkhasiat obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Bisakodil, Furosemid dan Sibutramin HCl dalam jamu pelangsing. Identifikasi dilakukan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri dengan eluen metanol – amonia pekat (100:1,5) dan eluen etil asetat, didukung dengan spektrum serapan dari masing-masing bercak yang mempunyai harga Rf yang sama dengan pembanding. Masing-masing obat ditotolkan sebanyak 2 μl pada lempeng KLT. Batas deteksi Bisakodil dengan volume penotolan 2 μl adalah 0,0447 μg, Furosemid adalah 0,0203 μg, dan Sibutramin HCl adalah 0,1256 μg. Dari hasil identifikasi terhadap sepuluh sampel jamu, ternyata tidak satu pun sampel jamu tersebut yang mengandung Bisakodil, Furosemid, maupun Sibutramin HCl."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syelli Noorsitta Rivai
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Wati
"Penggunaan jamu pelangsing “SF” yang merupakan kombinasi dari Phaseolus vulgaris, Guazuma ulmifolia, Garcinia cambogia, dan Green tea secara berulang dan dalam jangka waktu yang panjang menyebabkan perlu dilakukan pengujian terhadap tingkat keamanannya. Oleh karena itu penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh pemberian jamu pelangsing terhadap fungsi ginjal selama 90 hari. Jamu diberikan secara oral kepada 80 ekor tikus putih galur Sprangue-Dawley yang terdiri dari 40 ekor tikus jantan dan 40 ekor tikus betina.
Hewan uji dibagi secara acak kedalam empat kelompok, yaitu satu kelompok normal yang diberi CMC 0,5% dan tiga kelompok perlakuan yang masing-masing diberi jamu dosis 1,35 g/kg bb, 2,70 g/kg bb, dan 5,40 g/kg bb tikus. Pada hari ke-91 dilakukan pengambilan darah untuk pengukuran kadar urea dan kreatinin plasma secara kolorimetri.
Hasil ANAVA satu arah (α = 0,05) menunjukan tidak ada perbedaan bermakna dari kadar urea dan kreatinin plasma antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penggunaan jamu pelangsing selama 90 hari tidak mempengaruhi fungsi ginjal."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S32577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Hendriani
"Banyak orang berusaha untuk menurunkan maupun menjaga agar
berat badan ideal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
pemberian jamu pelangsing "SF" pada tikus putih selama 90 hari terhadap
organ ginjal ditinjau dari kadar urea dan histologis ginjal. Hewan coba yang
digunakan tikus putih jantan dan betina galur Sprague-Dawley berumur 3-4
bulan dengan berat badan 200-300 g. Pada hari ke-91 tikus diambil darahnya
melalui mata dan dibedah untuk diambil ginjalnya. Selanjutnya dilakukan
pengukuran kadar urea plasma dengan metode kolorimetri serta histologis
ginjal. Kadar rata-rata urea plasma kelompok perlakuan berkisar 31-37 mg/dl dan
kelompok kontrol 34-37 mg/dl. Diameter rata-rata glomerulus ginjal kelompok
perlakuan berkisar 0,88-0,96 μm dan kelompok kontrol 0,93 μm. Jarak ruang
rata-rata antara glomerulus dengan kapsula Bowman berkisar 0,09-0,11 μm dan
kelompok kontrol 0,1 μm. Hasil uji Oneway ANOVA pada =0,05 terhadap kadar
urea plasma, diameter glomerulus ginjal dan jarak ruang antara glomerulus
dengan kapsula Bowman tidak menunjukkan perbedaan bermakna baik antar
kelompok perlakuan maupun dengan kelompok kontrol. Penggunaan sediaan
jamu pelangsing "SF" selama 90 hari tidak mempengaruhi fungsi organ ginjal
tikus putih."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S32636
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>