Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136164 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pada penelitian ini telah dilakukan isolasi dan karakterisasi kolagen
dari kulit ikan kerapu lumpur (Epinephelus tauvina) yang berasal dari limbah
perusahaan pengolahan ikan. Kulit ikan kerapu lumpur dihilangkan lemak dan
protein non-kolagennya dengan cara direndam dalam NaOH 0,1 N. Kolagen
diekstraksi menggunakan asam asetat 0,5 N, dilanjutkan dengan purifikasi
dan presipitasi dengan NaCl dan buffer tris-HCl. Endapan kolagen kemudian
dipisahkan dengan sentrifugasi. Rendemen kolagen hasil purifikasi dari tiga
kali percobaan masing-masing sebesar 47,14%; 44,54%; dan 25,15%.
Kolagen kulit ikan kerapu lumpur terliofilisasi kemudian dan dikarakterisasi
sifat fisikokimianya, sifat fungsionalnya, serta diuji kandungan mikrobanya.
Kolagen kulit ikan kerapu lumpur mempunyai bentuk permukaan yang kasar
dan bergelombang serta memiliki variasi dalam komposisi asam aminonya.
Hasil analisis SDS-PAGE menunjukkan kolagen kulit ikan kerapu lumpur
memiliki dua komponen α (α1 dan α2). Spektrum FTIR menunjukkan adanya
susunan ikatan silang polimer pada kolagen ini. Kolagen kulit ikan kerapu
lumpur memiliki kemampuan meningkatkan viskositas, daya mengembang
yang baik, terdenaturasi pada 28 – 30oC, serta tidak memiliki kandungan
bakteri yang bersifat patogen."
Lengkap +
Universitas Indonesia, 2007
S32592
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada penelitian ini, kolagen diisolasi dan dikarakterisasi dari tulang ikan tuna (Thunnus albacares). Metode terbaik untuk mengisolasi kolagen dari tulang ikan tuna adalah menggunakan NaOH 0,1 M; EDTA 0,5 M; dan butil alkohol 10%, selanjutnya kolagen diekstraksi menggunakan asam asetat 0,5 M dan dipresipitasi menggunakan 0,9 M NaCl kemudian didialisis dan diliofilisasi. Karakterisasi yang dilakukan meliputi sifat fisik, sifat fungsional, analisis asam amino, dan analisis mikroba. Hasil rendemen kolagen kering sebesar 0,102% dari berat tulang awal. Pada analisis tipe kolagen menunjukkan kolagen dari tulang ikan tuna merupakan tipe I kolagen. Pada analisis asam amino menunjukkan kolagen dari tulang ikan tuna berpotensi sebagai bahan baku kosmetik seperti injeksi kolagen, pengganti kulit yang rusak. Berdasarkan hasil penelitian ini, kolagen tulang ikan tuna memiliki potensi sebagai bahan baku industri farmasi."
Lengkap +
Universitas Indonesia, 2007
S32594
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam penelitian untuk mengefektifkan penggunaan sumber daya alam yang belum termanfaatkan, kolagen dari gelembung renang ikan mas (Cyprinus carpio) diisolasi dan dikarakterisasi. Metode untuk mengisolasi kolagen tersebut adalah menggunakan NaOH 0,1 N, asam asetat 0,5 M, dialisis melewati asam asetat 0,5 M dan aquadest, serta liofilisasi untuk mendapatkan kolagen kering. Sebagai hasilnya, rendemen kolagen kering berjumlah 0,71% dari berat gelembung renang. Beberapa sifat kolagen tersebut diteliti, yaitu uji identifikasi, sifat fisika kimia, dan sifat fungsional. Hasil elektroforesis menunjukkan kolagen tersebut digolongkan sebagai kolagen tipe I. Spektrum FTIR menunjukkan kemiripan antara kolagen dari gelembung renang ikan mas dengan kulit channel catfish dan ikan Nila. Suhu denaturasi kolagen dari gelembung renang adalah sekitar 10° lebih rendah dibandingkan kolagen mamalia. Hasil ini mengindikasikan kolagen dari gelembung renang ikan mas berpotensi untuk menjadi bahan baku industri farmasi."
Lengkap +
Universitas Indonesia, 2007
S32615
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan derajat infestasi ektoparasit penyebab kematian benih ikan kerapu lumpur (Epinephelus suilus) yang dipelihara dalam tangki bervolume 3 m3. Dua puluh ekor ikan dengan bobot badan berkisar 1,2 – 3,9 g dan panjang total berkisar 4,1 – 7,0 cm diambil sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Diplectarum sp. Dan Trichodina sp. ditemukan pada semua pada semua spesimen dengan kandungan parasit masing-masing sebanyak 324,15 dan 84,8 per ekor ikan."
MPARIN 8 (1-2) 1995
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Penelitian tentang pengobatan infestasi beberapa ektoparasit pada Epinephelus suilus (ikan kerapu lumpur) dilakukan di laboratorium. Benih ikan telah terinfeksi parasit Trichodina, Broklynella, dan Diplectanum diberi perlakuan dengan formalin teknis 200 ppm, hijau malakit 0,5 ppm, metilin biru 0,1 ppm, air tawar 100% dan kontrol tanpa obat dalam rancangan acak lengkap. Pengobatan dikerjakan dengan cara merendam benih ikan itu selama satu jam dalam larutan dengan tiga kali ulangan berturut-turut selama 3 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas setiap jenis parasit tidak ada perbedaan nyata, tetapi perbedaan yang sangat nyata terlihat terhadap prevalensi setiap jenis parasit. Semua perlakuan pengobatan di dalam penelitian ini tidak mampu memberantas ketiga jenis parasit yang menginfestasi, tetapi hanya dapat mengurangi intensitas dan prevalensinya saja. "
Lengkap +
MPARIN 9 (1-2) 1996
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Intan Claudya Anjani
"Penelitian ini menganalisis kelimpahan serta bentuk mikroplastik pada saluran pencernaan dan insang ikan kerapu lumpur Epinephelus coioides (Hamilton, 1822) di Tambak Desa Muara, Teluknaga, Tangerang. Pengambilan sampel ikan dilakukan ±4 jam setelah pemberian makan menggunakan alat pancing dengan kriteria sampel berukuran 300—400 g. Saluran pencernaan dibagi menjadi dua bagian yaitu lambung dan usus. Mikroplastik pada saluran pencernaan diamati dari air bilasan dan dinding permukaan masing-masing sampel. Setiap lambung dan usus dibedah untuk mengeluarkan isinya kemudian dibilas dengan 15 ml akuades. Sampel air bilasan diambil sebanyak 0,25 ml kemudian diletakkan pada gelas objek untuk diamati di bawah mikroskop. Saluran pencernaan yang telah dibilas selanjutnya dipotong menjadi 2 x 1 cm sampel lambung dan 3 cm sampel usus. Pengamatan insang dilakukan dengan memisahkan antar lembar insang dari lapisan terdalam hingga terluar. Partikel mikroplastik diukur menggunakan aplikasi ImageJ. Hasil penelitian menunjukan kelimpahan mikroplastik pada saluran pencernaan sebanyak 1.384 ± 197,95 partikel ind-1 pada air bilasan lambung, 1.822 ± 292,79 partikel ind-1 pada air bilasan usus, 103,24 ± 19,72 partikel ind-1 pada dinding lambung dan 154,27 ± 26,42 partikel ind-1 pada dinding usus. Kelimpahan mikroplastik yang ditemukan pada setiap lembar insang yakni 16,35 ± 2,8 partikel pada insang 1; 20,05 ± 3,1 partikel pada insang 2; 21,9 ± 2,9 partikel pada insang 3; dan 26,7 ± 3,4 partikel pada insang 4. Kisaran ukuran mikroplastik yang ditemukan pada seluruh sampel yakni 9—4.800 µm dengan kelimpahan tertinggi pada bentuk fiber. Terdapat perbedaan kelimpahan mikroplastik antara kedua bagian saluran pencernaan serta antara masingmasing lembar insang.

This study analyzed the abundance and shape of microplastics in the digestive tract and gill of orange spotted grouper Epinephelus coioides (Hamilton, 1822) in Muara Village Pond, Teluknaga, Tangerang. Fish sampling was carried out ±4 hours after feeding by using fishing line with weight criteria around 300—400 g. Digestive tract is divided into two parts which are stomach and gut. Microplastic in digestive tract was observed from rinsed water and the surface wall of each sample. Each stomach and gut were dissected to take out its content then they were rinsed with 15 ml distilled water. The rinse water sample was taken as much as 0,25 ml and then placed on object glass to be observed under a microscope. The digestive tract that has been rinsed with the distilled water then cut into 2 x 1 cm stomach sample and 3 cm gut sample. Gill observation was done by seperating gills from innermost to outermost layer. Microplastic particles were measured using the ImageJ application. The results showed the abundance of microplastic in digestive tract was 1.384 ± 197,95 particles ind-1 in stomach rinsed water, 1.822 ± 292,79 particles ind-1 in gut rinsed water, 103,24 ± 19,72 particles ind-1 in stomach wall and 154,27 ± 26,42 particles ind-1 in gut wall. Microplastics abundance which found in each gill were 16,35 ± 2,8 particles in 1st gill; 20,05 ± 3,1 particles in 2nd gill; 21,9 ± 2,9 particles in 3rd gill and 26,7 ± 3,4 particles in 4th gill. The range of microplastic sizes found in all samples was 9—4.800 µm with fiber as the most abundant shape. There was a difference in microplastic abundance between two parts of the digestive tract and between each gill."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Claudya Anjani
"Penelitian ini menganalisis kelimpahan serta bentuk mikroplastik pada saluran pencernaan dan insang ikan kerapu lumpur Epinephelus coioides (Hamilton, 1822) di Tambak Desa Muara, Teluknaga, Tangerang. Pengambilan sampel ikan dilakukan ±4 jam setelah pemberian makan menggunakan alat pancing dengan kriteria sampel berukuran 300—400 g. Saluran pencernaan dibagi menjadi dua bagian yaitu lambung dan usus.  Mikroplastik pada saluran pencernaan diamati dari air bilasan dan dinding permukaan masing-masing sampel. Setiap lambung dan usus dibedah untuk mengeluarkan isinya kemudian dibilas dengan 15 ml akuades. Sampel air bilasan diambil sebanyak 0,25 ml kemudian diletakkan pada gelas objek untuk diamati di bawah mikroskop. Saluran pencernaan yang telah dibilas selanjutnya dipotong menjadi 2 x 1 cm sampel lambung dan 3 cm sampel usus. Pengamatan insang dilakukan dengan memisahkan antar lembar insang dari lapisan terdalam hingga terluar. Partikel mikroplastik diukur menggunakan aplikasi ImageJ. Hasil penelitian menunjukan kelimpahan mikroplastik pada saluran pencernaan sebanyak 1.384 ± 197,95 partikel ind-1 pada air bilasan lambung, 1.822 ± 292,79 partikel ind-1 pada air bilasan usus, 103,24 ± 19,72 partikel ind-1 pada dinding lambung dan 154,27 ± 26,42 partikel ind-1 pada dinding usus. Kelimpahan mikroplastik yang ditemukan pada setiap lembar insang yakni 16,35 ± 2,8 partikel pada insang 1; 20,05 ± 3,1 partikel pada insang 2; 21,9 ± 2,9 partikel pada insang 3; dan 26,7 ± 3,4 partikel pada insang 4. Kisaran ukuran mikroplastik yang ditemukan pada seluruh sampel yakni 9—4.800 µm dengan kelimpahan tertinggi pada bentuk fiber. Terdapat perbedaan kelimpahan mikroplastik antara kedua bagian saluran pencernaan serta antara masing-masing lembar insang.

This study analyzed the abundance and shape of microplastics in the digestive tract and gill of orange spotted grouper Epinephelus coioides (Hamilton, 1822) in Muara Village Pond, Teluknaga, Tangerang. Fish sampling was carried out ±4 hours after feeding by using fishing line with weight criteria around 300—400 g. Digestive tract is divided into two parts which are stomach and gut. Microplastic in digestive tract was observed from rinsed water and the surface wall of each sample. Each stomach and gut were dissected to take out its content then they were rinsed with 15 ml distilled water. The rinse water sample was taken as much as 0,25 ml and then placed on object glass to be observed under a microscope. The digestive tract that has been rinsed with the distilled water then cut into 2 x 1 cm stomach sample and 3 cm gut sample. Gill observation was done by seperating gills from innermost to outermost layer. Microplastic particles were measured using the ImageJ application. The results showed the abundance of microplastic in digestive tract was 1.384 ± 197,95 particles ind-1 in stomach rinsed water, 1.822 ± 292,79 particles ind-1 in gut rinsed water, 103,24 ± 19,72 particles ind-1 in stomach wall and 154,27 ± 26,42 particles ind-1 in gut wall. Microplastics abundance which found in each gill were 16,35 ± 2,8 particles in 1st gill; 20,05 ± 3,1 particles in 2nd gill; 21,9 ± 2,9 particles in 3rd gill and 26,7 ± 3,4 particles in 4th gill. The range of microplastic sizes found in all samples was 9—4.800 µm with fiber as the most abundant shape. There was a difference in microplastic abundance between two parts of the digestive tract and between each gill.

 

 

"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liana Salami
"Udang merupakan komoditas yang penting bagi hasil perikanan Indonesia, sehingga menyebabkan meningkatnya industri pengolahan udang yang dapat menghasilkan produk samping berupa limbah kulit dan kepala udang. Kulit udang mempunyai tiga komponen utama, yaitu khitin, mineral dan protein. Khitin yang terdapat dalam kulit udang dapat diperoleh dengan proses isolasi dengan cara deproteinasi dan demineralisasi. Turunan khitin yaitu khitosan yang dapat diperoleh melalui proses deasetilasi khitin.
Industri tekstil merupakan salah satu industri yang berkembang dewasa ini. Hal ini menyebabkan banyaknya limbah cair yang dihasilkan selama prosesnya. Limbah ini mempunyai sifat asam atau alkali , berwarna, keruh dan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik yang cukup tinggi . Sehingga perlu ditangani terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan.
Khitin yang terbentuk dengan metode yang sudah dimodifikasi menghasilkan khitin dengan kadar air =1,23% , kadar mineral = 0,22%. Kadar protein 3,18% , derajat deasetilasi = 44,15% dan rendemen 28.69%. Sedang khitosan yang terbentuk menghasilkan kadar air = 0,69%, kadar mineral = 0,55%, kadar protein = 2,28%, derajat deasetilasi = 75,40% dan rendemen = 18,78%.
Proses koagulasi optimum dengan koagulan khitosan dilakukan dengan konsentrasi khitosan 50 ppm pada pH 8 dan lama pengadukan 15 menit, yang dapat menurunkan nilai BOD = 76,955%; COD = 83,169%; padatan tersuspensi = 53,556% dan kekeruhan 83,085%, sedang proses koagulasi dengan FeS04 400 ppm dapat menurunkan nilai BOD = 90,849% ; COD = 83, 333% ; padatan tarsuspensi = 56,560% dan kekeruhan = 97,408%."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>