Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 211370 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmi Afifah
"Penelitian ini bertujuan membandingkan profil penggunaan obat khususnya jumlah jenis obat, jenis obat, dan biaya obat antara pasien yang dikelola secara terpadu dan yang dikelola secara konvensional. Penelitian dilakukan di ruang rawat penyakit dalam Instalasi Rawat Inap (IRNA) B RS Dr. Cipto Mangunkusumo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah jenis obat yang dikelola secara terpadu sebanyak 9 obat, sedangkan yang dikelola secara konvensional sebanyak 11 obat. Jenis obat yang banyak digunakan pada kedua kelompok adalah golongan antibakteri untuk penggunaan sistemik. Biaya obat yang dikelola secara terpadu adalah Rp 1.925.787, sedangkan yang dikelola secara konvensional adalah Rp 4.727.477. Uji statistik Mann-Whitney menunjukkan ada perbedaan bermakna antara jumlah jenis obat dan biaya obat antara kedua kelompok. Sedangkan jenis obat tidak ada perbedaan secara bermakna antara kedua kelompok.
The study purposes were to compare the drug usage, in term of the number of drugs, type, and cost of drugs between the patients managed by interdisciplinary team and managed conventionally. This study was conducted at internal medicine ward of IRNA B of Cipto Mangunkusumo Hospital. The number of drugs managed by interdisciplinary team were 9 drugs, whereas those are managed conventionally were 11 drugs. The most commonly used in both groups was systemic antibacterial drug. The cost of drugs in group of interdisciplinary team was Rp 1,925,787, whereas in group of conventional team was Rp 4,727,477. Mann-Whitney statistics test showed a significant difference of the number of drugs and the cost of drugs between the two groups. Whereas it was not significantly different in type of drug between the two groups."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S33001
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2004
S32430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Destita Khairilisani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S32491
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yusri Hapsari Utami
"Latar Belakang: Penelitian ini bertujuan membahas hubungan antara tingkat kemandirian pasien geriatri dan beban pramurawat yang merawatnya.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang, dengan cara pengambilan sampel consecutive sampling, dengan subyek sebanyak 116 yang merupakan pramurawat pasien geriatri yang menjalani rawat jalan pada bulan Juli 2013-Agustus 2013. Seluruh subyek diminta mengisi lembar kuesioner ZBI, serta instrumen ADL yang diisi oleh peneliti, kemudian dilakukan analisis terhadap data yang sudah terkumpul.
Hasil: Gambaran kemandirian pasien geriatri diukur menggunakan intrumen Activities of Daily Living (ADL), Pada hasil didapatkan rerata skor ADL adalah 13 (SD 16, min-maks 0-20). Didapatkan gambaran beban pramurawat yang diukur dengan menggunakan instrumen The Zarith Burden Interview (ZBI) didapatkan rerata skor beban adalah 29,2 (10-61). Terdapat korelasi yang bermakna antara skor ADL dengan skor beban dengan r= -0,38 dengan p < 0,001.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bersifat terbalik antara tingkat kemandirian pasien geriatri dengan beban pramurawat yang merawatnya. dengan kekuatan korelasi lemah. Perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kemandirian pasien geriatri serta dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi beban pramurawat tersebut.

Background: Being caregiver of geriatric patient lead the risk for developing of health and mental health conseguences and also caregiver burden. This study is aim to analysis asscociated dependecy and caregiver burden of geriatric patient.
Method: This is a cross-sectional study of 116 caregiver of geriatric out patient in Geriatric Holistic Clinic at Cipto Mangunkusumo Hospital. The study went on July-August 2013. All of the caregivers filled the questioner of The Zarith Burden Interview (ZBI) and questioner of Activity Daily Living (ADL) filled by reseacher.
Result: this study found that mean average of Activity Daily Living (ADL) of geriatric patient is 13 (SD 16, min-maks 0-20). Average mean of caregiver burden is 29,2 (10-61). There's a kcorelation beetween score of ADL and caregiver burden score (p < 0,001). Corrrelation value -0,381 showed the menunjukkan bahwa arah korelasi negatif dengan kekuatan korelasi lemah.
Conclusion: There is reciprocal significant association between degree of kemandirian and caregiver burden with weak correlation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tuty
"Latar belakang: Antipsikotika dan Antikolinergik merupakan obat yang dapat menvebablan efek samping disfungsi ereksi. Selama ini, keluhan tentang disfungsi ereksi jarang dikeluhkan oleh pasien skizofrenia yang mendapatkan terapi. Di Amerika Serikat, didapatkan prevalensi 20-30% pada pasien skizofrenia yang diterapi. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek samping disfungsi ereksi pada pasien skizofrenia yang mendapatkan terapi di RS Dr Cipto Mangunkusumo, RS dr Soeharto Heerdjan, RS dr Marzoeki Mahdi.
Tujuan : Untuk mendapatkan prevalensi disfungsi ereksi pada pasien skizofrenia yang diterapi dengan antipsikotika dan antikolinergik, dan mendapatkan hubungan antara jenis, dosis antipsikotika, dan lamanya terapi dengan timbulnya disfungsi ereksi.
Metodologi : Merupakan studi potong lintang yang melibatkan 48 responden yang menggunakan antipsikotika tipikal, dan 48 responden yang menggunakan antipsikotika atipikal. Instrumen yang digunakan yaitu IIEF-5 (International Index of Erectile Function)-5 untuk mengetahui adanya disfungsi ereksi. Diagnosis skizofrenia berdasarkan pada diagnosis skizofrenia yang ditegakkan psikiater lain di rumah sakit setempat. -
Hasil: Prevalensi disfungsi ereksi pada pasien skizofrenia yang mendapat terapi antipsikotika dan antikolinergik adalah 26%. Variabel yang paling berpengaruh terhadap timbulnya disfungsi ereksi adalah terapi tipikal yaitu sebanyak 3,5 kali lebiih banyak dari terapi atipikal. Dosis, lama terapi, pendidikan, usia, bekerja/tidak bekerja tidak bermakna secara statistik
Simpulan: Didapat kesan bahwa antipsikotika mempunyai efek samping yang sama pada ras yang berbeda Keluhan disfungsi ereksi perlu ditanyakan dahulu oleh psikiater karena pasien jarang mengeluh tentang hat ini karena rasa malu.
Rata kunci: pria penderita skizofrenia, disfungsi ereksi, antipsikotika, antikolinergik.

Back ground : Erectile Dysfunction is a common side effect from antipsychotic and ant cholinergic. However, complain about erectile dysfunction is rare (underreporting) from the schizophrenics on therapy here. The prevalence of erectile dysfunction is about 20%-30% from the schizophrenics on therapy in the United States.4 The aim in doing this research is to know whether the schizophrenics on therapy in Dr Cipto Mangunkusumo Hospital, dr Soeharto Heerdjan Hospital, dr Marzoeki Mahdi Hospital have the adverse effect of erectile dysfunction.
Purpose: To study the prevalence of erectile dysfunction (ED) in Schizophrenics on therapy, and the correlation between type, dose, and length of therapy with erectile dysfunction.
Methodology : A cross sectional study of 48 respondents on typical therapy and 48 respondents on atypical theory , aged above 20 was conducted using the abridged , five item version of the International Index of Erectile Function (IIEF-5). Presence of erectile dysfunction was defined as IIEF-5 score of less than or the same with 21. A Logistic regression model was used to identify significant independent risk factors for ED. The diagnosis of schizophrenia was established based on previous diagnosis from another psychiatrist at the respective hospital.
Results: 26% male schizophrenics on antipsychotic and ant cholinergic therapy in Dr Cipto Mangunkusumo Hospital, dr Soeharto Heerjan Hospital, dr Marzoeki Mahdi Hospital suffered from erectile dysfunction. The only significant variable for erectile dysfunction is type of therapy (first generation antipsychotic). The first generation antipsychotic cause erectile dysfunction 3,5 times more than the second generation antipsychotic. Dose, length of therapy, education level, age, and labour 1 unemployment is not significant statistically.
Conclusion: There is an impression that antipsychotic has the same adverse effect toward different race. Psychiatrists need to be aware of a possible reluctance from the patients to discuss erectile dysfunction because it precipitates feeling of embarrassment and humility. Psychiatrists are encouraged to initiate discussions accordingly.
Keywords: male schizophrenics, erectile dysfunction, antipsychotic, ant cholinergic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21363
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pywedont Mesakh Todingan
"Latar Belakang: Penyakit ginjal tahap akhir masih menjadi permasalahan nasional dan internasional, di Indonesia pada 2019 terdapat 185.901 pasien yang menjalani hemodialisis. Sampai saat ini hemodialisis menjadi pilihan terbanyak terapi pengganti ginjal bagi para pasien penyakit ginjal tahap akhir. Untuk dapat menjalankan hemodialisis dibutuhkan akses vaskular. Akses vaskular terbaik hingga saat ini adalah fistula arteriovenosa, namun membutuhkan waktu yang cukup lama untuk maturasi. Kateter dua lumen menjadi pilihan bagi pasien saat menunggu maturasi fistula arteriovenosa atau jika membutuhkan hemodialisis segera. Terdapat dua jenis kateter dua lumen yaitu temporer dan tunneling. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan frekuensi pergantian, komplikasi, serta analisa biaya antara kateter dua lumen temporer dan kateter dua lumen tunneling.
Metode: Penelitian ini merupakan kohort retrospektif menggunakan rekam medis di RS Cipto Mangunkusumo. Variabel bebas yang dilihat ada jenis kateter dua lumen sedangan variabel terikatnya adalah frekuensi pergantian, infeksi, perdarahan, serta analisa biaya. Analisa statistic menggunakan SPSS versi 25, nilai p<0.05 menunjukkan terdapat hubungan bermakna secara statistik.
Hasil: 67 pasien masuk dalam penelitian, didapatkan pasien dengan kateter dua lumen tunneling sebanyak 36 pasien (53,7%) dan pasien dengan kateter dua lumen temporer sebanyak 31 pasien (46,2%). Kateter dua lumen tunneling secara bermakna memiliki angka perdarahan, infeksi, serta disfungsi kateter yang lebih rendah daripada kateter dua lumen temporer (p<0,001). Kateter dua lumen tunneling memiliki angka pergantian kateter dalam 6 bulan yang lebih kecil secara bermakna dibandingkan kateter dua lumen temporer (p<0,001). Dalam 6 bulan kateter dua lumen tunneling memiliki rerata biaya perorangan yang lebih besar dari kateter dua lumen temporer.
Simpulan: Kateter dua lumen tunneling memiliki frekuensi pergantian dan komplikasi yang lebih rendah dari kateter dua lumen temporer, namun memiliki rerata total biaya perorangan yang lebih besar disbanding kateter dua lumen temporer.

Background: End-stage kidney disease is still a national and global health problem, in Indonesia there were 185,901 patients undergoing hemodialisis in 2019. Hemodialisis is the most chosen renal replacement therapy for End-stage kidney disease patients. To be able to carry out hemodialisis, vascular access is needed. The best vascular access to date is an arteriovenous fistula (AVF), but it needed time to reach maturation. Double lumen catheter is used as an option for patients waiting for AVF maturation or when urgent hemodialisis is required. There are two types of double lumen catheters, namely temporary and tunneled. This study aims to compare the frequency of replacement frequency, complications, and cost analysis between a temporary double lumen catheter and tunneled double lumen catheter.
Method: This is a retrospective cohort study using medical records at Cipto Mangunkusumo General Hospital. The independent variable seen was the type of double lumen catheter, while the dependent variables were replacement frequency, infection, bleeding, and cost analysis. Statistical analysis using SPSS version 25, p value <0.05 indicates that there is a statistically significant difference between both groups.
Results: 67 patients were included in the study, there were 36 patients with tunneled double lumen catheter (53.7%) and 31 patients with temporary double lumen catheter (46.2%). tunneled double lumen catheter had significantly lower rates of bleeding, infection, and catheter dysfunction than temporary double lumen catheter (p <0.001). Tunneled double lumen catheter had a significantly lower 6-month catheter replacement rate than temporary double lumen catheter (p <0.001). At 6 months tunneled double lumen catheter had a greater average individual cost than temporary double lumen catheter.
Conclusion: Tunneled double lumen catheter have a lower replacement frequency and complications than temporary double lumen catheter temporary two-lumen catheters, but have a greater mean total individual cost than temporary double lumen catheter.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurdiana
"Radioterapi merupakan salah satu modalitas terapi bagi pasien kanker leher dan kepala. Pasien yang menjalaninya akan mengalami beberapa efek samping yang salah satunya adalah hiperpigmentasi kulit area radiasi. Hiperpigmentasi yang dialami pasien dapat mempengaruhi perubahan gambaran diri pasien. Penelitian dilakukan untuk mengetahui sejauhmana perubahan gambaran diri pasien yang mengalami hiperpigmentasi akibat terapi radiasi pada leher dan kepala. Desain penelitian ini adalah deskriptif tipikal atau sederhana dengan jumlah sampel sebesar 31 responden yang sudah menjalani terapi radiasi Iebih dari 10 kali di Departemen Radioterapi RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. Setiap responden yang masuk dalam penelitian mengisi kuesioner yang berisi data demografi dan pemyataan tentang gambatan diri. Dari data yang dianalisa menggunakan metode statistik tendensi Sentral yaitu mean, modus dan median didapatkan hasil perubahan gambaran diri pasien berada pada tingkat sedang. Penelitian ini merekomendasikan pendidikan kesehatan yang Iebih jelas lagi tentang efek samping terapi radiasi dan perawatannya serta molivasi dan support terhadap pasien agar Iebih ditingkatkan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5467
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>