Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71268 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Laura Rachmawati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S32986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Susanti
"Penggunaan pati sebagai eksipien dalam sediaan farmasi, perlu dimodifikasi terlebih dahulu. Modifikasi tersebut bertujuan untuk menghasilkan pati dengan sifat fungsional yang lebih bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Pada penelitian ini, dilakukan modifikasi pati dengan membuat pregel pati singkong yang dilanjutkan dengan esterifikasi suksinat anhidrid. Pregel pati singkong suksinat (PPSS) merupakan hasil modifikasi pati singkong secara fisika dan kimia yang dibuat dengan mereaksikan pregel pati singkong (PPS) dengan suksinat anhidrid 4%. PPS dan PPSS dikarakterisasi secara fisika, kimia, dan fungsional. Selanjutnya, pregel pati singkong suksinat digunakan sebagai bahan penyalut lapis tipis tablet. Dilakukan percobaan pendahuluan pada tablet plasebo yang disalut dengan PPSS konsentrasi 3, 5, dan 7%. Diperoleh hasil terbaik pada konsentrasi 5% kemudian dibandingkan dengan tablet yang disalut dengan HPC 5%. Larutan penyalut terdiri dari PPSS 5% sebagai polimer dan PEG 400 sebagai plasticizer sebesar 10% dari bobot polimer kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PPSS dapat digunakan sebagai bahan penyalut lapis tipis tablet.

The utilization of starch as excipient in pharmaceutical dosage form, need to modified first. The aim of this modification was to produce cassava with variation of functional characteristic according to the application. In this research, starch was modified by making pregelatinized cassava starch and then esterificated with succinic anhydride. Pregelatinized cassava starch succinate (PPSS) is a physically and chemically modified starch product which made by reacting pregelatinized cassava starch (PPS) with succinic anhydride 4%. PPS and PPSS was characterized by physical, chemical, and functional properties. Moreover, pregelatinized cassava starch succinate was used as film former in coated tablet. In pra eliminary study, placebo tablet was coated by PPSS with concentration 3%, 5%, and 7%. The result showed that the best concentration is in 5% and then was compared with coated tablet by HPC 5%. Film solution containing PPSS 5% w/v as polymer and 10% w/w PEG 400 as plasticizer based on the dry polymer weight. This research showed that PPSS can be used as a coating agent in the tablet form."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Rahayu Setyaningsih
"Tablet cepat hancur adalah tablet jenis baru yang cepat hancur dan /atau larut ketika dimasukkan kedalam rongga mulut. Tablet jenis ini dapat dengan mudah hancur walau hanya dalam sedikit air, seperti adanya saliva dalam rongga mulut. Oleh karena itu, dalam formulasi tablet cepat hancur diperlukan adanya superdisintegrant. Pada penelitian ini, dibuat tablet cepat hancur dengan menggunakan pragelatinisasi pati singkong suksinat (PPSS) sebagai bahan penghancur dan Avicel sebagai bahan pengikat. PPSS merupakan pati singkong termodifikasi secara fisika dan kimia. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi optimum PPSS dalam kombinasinya dengan Avicel yang memberikan hasil evaluasi tablet yang memberikan hasil evaluasi tablet yang memenuhi syarat atau kriteria. Proses optimisasi dilakukan dengan metoda permukaan respon, yaitu kurva hubungan non-linear antara faktor-faktor formulasi dengan masing-masing respon farmasetik. Dalam hal ini, faktor formulasi adalah konsentrasi PPSS dan Avicel, sedangkan respon farmasetiknya adalah parameter-parameter kekerasan, keregasan, waktu hancur dan waktu pembasahan tablet cepat hancur. Dari hasil penelitian ini diperoleh konsentrasi optimum PPSS adalah 26,94 - 27,85% dengan menggunakan Avicel sebanyak 20,44 - 24,29% sebagai pengikat.

Fast disintegrating tablet is a kind of tablet that can disintegrate and /or dissolve rapidly when it is entered into oral cavity. Fast disintegrating tablet can easily disintegrate with a small amount of water, like saliva in oral cavity. Thus, in the formulation of fast disintegrating tablet is required an excipient, which has superdisintegrant characteristic. In this study, the fast disintegrating tablets were formulated using pregelatinized cassava starch succinate (PCSS) as a disintegrant and Avicel as a binder. PCSS is a physically and chemically modified starch. Moreover, the purpose of the research is to obtain the optimum concentration of PCSS, which is combined with Avicel in the formulation that fulfills the criteria or requirements of the fast disintegrating tablet. The formulation optimization was carried out by response surface methodology, which is the non-linier relationship between formulation factors and individual pharmaceutical responses. In this study, formulation factor is the concentration of PCSS and Avicel, whereas the pharmaceutical responses are hardness, friability disintegration time and wetting time of the fast disintegrating tablet. The results show that the optimum concentration of PCSS and Avicel are 26,94 - 27,85 % and 20,44 - 24,29 % respectively in the formulation of the fast disintegrating tablet."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S33057
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Zaki
"Tablet cepat hancur merupakan bentuk sediaan farmasi yang sedang berkembang saat ini karena karakteristik yang dimilikinya, yaitu dapat hancur di rongga mulut tanpa perlu dikunyah dan tanpa adanya bantuan air tambahan. Komponen penting dalam tablet cepat hancur adalah penghancur. Maltodekstrin dan pragelatinisasi pati singkong (PPS) merupakan eksipien yang dapat berfungsi sebagai penghancur. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan tablet cepat hancur menggunakan maltodekstrin DE 10-15 dan pragelatinisasi pati singkong dalam berbagai konsentrasi sebagai eksipien. Pati singkong dipragelatinisasikan hingga didapat PPS. Selanjutnya PPS dicampurkan dengan maltodektrin DE 10-15 untuk dibuat menjadi tablet cepat hancur dengan metode granulasi basah. Evaluasi tablet menunjukkan bahwa formula F yang mengandung maltodekstrin DE 10-15 sebesar 40% dan PPS sebesar 10% memiliki kriteria yang baik sebagai tablet cepat hancur. Formula F memiliki kekerasan 3,39 kp, keregasan 0,74%, waktu pembasahan 7,87 detik dan waktu hancur 38,55 detik.

This study developed a novel fast disintegrating tablets. Maltodextrin DE 10-15 and pregelatinized cassava starch (PCS) with various concentration were used as tablet disintegrant. The PCS was obtained from pregelatinized process. The resulting PCS was then mixed with maltodextrin DE 10-15. The resulting mixture was then formulated into fast disintegrating tablet using wet granulation method. The obtained tablets were then evaluated. The evaluation showed that formula F which contained 40% maltodextrin DE 10-15 and 10% PCS have the best characteristic as fast disintegrating tablet. Formula F exhibited 3,39 kp of hardness, 0,74% of friability, 7,87 seconds of wetting time and 38,55 seconds of disintegration time."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S787
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Kurnianto
"Tablet cepat hancur (TCH) adalah tablet yang didesain untuk segera hancur di rongga mulut tanpa bantuan air sehingga dibutuhkan eksipien penghancur yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik pragelatinisasi pati singkong ftalat (PPSFt) sebagai penghancur tablet yang digunakan dalam formula TCH. PPSFt merupakan pati yang termodifikasi melalui proses pragelatinisasi sempurna dan esterifikasi dengan asam ftalat anhidrida dalam medium berair. PPSFt yang dihasilkan dikarakterisasi dan diformulasikan menjadi TCH dengan metode kempa langsung. TCH yang dihasilkan dievaluasi dan diuji kesukaan terhadap penampilan, rasa, dan waktu hancur pada 30 orang responden. Hasil karakterisasi PPSFt diperoleh serbuk dengan derajat substitusi sebesar 0,054, memiliki laju alir yang baik, kelarutannya dalam akuades sebesar 680,72 mg/100 ml, dan mampu mengembang sampai 2 kali lipat dalam waktu 2 menit. Evaluasi TCH menunjukkan bahwa formula 4 yang mengandung PPSFt sebesar 40% memiliki kriteria yang baik sebagai tablet cepat hancur. Formula 4 memiliki kekerasan 2,71 Kp, keregasan 0,82 %, waktu hancur in vitro 47,77 detik, dan waktu pembasahan 113,59 detik. Hasil uji kesukaan menunjukkan 86,67% reponden menyukai penampilan , 83,33% responden menyatakan rasanya manis, dan rata-rata waktu hancur TCH di rongga mulut responden 54,87 detik. Oleh karena itu, PPSFt dapat digunakan sebagai eksipien penghancur pada tablet cepat hancur.

Fast disintegrating tablets (FDT) are solid dosage forms which disintegrate in the patient?s mouth rapidly without the need of water thus FDT?s need appropriate disintegrant excipient. The aim of this study was to study pregelatinized cassava starch phthalate?s (PCSPh) characteristics as tablet disintegrant to be applied in FDT?s formulas. PCSPh produced by gelatinization and esterificaton of cassava starch using phthalate anhydride in aqueous medium. PCSPh was characterized and then formulated into FDT using direct compresion method. The obtained FDT were evaluated. FDT?s hedonic responses to appearance, taste, and disintegration time in oral cavity of 30 renponders were tested. The results showed that substitution degree of PCSPh was 0.054, had good flow rate, solubility in aquadest was 680.72 mg/100 ml, and 2 fold swelled in 2 minutes. The FDT?s evaluation showed that formula 4 containing 40% of PCSPh had the best characteristic as FDT. Formula 4 exhibited 2.71 Kp of hardness, 0.82% of friability, 47.77 seconds of in vitro disintegration time and 113.59 seconds of wetting time. The hedonic test results showed that 86.67% and 83.33% responders like the appearance and taste, respectively. FDT?s disintegration time in responders oral cavity was 54.87 seconds. Therefore, PCSPh may be used as an disintegrant excipient in FDT."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42016
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Djuang Diniarti
"Pati singkong telah lama digunakan dalam bentuk pasta sebagai bahan pengikat pada tablet. Tetapi ada keterbatasan dalam penggunaannya yaitu tablet menjadi rapuh. Untuk memperbaiki kelemahan diatas perlu dilakukan modifikasi terhadap pati alami tersebut. Modifikasi dapat dilakukan secara fisika dan kimia dengan membuat pregel pati singkong propionat. Pregel pati singkong propionat dibuat dengan cara mereaksikan pregel pati singkong dengan asam propionat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan pregel pati singkong propionat sebagai bahan pengikat pada tablet. Pada penelitian ini dibuat tablet menggunakan PPSP sebagai pengikat dengan konsentrasi 5 ? 20%, yang prosesnya dilakukan secara cetak langsung dan granulasi basah. Sebagai model obat digunakan diltiazem HCl. Tablet yang dihasilkan dievaluasi sesuai dengan evaluasi yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi III dan IV.
Hasil evaluasi tablet menunjukkan bahwa tablet yang diproses secara cetak langsung dan granulasi basah menggunakan PPSP dengan konsentrasi 5% memberikan hasil yang baik.

Pregelatinize Cassava starch has been used for a long time as tablet binder material. However, it have a limitation because of brittle tablet. For solving that problem the cassava starch should be modified by making pregelatinize propionic cassava starch. Pregelatinize propionic cassava starch is made by reacted pregelatinize cassava starch with propanoic acid.
The aim of this research was to study the ability of pregelatinized propionic cassava starch in tablet formulation. Formula of the tablet werw made by using 5, 10,15, and 20% pregelatinize propanoic cassava starch as a binder respectively. and the tablets was proceed by directeed compression and wet granulation which diltiazem HCl as a model drug. The tablets were evaluation according with Farmakope Indonesia III and IV.
The result show, both of the tablets that were used pregelatinize propionic cassava starch 5% have a good character."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, 2007
S32897
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Ramadiyanti
"Pragelatinisasi pati singkong suksinat (PPSS) merupakan hasil modifikasi pati secara fisika dan kimia yang dibuat dengan mereaksikan pragelatinisasi pati singkong (PPS) dengan anhidrida suksinat. Tujuan penelitian ini adalah mencari pH optimum pembuatan PPSS yang dilakukan pada variasi pH 6-9 dan pH 10-12. Pada pH 6-9 terjadi reaksi substitusi antara gugus hidroksil pati dengan anhidrida suksinat, sedangkan pada pH 10-12 terjadi reaksi cross-linking antara gugus hidroksil pati dengan anhidrida suksinat sehingga diperoleh karakteristik yang lebih baik dari pregel pati singkong suksinat (PPSS) sebagai bahan eksipien dalam sediaan farmasi. Karakterisasi yang dilakukan adalah karakterisasi kimia, fisika dan fungsional. Perbandingan karakteristik dilakukan terhadap PPS, PPSS pH 8 dan PPSS pH 10. Berdasarkan sifat fungsional, baik PPSS pH 8 dan PPSS pH 10 memiliki indeks kompresibilitas, sudut istirahat, kekuatan mengembang, kekuatan gel lebih baik daripada PPS. Penelitian ini memperlihatkan bahwa PPSS pH 8 maupun pH 10 dapat digunakan sebagai eksipien dalam sediaan farmasi.

Pregelatinized cassava starch succinate (PCSS) is a modified of starch physically and chemically which made by reacting pregelatinized cassava starch (PCS) and succinic anhydride. The aim of this research is to find the optimum pH of making PCSS using variation of pH 6-9 and pH 10-12. On pH 6-9 there was a substitution reaction between starch hydroxyl groups with succinic anhydride, and on pH 10-12 was a cross-linking reaction between starch hydroxyl groups with succinic anhydride so a better characteristic of PCSS was gained as an excipient pharmaceutical dosage form. Chemical, physical and functionally characterizations of PCS, PCSS pH 8 and PCSS pH 10 had been done. Based on the functional characteristic, either PCSS pH 8 or PCSS pH 10 have a better compressibility index, angle repose, swelling and gelling strength compared to PCS. This research showed that PCSS pH 8 and PCSS pH 10 can be used as excipient in the pharmaceutical dosage form."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S33035
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Pati singkong merupakan eksipien yang paling umum digunakan dalam sediaan padat farmasi. Namun, pati singkong masih memiliki sifat yang kurang menguntungkan. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan eksipien dengan karakteristik yang lebih baik yang berasal dari pati singkong dan salah satunya adalah dengan suksinilasi pati singkong. Pati singkong yang telah disuksinilasi dapat digunakan dalam formulasi obat lepas lambat dan lepas terkendali. Suksinilasi pati singkong dilakukan dengan mereaksikan pati singkong dengan anhidrida asam suksinat pada pH 8 dengan penambahan NaOH 0,8 N. Penelitian ini bertujuan untuk menguji karakteristik pati singkong suksinat lalu dibandingkan dengan pati singkong dan Primogel®. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pati singkong suksinat memiliki perbedaan dengan pati singkong dan Primogel®. Namun, dalam beberapa hal pati singkong suksinat memiliki karakteristik yang lebih baik daripada kedua eksipien tersebut."
Universitas Indonesia, 2005
S32531
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Habibi
"Pregelatinisasi pati singkong (PPS) mempunyai kemampuan mengembang yang baik akan tetapi daya ikatnya rendah,sehingga menyebabkan tablet menjadi rapuh, khususnya pada tablet cepat hancur. Untuk mengatasi kekurangan tersebut diantaranya adalah melalui modifikasi PPS dengan metode koproses. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat koprosesdari (PPS) dengan hidroksi propil metil selulosa(HPMC) yang selanjutnya digunakan dalam formulasi tablet cepat hancur.
Pada penelitian ini eksipien koproses dibuat dengan menggabungkan suspensi PPS dalam air dengan suspensi HPMC dalam air pada perbandingan 6:1, selanjutnya dikeringkan dengan drum dryer. Terhadap eksipien yang dihasilkan dilakukan evaluasi, selanjutnya digunakan dalam formulasi tablet cepat hancur. Proses pembuatan tablet menggunakan metode granulasi basah. Tablet cepat hancur dibuat 4 formula (formula ABCD), tablet yang dihasilkan dievaluasi sifat fisiknya yang meliputi kekerasan, keregasan, waktu pembasahan, waktu hancur sesuai dengan persyaratantablet cepat hancur yang baik.
Hasil evaluasi tablet yang dihasilkan menunjukkan hanya formula D yang dapat hancur sesuai dengan ketentuan Farmakope Eropa yaitu kurang dari 3 menit (88,16 ±10,61 detik), serta memiliki karakteristik sebagai berikut; kekerasan 1,73 kp ± 0,32, keregasan 0,69 ± 003,waktu pembasahan 142,66 ± 8,02 detik. Dapat disimpulkan bahwa hanya formula D memenuhi persyaratan tablet cepat hancur,baik sifat fisik maupun waktu hancur tablet.

Pragelatinized cassava starch (PCS) has a good ability to swelled but low binding capacity in tablet formulation, that causing the tablet to become brittle, especially in fast disintegrating tablets. To overcome the lack of them is through the modification of the PCS with the coprocess method. The purpose of this research was to create coprocess excipient from PCS with hydroxy propyl methyl cellulose (HPMC), then it was used in fast disintegrating tablets formulations by wet granulation method.
In this study an excipient coprocess was made by combining of PPS suspension in water with of HPMC suspension in water at a ratio of 6: 1, then dried with drum dryer. The excipient product was characterized of physical properties. After that, it used in fast disintegrating tablets formulations. The process of making the tablets was by wet granulation method in 4 formula (ABCD formula). The fast disintegrating tablets product was evaluated physical properties which include hardness, friability, wetting time, disintegrating time, in accordance with the requirements of a good fast disintegrating tablets.
The results of the evaluation of the resulting tablets indicate only formula D that can be disintegrated in accordance with the European Pharmacopoeia, which is less than 3 minutes (88,16 ± 10,61second), beside that another properties were; hardness 1.73 ± 0.32 kp, friability ± 0.69 003, wetting time 142,66 ± 8.02 seconds. The conclusion is formula D eligible as fast disintegrating tablets, not only physical properties but also disintegrating time.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45345
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rindi Irsan Artomo
"Tablet Cepat Hancur (TCH) adalah sediaan tablet yang didesain untuk segera hancur di rongga mulut tanpa bantuan air maupun dikunyah sehingga dibutuhkan eksipien yang mudah hancur atau larut dengan adanya air. Saat ini, TCH dibuat dengan menggunakan superdisintegran dari bahan-bahan impor. Padahal banyak eksipien yang terdapat di Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan, salah satunya adalah maltodekstrin DE 10-15.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan maltodekstrin suksinat (MDS) dari maltodekstrin DE 10-15 dan mengetahui karakteristiknya sebagai eksipien penghancur yang digunakan dalam formula TCH. MDS merupakan maltodekstrin DE 10-15 yang termodifikasi melalui proses suksinilasi dengan asam suksinat anhidrida dalam medium berair. MDS kemudian dikarakterisasi dan diformulasi menjadi lima formula TCH dengan verapamil HCl sebagai model obat. TCH yang dibuat melalui metode granulasi kering kemudian dievaluasi.
Hasil karakterisasi menunjukkan MDS memiliki derajat subtitusi sebesar 0,1772, kelarutan sebesar 1:21 bagian dalam akuades, dan mampu mengembang dua kali lebih baik dibandingkan maltodekstrin DE 10-15. Hasil evaluasi TCH menunjukkan bahwa formula 3 yang dibuat dengan menggunakan MDS sebagai eksipien penghancur pada konsentrasi 15% memiliki kriteria yang baik sebagai tablet cepat hancur. Formula 3 memiliki kekerasan 3,71 Kp, keregasan 0,98%, waktu hancur in vitro 71,2 detik, waktu pembasahan 37,2 detik, dan verapamil HCl terdisolusi sebesar 96,91% dalam waktu 10 menit. Hasil ini menunjukkan bahwa MDS sangat potensial untuk digunakan sebagai eksipien penghancur pada TCH.

Fast Disintegration Tablet (FDT) are tablet dosage forms which disintegrate in the patient’s mouth rapidly without water needed or chewed, so FDT’s need an excipient that easily disintegrated or soluble with the presence of water. Nowadays, FDT was made of superdisintegrant from import commodities. Besides there were many excipients in Indonesia that have potential to be developed, one of those was maltodextrin DE 10-15.
The aim of this research was to produce maltodextrin succinate (MDS) from maltodextrin DE 10-15 and find out its characteristics as tablet disintegrant to be applied in FDT’s formulas. MDS are maltodextrin DE 10-15 that has been through modification by succinylation using succinic anhydride in aqueous medium. MDS was characterized and then formulated into five FDT’s formulas using verapamil HCL as drug model. FDT that has been produced by dry granulation method was evaluated.
The results showed that MDS has 0.1772 degree of substitution, solubility was 1:21 portion in aquadest, and capable to swell two times better than maltodextrin DE 10-15. The results from FDT’s evaluation shows that formula 3 that has been produced using MDS as tablet disintegrant at 15% of concentration had the best characteristics as FDT. Formula 3 exhibited 3.71 Kp of hardness, 0.98% of friability, 71.2 seconds of in vitro disintegration time, 37.2 seconds of wetting time, and 96.91% verapamil HCl dissoluted in 10 minutes. This results shows that MDS was very potential to be used as disintegrant in FDT.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>