Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57582 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhsin Alwan
"Sinar matahari mengandung spektrum ultraviolet yang dapat memicu timbulnya radikal bebas. Radikal bebas ini terhadap kulit dapat menyebabkan efek penuaan. Diperlukan suatu sediaan krim yang dapat memperbaiki kulit dari efek penuaan tersebut dan juga menetralkan efek radikal bebas. Krim vitamin E terbukti efektif mengurangi pembentukan radical bebas oleh paparan sinar UV pada kulit, akan tetapi keuntungan penggunaan sediaan topikal ini dikurangi oleh terbatasnya jumlah zat aktif yang dapat diabsorbsi oleh kulit. Dengan penambahan emolien primer dan sekunder berdasarkan prinsip RPI telah terbukti dapat meningkatkan penetrasi vitamin E. Adanya penambahan kedua emolien tersebut diperkirakan dapat mempengaruhi kestabilan fisik krim, oleh sebab itu dilakukan uji kestabilan fisik krim selama tiga bulan. Uji kestabilan meliputi penyimpanan pada suhu kamar, suhu 4°C, suhu 40°C, freeze thaw / cycling test dan uji mekanik. Parameter kestabilan yang diamati adalah organoleptis, pengukuran pH, viskositas dan diameter globul rata-rata. Hasil yang diperoleh adalah krim dengan penambahan Isopropil isostearat sebagai emolien primer dan trietil heksanoin sebagai emolien sekunder tidak stabil secara fisik pada penyimpanan 40°C, suhu kamar, dan uji mekanik dimana krim menunjukkan adanya pemisahan fase.

Sunlight has an ultraviolet spectrum which trigger the incidence of free radicals. They can cause photo aging effect on human. For that reason, one needs to repair the damage and neutralize the free radicals effect. Vitamin E cream is known can significantly decrease the UV radiation-induced radical flux in skin, however the advantages of the topical application of cream is reduced by limited amount of active ingredient absorbed by the skin. With RPI method, added a primary emollient and secondary emollient had been proven to improve the penetration of vitamin E. The primary emollient and secondary emollient added are estimated to influence physical stability of the cream. For that reason the physical stability test should be done for three months storage; including the storage at room temperature of 4°C, 40°C, freeze thaw and mechanical test. The stability parameters are organoleptics, pH, viscosity and globule s diameter measurement. This study resulted that cream with isopropyl isostearate and triethylhexanoin as the primary and secondary emollient were not stable when storage in 40°C, room temperature and mechanical test because the cream showed separation of phase.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S32826
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiri
Depok: Universitas Indonesia, 1998
S32077
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Nilawati
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan karbomer terhadap stabilitas fisik Krim X. Konsentrasi penambahan karbomer dalam formula Krim X pada percobaan ini adalah 0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4% dan 0,5%. Pada masing-masing sampel, yaitu Krim X formula pembanding dan formula uji, dilakukan evaluasi fisik dan uji stabilitas. Uji stabilitas dilakukan pada penyimpanan suhu 40±2oC dengan kelembaban 75% selama 8 minggu. Parameter stabilitas yang diamati adalah organoleptis, pH, jarak lebur, viskositas, sifat alir dan diameter globul ratarata.
Selama uji stabilitas, konsistensi krim pada formula pembanding, formula 1 dan 2 mengalami penurunan. Sedangkan pada formula 3, 4, dan 5 konsistensinya lebih stabil. Terjadi penurunan pH, jarak lebur dan viskositas, tetapi terjadi pembesaran ukuran diameter globul rata-rata dari keenam krim. Sifat alir dari keenam krim tidak mengalami perubahan yaitu tetap bersifat plastis thiksotropik, hanya terjadi efek pergeseran kurva yang disebabkan oleh penurunan viskositas. Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara konsentrasi penambahan karbomer dengan stabilitas fisik krim X. Semakin meningkatnya konsentrasi karbomer yang ditambahkan dalam formula Krim X, maka semakin meningkat pula kestabilan fisiknya.

The essence of this research is to get the information of carbomer adding influence to physical stability of Cream X formula. Carbomer was added in the formulas on this trial for each concentration, they are 0.1%; 0.2%; 0.3%; 0.4%; and 0.5%. For each samples, reference formula and trial formula, were physical evaluated and stability tested. Stability test was done in temperature 40±2oC with relative humidity at 75% during 8 weeks.
The evaluation during stability test are organoleptic, pH measured, melting range, viscosity, rheology and globul diameter average. During stability test, the consistency of cream reference formula, formulas 1 and 2 had decreased. But on formulas 3, 4 and 5, the consistency was more stable. There were decrease of pH, melting range, and viscosity, but globul diameter average were increased in all of formulas Cream X. The rheology was stable, means it is an plastic thixotrophy system, but there was an effect of sliding curve because of viscosity had been decreased. It is means that there is a correlation between carbomer adding with physical stability of Cream X. Which increased concentration of carbomer adding in cream X formula made the creams more stable."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32858
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fraida Aryani
"Telah dilakukan penelitian pengaruh penggunaan emolien sekunder terhadap penetrasi vitamin E asetat melalui kulit dari sediaan krim. Krim vitamin E asetat dibuat dalam tiga formula dengan menggunakan emolien sekunder yang berbeda yaitu trietilheksanoin, isopropil miristat, dan propilen glikol isostearat. Emolien sekunder yang digunakan berdasar pada pendekatan parameter lipofilisitas yang ditentukan dengan metode Relative Polarity Index (RPI). Penetrasi vitamin E asetat melalui kulit diuji dengan alat sel difusi Franz dengan menggunakan membran perut tikus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fluks vitamin E asetat dari yang paling besar adalah formula yang mengandung trietilheksanoin, isopropil miristat, dan propilen glikol isostearat yaitu masing-masing sebesar 571,56 ± 2,49 μgcm-2jam-1, 300,54 ± 2,40 μgcm-2jam-1, 266,03 ± 2,54 μgcm-2jam-1.

The influence of secondary emollient to vitamin E acetate penetration through the skin from cream dosage form has been studied. Vitamin E acetate cream was formulated by three kind of secondary emollients, trietylhexanoin, isopropyl myristate, and propylene glycol isostearate. The application of secondary emollient based on lipofilicity parameter approach, which determined by Relative Polarity Index (RPI) method. Penetration of vitamin E acetate through the skin were examined by Franz-diffusion cell and used mouse abdomen skin as membrane diffusion. This study showed the flux of vitamin E acetate cream containing trietylhexanoin, isopropyl myristate, and propylene glycol isostearate through the rat skin were 571,56 ± 2,49 μgcm-2h-1, 300,54 ± 2,40 μgcm-2h-1, 266,03 ± 2,54 μgcm-2h-1, respectively.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S33021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Panjaitan, Exaudi Ebennezer
"Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terbukti kaya akan kandungan xanton yang memiliki potensi aktivitas antioksidan yang sangat tinggi. Pada penelitian ini digunakan metode peredaman DPPH (2,2-Difenil-1-pikrilhidrazil) untuk mengetahui IC50 dari ektrak etanol kulit buah manggis dan sediaan serum. Penelitian ini merupakan aplikasi dari ekstrak kulit buah manggis dalam sediaan likuid dengan sedikit pelarut dan banyak komponen bioaktif, yang dalam istilah kosmetik disebut sebagai serum. Penelitian ini bertujuan untuk menguji stabilitas fisik dan pengaruh dari vitamin C terhadap aktivitas, stabilitas dan daya penetrasi ekstrak etanol kulit buah manggis pada serum antikerut. Selanjutnya ekstrak diformulasikan ke dalam tiga jenis sediaan yang terdapat variasi vitamin C sebagai peningkat penetrasi dan satu sediaan tanpa ekstrak dan vitamin C. Ketiga sediaan diuji daya penetrasinya secara in vitro dengan sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus betina galur Sprague-Dawley. Nilai IC50 ekstrak etanol kulit manggis adalah 15,27 ppm, sedangkan sediaan formula 1, 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 109.347,45; 13.275,86; 2014,18 dan 126,52 ppm. Jumlah kumulatif xanton total yang terpenetrasi dari sediaan formula 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 15,79±0,18; 26,85±1,03 dan 61,05±2,53%. Fluks dari sediaan formula 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 0,15±0,003; 0,37±0,01 dan 0,92±0,03 μg/cm2.jam. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya vitamin C akan meningkatkan daya penetrasi sediaan serum. Seluruh sediaan menunjukkan kestabilan secara fisik.

Mangosteen pericarp (Garcinia mangostana L.) has been proved to have plenty of xanthone with high antioxidant. This study was done using DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) to determine the IC50 of ethanolic extract of mangosteen pericarp and serum preparations containing extract. This study is an application of mangosteen pericarp extract in liquid preparations with a little solvent and many bioactive components, which in terms of cosmetics called serum. The aims of this study are to test the physical stability and the effect of vitamin C on the activity, stability and penetration ability of ethanolic extract of mangosteen pericarp on antiaging serum. Furthermore, ethanolic extract formulated into three variations in preparation of vitamin C as a penetration enhancer and one preparations without extract and vitamin C. The three preparations were examined their penetration ability by in vitro Franz diffusion cell using rat abdominal skin as diffusion membrane. IC50 values of ethanolic extract of mangosteen pericarp were obtained at 15,27 ppm, whilst the preparations formula 1, 2, 3 and 4 were 109.347,45; 13.275,86; 2014,18 and 126,52 ppm, respectively. Total cumulative penetration of total xanthone from formula 2, 3 and 4 were 15,79±0,18; 26,85±1,03 and 61,05±2,53%, respectively. Flux of total xanthone from formula 2, 3 dan 4 were 0,15±0,003; 0,37±0,01 and 0,92±0,03 μg/cm2.hour, respectively. Based on these results, it can be concluded that the presence of vitamin C will increase the penetration ability of serum preparation. All preparations showed physical stability.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Ninayanti Putri
"Peptida merupakan suatu komponen bioaktif yang beberapa tahun terakhir banyak dimanfaatkan dalam produk kosmetik, terutama produk perawatan kulit yaitu sebagai antikerut. Asetil heksapeptida-3(8) adalah salah satu peptida yang mampu memberikan efek anti kerut. Peptida sebagai peningkat penetrasi melalui mekanisme mempengaruhi lipid intermolekuler lapisan tanduk. Peptida memberikan efek hidrasi, oleh karena itu Asetil heksapeptida-3(8) juga mampu memberikan efek peningkat penetrasi komponen lain dalam suatu sediaan. Vitamin C telah diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan anti kerut. Vitamin C akan memberikan efek sinergis sebagai antikerut apabila dikombinasikan dengan Asetil heksapeptida-3(8). Maka dibuat penelitian untuk mengetahui pengaruh Asetil heksapeptida-3(8) terhadap penetrasi vitamin C dalam sediaan serum dan pengaruh terhadap stabilitas fisik dan kimia serum. Diformulasikan serum vitamin C yang mengandung Asetil heksapeptida- 3(8) dan tanpa peptida, kemudian dibandingkan daya penetrasinya secara in vitro dengan sel difusi Franz menggunakan kulit abdomen tikus. Jumlah kumulatif vitamin C yang terpenetrasi mealui kulit dari serum tanpa peptida adalah 20506,40 ± 8,14 μg/cm2 dan serum dengan peptida adalah 14391,91 ± 8,24 μg/cm2. Fluks vitamin C dari serum tanpa peptida adalah 2563,30 ± 1,02 μg/cm2 jam-1 dan serum dengan peptida 1798,99 ± 1,03 μg/cm2 jam-1. Dari uji stabilitas fisik, suhu rendah didapatkan paling stabil, sedangkan uji stabilitas kimia menggunakan KLT densitometer menunjukkan terjadi penguraian vitamin C pada semua kondisi penyimpanan.

Peptide is bioactive component that has been used in cosmetics in recent years, especially in skin care products because of its function as anti wrinkle substance. Acetyl hexapeptide-3(8) is on of peptide well-known by its antiwrinkle. Peptide for penetration enhancer agent through the mecanism of intermolecular affect of stratrum corneum lipids. Because of its hydration effect, Asetil heksapeptide-3(8) might enhance penetration of the other compound in a preparation. Vitamin C still has antioxidant and antiwrinkle activities. The combination of the Acetyl hexapeptide-3(8) and vitamin C result in a synergict effect producing anti wrinkle substance. Therefore, were made a research to understad the effect of Acetyl hexapeptide-3(8) on vitamin C penetration in serum preparation, and effect of those peptide on its physical and chemical stability. Two kinds of serum preparation, serum vitamin C with Acetyl hexapeptide-3(8) and without peptide. Penetration ability through skin was examined by in vitro Franz diffusion cell test using rat abdomen skin. Total cumulative penetration of vitamin C from serum without peptide and with peptide were 20506,40 ± 8,14 μg/cm2 and 14391,91 ± 8,24 μg/cm2. The percentage of penetrated vitamin C from serum without peptide and with peptide were 2563,30 ± 1,02 μg/cm2 hour-1 and 1798,99 ± 1,03 μg/cm2 hour-1. From physical test, low temperature condition shown the most stable form, while chemical stability test using TLC densitometer revealed vitamin C degradation at all temperature condition.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64871
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tresarum Rumi
"Salah satu buah dari kelompok buah berry yang mengandung antioksidan tinggi adalah buah rasberi (Rubus fraxinifolius P.). Aktivitas antioksidan buah rasberi dihasilkan oleh kandungan senyawa antosianin. Pada penelitian ini, ekstrak buah rasberi dibuat kedalam sediaan antiaging topikal. Untuk mendapatkan efek optimal dari sediaan topikal, antosianin harus dapat terpenetrasi melalui lapisan kulit. Dibuat empat formulasi, yaitu lotion tanpa peningkat penetrasi (F1), lotion dengan peningkat penetrasi etanol (F2), asam oleat (F3), propilen glikol (F4). Nilai aktivitas antioksidan (IC50) sediaan paling baik ditunjukkan oleh F3 yaitu 3684,04 ppm, bila dibandingkan dengan 4208,29 ppm (F1), 4683,36 ppm (F2), dan 4429,55 ppm (F4). Keempat formula diuji penetrasi secara in vitro dengan alat sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus. Jumlah kumulatif antosianin yang terpenetrasi dari lotion tanpa bahan peningkat penetrasi, dengan etanol, dengan asam oleat, dan dengan propilen glikol sebagai peningkat penetrasi, berturut-turut sebesar 476,68 ± 49,24 μg/cm2, 1275,00 ± 100,32 μg/cm2, 1751,06 ± 131,07 μg/cm2, 741,67 ± 60,61 μg/cm2. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan lotion F3 memberikan hasil penetrasi antosianin yang paling baik. Dari uji stabilitas fisik semua formula menunjukkan kestabilan fisik, kecuali formula F3.

One of the fruits of berries group containing high antioxidants is raspberries fruit (Rubus fraxinifolius P.). The antioxidant activity of raspberry fruit was produced by anthocyanin compound content. In this study, raspberry fruit extract was made into topical anti-aging preparations. To obtain the optimal effect from topical preparations, anthocyanins should be penetrated through the skin layers. Therefore, four formulations were made, i.e. lotion without penetration enhancers (F1), lotion with penetration enhancer: ethanol (F2), oleic acid (F3), propylene glycol (F4). The best antioxidant activity (IC50) was 3684.04 ppm (F3), compared to 4208.29 ppm (F1), 4683.36 ppm (F2), and 4429.55 ppm (F4). The penetration ability of all formulas was tested by Franz diffusion cells as in vitro method using rat abdominal membrane as diffusion membrane. The total cumulative amount penetration of anthocyanin from lotion without penetration enhancers, with ethanol, with oleic acid, and with propylene glycol as penetration enhancers were 476.68 ± 49.24 μg/cm2, 1275.00 ± 100.32 μg/cm2, 1751.06 ± 131.07 μg/cm2, dan 741.67 ± 60.61 μg/cm2 respectively. Based on these results, it can be concluded that formula F3 gives the best results of anthocyanin penetration. From the physical stability test all formulas showed physical stability, except F3.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56255
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Erni
"Pewarna rambut alami menjadi pilihan untuk memperbaiki penampilan rambut karena tidak berbahaya dan tidak menimbulkan alergi. Salah satu pewarna alami yang digunakan adalah pacar kuku. Penggunaan pacar kuku sering dicampur dengan air seduhan teh hitam untuk meningkatkan intensitas warna yang dihasilkannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas fisik dan efektivitas pewarnaan dari krim yang mengandung ekstrak pacar kuku dan ekstrak teh hitam. Dalam penelitian ini dibuat lima formulasi krim pewarna rambut yang masing-masing mengandung ekstrak pacar kuku 4%, ekstrak teh hitam 2% dan campuran kedua ekstrak yaitu pacar kuku 4% dengan teh hitam dengan variasi konsentrasi 0,5%, 1%, dan 2%.
Uji stabilitas krim dilakukan dengan pengamatan hasil cycling test, uji mekanik, dan penyimpanan pada suhu rendah (5°C±2°C), suhu kamar (27°C±2°C) dan suhu tinggi (40°C±2°C). Uji efektivitas pewarnaan antara lain intensitas warna dengan alat chromameter Minolta CR-300 dan ketahanan warna dengan penyimpanan di ruangan, penyinaran di bawah sinar matahari dan pencucian dengan sampo. Setiap formula menunjukkan kestabilan fisik selama 8 minggu, namun terjadi perubahan warna krim karena krim teroksidasi pada penyimpanan suhu kamar dan suhu tinggi. Formula campuran ekstrak pacar kuku 4% dan teh hitam dengan variasi konsentrasi 0,5%,1% dan 1% menghasilkan intensitas warna yang lebih kuat daripada formula ekstrak pacar kuku 4% . Setiap formula menghasilkan ketahanan warna selama 30 hari.

Natural hair colorants become the choice to improve hair performance because it is not harmful and non allergic. One of them is henna. Based on experience, the use of henna often mix with black tea for increasing the colour intensity from henna. The aim of this experiment is to know physical stability and coloring effectivity of combination of henna and black tea extract cream. In this experiment, five formulation were made: cream with 4% henna extract; cream with 2% black tea extract, cream with 4% henna extract combined with 0,5%, 1% and 2% of black tea extract.
The stability of cream formulations were tested by cycling test, centrifugal tested, and stored in low (4°C±2°C), room, and high (4°C±2°C) temperatures. The coloring effectivity in case of colour intensity was measured by chromameter Minolta CR-300 and in case of colour tenacity, the coloured hair was tested with three treatments : stored in room, sunlight exposed and shampoo washing. Each formulation shows the physical stability in 8 weeks, but changes in colour because of oxidation when stored in room and high temperatures. The combination of 4% henna extract with 0,5%, 1% and 1% black tea extract give the stronger colour intensity than 4% henna. Each formulation gives the colour tenacity in 30 days.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S1077
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>