Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185128 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ika Zuspita Anggrarini
"Asam benzoat dan asam sorbat merupakan zat antimikroba yang digunakan sebagai bahan pengawet pada makanan. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan asam benzoat dan asam sorbat yang terkandung dalam berbagai merek kecap yang beredar di kota Depok secara kromatografi lapis tipis (KLT) densitometri. Analisis dilakukan dengan menggunakan fasa gerak n-heksana : etil asetat (4:1) dengan penambahan asam asetat 1% volume; deteksi dengan Camag TLC Scanner III pada panjang gelombang maksimum 230 nm untuk asam benzoat dan 262 nm untuk asam sorbat.
Dengan metode ekstraksi AOAC, rata-rata perolehan kembali untuk asam benzoat dan asam sorbat masing-masing adalah 100,51% dan 85,06%; hasil percobaan dari 10 sampel ternyata ditemukan 6 sampel mengandung asam benzoat dengan kadar 87,48 - 3880,31 mg/kg kecap (dimana 1 sampel diantaranya melebihi kadar yang telah ditetapkan pemerintah); 2 sampel mengandung asam sorbat dengan kadar 15,74 - 20,46 mg/kg kecap dan 2 sampel lainnya tidak mengandung asam benzoat dan atau asam sorbat.

Benzoic acid and sorbic acid are antimicrobial substances that used as the food preservative substances. The purpose of this research was to analyze the level of benzoic acid and sorbic acid in some brands of soy sauce that were sold in Depok using thin layer chromatography (TLC) method. The analysis used n-hexane : etil acetat (4:1) with addition of 1% acetic acid as mobile phase; detection using Camag TLC Scanner at maximum wavelength 230 nm for benzoic acid and 262 nm for sorbic acid.
Using the AOAC extraction method, the average of recovery were 100.51% for benzoic acid and 85.06% for sorbic acid. The result of the test showed, 6 out of 10 sample consist of benzoic acid between 87.48 - 3880.31 mg/kg (which 1 sample consist more than maximum level); 2 sample consist 15.74 - 20.48 mg/kg; while 2 other samples did not contain benzoic acid and sorbic acid.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32892
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Martina
"Aflatoksin B1 adalah racun yang potensial bersifat karsinogenik, hepatotoksik, mutagenik, dan imunosupresif, yang merupakan metabolit sekunder dari galur tertentu jamur Aspergillus yang tumbuh pada berbagai bahan makanan dan minuman.
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan aflatoksin dalam jus buah kemasan yang beredar di pasaran, yaitu jus buah jeruk, mangga, dan jambu secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) densitometri.
Kondisi optimum KLT terdiri atas fase diam berupa lempeng KLT silika gel 60 F254, 20 x 10 cm dengan tebal lapisan 0,25 mm (Merck); fase gerak berupa kloroform-etil asetat (7:3); dan metanol sebagai pelarut. Deteksi dan kuantitasi dilakukan dengan Camag TLC scanner III, menggunakan detektor fluoresensi pada panjang gelombang eksitasi maksimum 354 nm dan emisi 400 nm.
Hasil pengujian menunjukkan data kurva kalibrasi yang linear antara 20—160 pg dengan koefisien korelasi 0,9977; batas deteksi 10,70 pg; dan batas kuantitasi 35,67 pg. Rata-rata uji perolehan kembali jus buah mangga 95,82% dan jus buah jambu 83,59%. Penerapan metode ini terhadap masing-masing tiga merk sampel jus buah mangga dan jus buah jambu kemasan menunjukkan tidak satupun yang tercemar AFB1."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alex Agustin
"ABSTRAK
Asam benzoat, asam sorbat, nipagin dan nipasol merupakan pengawet yang sering digunakan pada makanan dan sediaan farmasi. Pengawet-pengawet ini umumnya terdapat dalam jumlah yang kecil dan bercampur dengen komponen-komponen lainnya. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan pada pemeriksaannya Pada penelitian ini ingin dicari cara pemeriksaan yang tepat dan sederhana berdasarkan metoda yang sudah ada. Pemeriksaan kualitatif dapat dilakukan dengan jalan kromatografi kertas dan kromatografi lapisan tipis. Pada pemeriksaan kuantitatif, pengawet mula-mula diekstraksi dengan pelarut yang sesuai kemudian dimurnikan dengan jalan kromatografi lapisan tipis, dan kadarnya ditetapkan secara densitometri atau spektrofotometri. Pada penelitian ini ternyata campuran asam benzoat dan asam sorbat tidak dapat dipisahkan dengan menggunakan eluen yang ada. Dari percobaan dapat dilihat, penetapan secara densitometri dan spektrofotometri, setelah dielusi dengan n heksana asam asetat (96:4) untuk asam benzoat dan asam sorbat memberikan hasil yang cukup me muaskan, hasil serupa dicapai pula untuk nipagin, nipasol dan campuran keduanya dengan menggunakan eluen n peritanaasan asetat (88:12)"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1984
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian A. L.
"Asam askorbat (vitamin C), adalah vitamin larut air yang banyak digunakan dalam sediaan kosmetik. Vitamin C tidak stabil dan mudah teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat terutama dalam larutan. Derivat vitamin C yang terfosforilasi, Mg dan Na askorbil fosfat lebih stabil, dan banyak digunakan dalam sediaan larutan. Larutan vitamin C saat ini banyak beredar di pasaran dengan komposisi yang bermacam-macam, ada yang mengandung hanya asam askorbat saja dan ada juga yang mengandung campuran asam askorbat dan derivatnya. Penelitian ini dilakukan untuk menetapkan kadar askorbil fosfat dan asam askorbat dalam larutan topikal vitamin C secara KLT densitometri. Kondisi optimal untuk memisahkan askorbil fosfat, asam askorbat dan dehidroaskorbat dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan fase diam lempeng KLT silika gel 60 F254 (Merck), dan kombinasi metanol-air (85:17) sebagai fase gerak. Lempeng dianalisa menggunakan Camag TLC scanner 3, menggunakan detektor uv pada panjang gelombang 244 nm. Hasil pengujian menunjukkan askorbil fosfat dan asam askorbat memiliki linearitas 0,5-3,0 μg. Batas deteksi masing-masing adalah 0,039 μg dan 0,059 μg untuk askorbil fosfat dan asam askorbat, sedangkan batas kuantitasi masing-masing 0,130 μg dan 0,196 μg untuk askorbil fosfat dan asam askorbat. Rata-rata uji perolehan kembali untuk askorbil fosfat adalah 100,15%±1,04%, dan untuk asam askorbat adalah 100,18%±0,98%. Dari tiga sampel yang diperiksa kadarnya, hanya sampel B yang mengandung askorbil fosfat dengan kadar 0,43%. Sedangkan kadar asam askorbat dalam masing-masing sampel adalah 7,5%; 0,34% dan 0,47% untuk sampel A, B dan C."
Universitas Indonesia, 2006
S32549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hayun
"As the food and beverages industry grows in Indonesia, there also has been an increase in the soft-drinks production in the society. There are elements often added into the drinks; such as caffeine, artifical sweetener and preservatives,which the content should be monitored. Because, if they are over-used, they will be hazardous to health. The purpose of this research is to obtain the optimum analysis condition for determining the content of saccharin, aspartame, benzoic acid, sorbic acid and caffeine, which are in the soft-drinks, using the reversed phase High-Performance-Liquid-Chromatography (HPLC). In this study, the condition used are Latek 18 column (15 cm x 4.0 mm), mobile phase as a mixture of acetonitrile and acetat buffer pH 5(5:95), flow rate 1,0 ml/minutes and detected by a 254 nm length-wave. The detection limit discovered by this method are for saccharin, benzoic acid, sorbic acid, caffeine and aspartame, respectively, are 0,2 ppm; 0,2 ppm; 0,007 ppm; 0,142 ppm; and 6,5 ppm. Whereas, the quantitative limit for saccharin, benzoic acid, sorbic acid, caffeine and aspartame, respectively, are 0,689 ppm; 0,852 ppm; 0,027 ppm; 0,452 ppm; 25,2 ppm. The calibration curve ranged between 1-60 ppm for saccharin and benzoid acid, 1-40 ppm for caffeine, 0.05-2 ppm for sorbic acid, and 30-100 ppm for aspartame. The investigation has been done for five (5) brands od soft-drinks. The analysis results are sample A contains caffeine 96,66 ppm, sample B contains saccharin 112,13 ppm, benzoic acid 206,81 ppm, and caffeine 130,63 ppm. Sample C contains benzoic acid 10,83 ppm and caffeine 97,66 ppm. Sample D contains benzoic acid 163,78 ppm, caffeine 101,52 ppm, and aspartame 231,20 ppm. The amounts of saccharin, benzoic acid, caffeine, and aspartame which has been found in the sample, do not exceed the tolerance limit of usage, whereas the amount of benzoic acid which has been found in sample B exceed the tolerance limit of usage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Aflatoksin B1 adalah salah satu jenis mikotoksin jamur yang dikenal karena efek toksik dan karsinogeniknya pada beberapa hewan coba dan manusia. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan aflatoksin B1 dalam susu dan yoghurt kemasan di wilayah Lembang, Bandung Utara, secara Kromatografi Lapis Tipis Densitometri. Kondisi optimum terdiri dari fase diam yang berupa lempeng KLT silika gel 60 F254 (Merck), ukuran 20 x 10 cm dan fase gerak berupa campuran pelarut kloroform-etil asetat (7:3). Deteksi dan kuantitasi dilakukan dengan Camag TLC scanner III, menggunakan detektor fluoresensi pada panjang gelombang eksitasi maksimum 354 nm dan emisi 432 nm. Hasil pengamatan menunjukkan data kurva kalibrasi yang linear antara 20-160 pg dengan koefisien korelasi 0,9998; batas deteksi 3,002 pg; dan batas kuantitasi 10,005 pg. Rata-rata uji perolehan kembali menggunakan matriks blangko susu dan yoghurt rasa durian sebesar 100,05% dan 98,24%. Penerapan metode ini terhadap masing-masing dua merk sampel susu murni dan yoghurt rasa buah menunjukkan tidak satupun yang tercemar aflatoksin B1."
Universitas Indonesia, 2007
S32586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Produk tetes mata kloramfenikol yang beredar di pasaran menggunakan air sebagai pelarut dengan batas Daluwarsa yang relatif panjang, sehingga akan terjadi penguraian selama penyimpanan. Pada penelitian ini dilakukan analisis kuantitatif kloramfenikol dalam sediaan tetes mata dan sediaan salep mata kloramfenikol yang beredar di pasaran dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis ( KLT ) – spektrodensitometri. Analisis dilakukan dengan menggunakan fase gerak kloroform-metanol-asam asetat glasial ( 79:14:7 ); deteksi dengan instrumen TLC Scanner 3 pada panjang gelombang maksimum 282 nm. Dengan metode akurasi adisi, rata-rata perolehan kembali untuk tetes mata kloramfenikol dengan penambahan 0,1 % pada sampel adalah 101,00 % ± 0,73 % dengan RSD = 0,72 % dan dengan metode akurasi absolut, rata-rata perolehan kembali untuk salep mata kloramfenikol adalah 99,23% ± 1,63 % dengan RSD = 1,64 %. Hasil percobaan dengan 5 sampel tetes mata dan 3 sampel salep mata kloramfenikol ternyata ditemukan 2 sampel tetes mata kloramfenikol yang tidak memenuhi persyaratan kadar menurut Farmakope Indonesia edisi IV dengan kadar kloramfenikol 88,27 % ± 0,35 % dan 57,38 % ± 1,81 %."
Universitas Indonesia, 2007
S32609
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>