Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56073 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Epigalokatekin galat (EGCg) adalah senyawa polifenol dalam daun teh
yang mempunyai efek antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah meneliti
secara kualitatif dan kuantitatif EGCg dalam sediaan teh hijau siap saji yang
disimpan dengan kondisi berbeda. Untuk itu diteliti teh hijau yang disimpan
dalam lemari pendingin dan yang dibiarkan terpapar sinar matahari. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa seluruh sampel mengandung EGCg.
Penetapan kadar EGCg pada sampel dilakukan dengan kromatografi lapis
tipis- densitometri menggunakan lempeng selulosa. Eluen terpilih adalah npropanol
– asam asetat – air (1:1:5). Persamaan regresi linier dari kurva
kalibrasi adalah y = -1204,071 + 7,495 x, dengan faktor korelasi (r) sebesar
0,99911. Pada 3 sampel yang disimpan di lemari es diperoleh kadar EGCg
pada sampel 1 adalah 0,00293 % b/v, sampel 2 adalah 0,00298 % b/v, serta
sampel 3 adalah 0,00328 % b/v. Kadar EGCg dalam sampel yang dibiarkan
terpapar sinar matahari lebih kecil dari 0,00272 % b/v."
Universitas Indonesia, 2007
S32618
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Freadi Sabhara Irwanto
"Sejak dahulu teh dikenal sebagai minuman yang menyehatkan. Katekin, khususnya epigalokatekin galat, merupakan senyawa polifenol yang terkandung di dalam teh, belakangan ini banyak menarik perhatian karena kemampuan antioksidan dan antikarsinogeniknya. Kofein, sebagai senyawa alkaloid terbesar di dalam teh, memiliki efek stimulasi. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar kofein dan epigalokatekin galat dalam teh hijau secara kromatografi cair kinerja tinggi. Sistem pemisahannya menggunakan kolom fase terbalik C18, fase gerak campuran air-asetonitril-metanol-etil asetat (89:8:1:2,v/v), serta kecepatan aliran 0,8 mL/menit. Metode ini telah memenuhi syarat uji presisi dan perolehan kembali. Dari 5 sampel yang diperiksa, semua sampel mengandung kofein dan epigalokatekin galat. Kandungan kofein dalam sampel kering (2,15 ± 0,02)% hingga (2,72 ± 0,04)%, sedang epigalokatekin galat (3,91 ± 0,01)% hingga (5,41 ± 0,08)%."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S32614
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica T
1985
S31918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rita Lahirin
"Penelitian ini merupakan penelitian dengan design cross over, tersamar ganda, alokasi acak, dan bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian minuman teh hijau terhadap kadar glukosa darah postprandial setelah mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat pada individu remaja sehat. Sebanyak 24 subjek remaja sehat mengikuti penelitian ini sampai selesai. Seluruh subjek penelitian mendapat perlakuan dengan mengonsumsi minuman teh hijau yang mengandung 66,52 mg katekin teh hijau atau 369,14 mg katekin teh hijau, serta dua lembar roti dan tiga gram sukrosa. Perlakuan terbagi dalam dua hari dengan diselingi periode wash out selama tiga hari. Pada penelitian ini terkumpul 24 data per kelompok, yang terdiri dari karakteristik demografi dan hasil pengukuran kadar glukosa darah puasa, menit ke-30, 60, dan 120. Hasil penelitian ini memperlihatkan rerata usia subjek 20,08 ± 0,40 tahun dan rerata indeks massa tubuh (IMT) 20,37 ± 1,40 kg/m2. Kadar glukosa darah puasa tidak menunjukkan perbedaan bermakna di antara kedua kelompok (p = 0,164). Hasil pengukuran kadar glukosa darah kelompok yang mengonsumsi 369,14 mg katekin teh hijau dibandingkan yang mengonsumsi 66,52 mg katekin teh hijau, lebih rendah secara bermakna pada menit ke-60 dan ke-120 dengan nilai sebagai berikut 113,70 ± 13,20 mg/dL vs 124,16 ± 8,17 mg/dL; p = 0,005 dan 88,95 ± 6,13 mg/dL vs 105,25 ± 13,85 mg/dL; p <0,001. Kesimpulan, kadar glukosa darah postprandial lebih rendah secara bermakna pada pemberian minuman yang mengandung 369,14 mg katekin teh hijau dibandingkan dengan mengonsumsi 66,52 mg katekin teh hijau.

This study was a randomized, cross over, double-blind clinical trial, aimed to evaluate the effect of green tea on postprandial blood glucose level after consumption of high carbohydrate diet in healthy adolescents. Twenty four subjects completed this study. After solution of 2 g or 10 g green tea in 300 mL hot water was made, the subjects was given 100 mL, two slices bread and 3 g sucrose which held in two days with three day-wash out period. Twenty four data in each group were analyzed, including demographic characteristic, fasting and postprandial blood glucose levels which measured at regular intervals (30, 60, and 120 min). This study showed mean age of subjects was 20,08 ± 0,40 years and mean body mass index was 20,37 ± 1,40 kg/m2. Fasting blood glucose level in both groups was not significantly different (p = 0,164). At min 60 and 120, postprandial glucose levels in intervention group (which consumed 369,14 mg green tea catechins) were significantly lower compared with control group (which consumed 66,52 mg green tea catechin); 113,70 ± 13,20 mg/dL vs 124,16 ± 8,17 mg/dL; p = 0,005 and 88,95 ± 6,13 mg/dL vs 105,25 ± 13,85 mg/dL; p <0,001. In conclusion, there was a significant decrease in postprandial blood glucose after consumption of 369,14 mg catechins green tea compared with 66,52 mg catechins green tea. "
Depok: [Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, ], 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Elly Zardania
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1980
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhimas Yudho Setio
"Kini banyak bermunculan produk-produk teh kemasan hingga teh hijau siap minum (Ready To Drink), salah satunya Myhealth Relaxo. Teh hijau siap minum yang diklaim mengandung Green-TLT yang mampu meningkatkan efek kenyamanan bagi peminumnya. Permasalahan utama yang dihadapi oleh Myhealth Relaxo ini ini adalah, belum terciptanya awareness di masyarakat. Karena produk ini merupakan produk baru di pasaran, maka perlu adanya kegiatan pemasaran untuk dapat mengenalkan produk ini di masyarakat luas. Oleh karena itu, melalui Tugas Karya Akhir (TKA) ini penulis merancang suatu Strategi Komunikasi Pemasaran Terpadu produk Myhealth Relaxo. Pendekatan USP dilakukan untuk dapat menonjolkan produk ini diantara kompetitornya. Dengan pemakaian berbagai media seperti televisi, cetak, luar ruang, POP hingga media internet diharapkan kampanye Myhealth Relaxo ini dapat menjangkau target audience kapan pun dan dimana pun ia berada.

Now many emerging products green tea ready to drink, one of which Myhealth Relaxo. Its green tea ready to drink that claimed has Green-TLT that could enhance the effects of comfort for the drinker. The main problems faced by these Relaxo Myhealth is not the creation of awareness in the community. Because this product is a new product on the market, so Myhealth Relaxo need marketing activities in order to introduce this product in that market. Through this final project (TKA) the writer designing an Strategy Integrated Marketing Communication of products Myhealth Relaxo. Approach can be done to highlight the USP of this product among its competitors. With the use of various media such as television, print, outdoor, POP up internet media campaign is expected to reach this Relaxo Myhealth target audience whenever and wherever it is located.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Habil Billah Maulana
"Saat ini, pertumbuhan minuman siap saji terus meningkat di Indonesia. Akan tetapi, hal tersebut tidak dibarengi dengan adanya pemberian informasi kandungan gula, garam, dan lemak melalui media informasi dan komunikasi oleh pelaku usaha. Hal tersebut membahayakan konsumen sebab dapat meningkatkan risiko terkena Penyakit Tidak Menular. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk membahas pemberian informasi kandungan gula, garam, dan lemak pada minuman siap saji sebagaimana yang telah diwajibkan dalam peraturan yang ada. Hal-hal yang menjadi pembahasan oleh Penulis adalah bagaimana pelindungan konsumen terhadap informasi kandungan tersebut; tanggung jawab dari pelaku usaha yang tidak memberikan informasi kandungan gula, garam, dan lemak; serta pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Melalui penelitian yuridis-normatif, dapat disimpulkan bahwa sudah seharusnya konsumen mendapatkan haknya atas informasi kandungan gula, garam, dan lemak terhadap minuman siap saji yang dibelinya sehingga pelaku usaha harus bertanggung jawab apabila tidak melaksanakan ketentuan tersebut. Selain itu, pemerintah perlu meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaku usaha minuman siap saji yang tidak mencantumkan informasi kandungan gula, garam, dan lemak.

Currently, the growth of ready-to-drink drinks continues to increase in Indonesia. However, this was not accompanied by the provision of information on the content of sugar, salt, and fat through information and communication media by business actors. This endangers consumers because it can increase the risk of contracting noncommunicable diseases. Therefore, this study is intended to discuss the provision of information on the content of sugar, salt, and fat in ready-to-drink drinks as required by existing regulations. The things that are discussed by the author are how consumers protect the information contained in it; responsibility of business actors who do not provide information on the content of sugar, salt, and fat; as well as guidance and supervision conducted by the Department of Health. Through juridical-normative research, it can be concluded that consumers should have their rights to information on the content of sugar, salt, and fat in the ready-to-drink drinks they buy so that businesses must be held responsible if they do not comply with these provisions. In addition, the government needs to increase guidance and supervision of ready-to-drink beverage businesses that do not include information on the content of sugar, salt, and fat. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ramadhan Naratama
"Standar Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa setiap makanan dan minuman tidak boleh mengandung Escherichia coli. Tujuan penelitian adalah menentukan kualitas mikrobiologis dari makanan siap saji dan minuman yang dijajakan di kantin kampus FMIPA UI Depok. Sebanyak 15 sampel, terdiri dari 10 jenis makanan siap saji, empat jus yang berbeda, dan air keran diperkaya dalam medium Buffered Peptone Water BPW sebelum diuji koliform. Uji koliform dari setiap sampel dilakukan pada medium kromogenik Chromocult Coliform Agar - Enhanced Selectivity CCA - ES dan Harlequin E. coli Coliform Agar HEC dan medium fluorogenik Readycult Coliform 100 RC 100 pada suhu 37oC. Hasil menunjukkan bahwa semua sampel mengandung bakteri koliform non - E. coli dan 12 di antaranya mengandung Escherichia coli. Isolasi dari sampel memperoleh 12 strain E. coli dan 15 isolat koliform non-E. coli. Uji koliform fekal dilakukan dengan menggunakan medium RC 100 pada suhu 44,5oC serta diperkuat dengan uji indol menggunakan reagen Kovac rsquo;s. Hasil uji menunjukkan bahwa E. coli yang terdapat pada 12 sampel berasal dari fekal. Hanya 7 dari 15 isolat koliform non - E. coli merupakan koliform fekal non - E. coli. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kualitas mikrobiologis dari makanan dan minuman siap saji kantin FMIPA UI tidak memenuhi standar dari Kementerian Kesehatan.

The standards from the Ministry of Health state that food and drinks should be free of Escherichia coli. The aim of this research was to assess the microbiological quality of ready to eat foods and drinks that were offered at a canteen in the Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Universitas Indonesia, Depok. Fifteen samples comprising of 10 different foods, four different juices, and tap water were enriched in buffered peptone water BPW before tested for the presence of coliforms using two chromogenic media Chromocult Coliform Agar Enhanced Selectivity CCA ES and Harlequin E. coli agar HEC and a fluorogenic medium Readycult Coliform 100 RC 100 at 37oC. Results showed that all samples contained non E. coli coliforms and 12 of them contained Escherichia coli. Twelve E. coli strains and 15 non E. coli coliform isolates were isolated. Fecal coliform tests were conducted for the E. coli strains and coliform isolates by performing a coliform test with Readycult coliform 100 at 44.5oC. The tests were strengthened with an indole test that uses a Kovac rsquo s reagent. The tests showed that the isolated E. coli from 12 samples were of fecal origin while only 7 out of 15 coliform isolates were fecal non E. coli coliforms. It was concluded that the microbiological quality of the canteen rsquo s ready to eat food and drinks did not fulfill the standards from the Ministry of Health. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68168
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>