Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159837 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 1991
S28041
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhamad Arifin
"Komposit polimer epoksi berpenguat serat gelas (GFRP) merupakan salah satu material yang dewasa ini sangat populer, karena nilai ekonomis dan kehandalan nya. Aplikasi GFRP pada lingkungan bawah air, menyebabkan terjadinya proses wet curing yang dapat mempengaruhi sifat mekanik.
Penelitian ini membahas faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dari material GFRP dan daya rekat komposit tersebut dengan logam, faktor-faktor tersebut diantaranya seperti durasi curing, temperatur dan salinitas. Komposit GFRP dengan dua tipe hardener yaitu poliamin dan siklikamin dimanufaktur dengan menggunakan metode hand lay-up. Spesimen GFRP selanjutnya dengan variasi durasi curing 12, 24 dan 48 jam dimanufaktur pada lingkungan udara, air laut dan air distilat dengan temperatur dan salinitas yang berbeda. Kemudian dilakukan pengujian tarik, tekuk dan impak serta uji kekuatan bonding dan pengamatan SEM.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa GFRP dengan hardener poliamin gagal membuat ikatan crosslink pada proses wet curing, sedangkan dengan hardener siklikamin crosslink berhasil terbentuk, nilai karakteristik sifat mekanik pada proses wet curing sedikit menurun dibandingkan dengan proses dry curing, seperti hasil uji tarik menurun sebesar 10% dan uji daya rekat sambungan logam dengan komposit turun sebesar 16%. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan uji coba dilapangan.

Glass Fiber Reinforced Polymer (GFRP) is very popular among other material due to its economic value and reliability. As an application to subsea pipeline, the main challenge of GFRP is the process of wet curing which is required by epoxy composite to form a strong bonding of cross link in subsea environment and consequently can effect mechanical properties.
This study evaluated the factors that might affect the performance of epoxy composite material and its bonding to metal, i.e. curing duration, temperature, and salinity. GFRP composite with two different types of hardener which are polyamine and cyclic amine were manufactured by hand lay-up method. Then, the specimens were manufactured in atmospheric, sea water, and distillation water with different variables such as 12, 24, and 48 hours curing time; temperature; and salinity. Then, the specimens were tested for their tensile, flexural, impact, and bonding strength. The last, observation of fracture appearance was done by SEM.
Result of the study, concluded that GFRP with polyamine hardener was failed to create cross link on wet curing process while the one with cyclic amine hardener successfully created cross link. However, the mechanical characteristic was a bit lower, such as the tensile strength decreased to 10% and the adhesion strength of the bonding decreased to 16%. For the future, this study can be investigated by field testing.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fikri Fadila
"ABSTRAK
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Menurut data yang dikeluarkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, Indonesia memiliki pulau sekitar 17,499 pulau dari Sabang sampai Merauke. Mengetahui fakta ini maka banyak sektor industri (seperti energi, pariwisata, militer, dan perikanan) yang menggunakan moda transportasi lau sebagai saran pendukung bisnis industri mereka. Mengetahui hal ini maka perlu dilakukan suatu rancangan kapal yang memenuhi standar keselamatan operasi kapal. Salah satu aspek dalam merancang kapal yang menjadi perhatian penting terkait memenuhi standar tersebut adalah kekuatan dan konstruksi. Pada aspek kekuatan dan konstruksi terdapat pemilihan material guna mencapai standar keselamatan operasi kapal. Saat ini, baja merupakan material yang umum digunakan pada pembuatan kapal. Hal ini disebabkan oleh karakteristik mekanik baja yang dapat memenuhi standar operasi keselamatan kapal. Namun demikian, baja memiliki kekurangan yaitu massa jenis yang tinggi sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait material alternatif yang memiliki karakteristik mekanik sama dengan baja namun massa jenisnya lebih rendah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi terkait material alternatif pembuatan kapal selain baja. Jenis komposit yang digunakan pada penelitian ini adalah epoksi-karbon dengan variabel konfigurasi serat (UD & woven) dan proses perlakuan (prepreg & wet). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode elemen hingga dengan menggunakan perangkat lunak ANSYS Academic R19.2 Student Version. Pengaturan yang diperlukan dalam melakukan metode elemen hingga diantaranya : Membuat desain model elemen hingga (meliputi geometri dan input jenis material), menentukan boundary conditions dan loading conditions. Kemudian, dilakukan analisis yang keluarannya berupa kurva load-displacement, kontur deformasi, dan yield strength.

ABSTRACT
Indonesia is the biggest archipelago country in the world. According to data released by Minister of Maritime and Fisheries, Indonesia has an island of around 17,499 islands from Sabang to Merauke. Knowing this fact, many industrial sectors (such as energy, tourism, military, and fisheries) use transportation modes as a suggestion to support their industrial business. Knowing this matter, it is necessary to do a ship design that meets the ships operating safety standards. One aspect of ship design which is an important concern regarding to this standard is construction and strength. On the aspect of construction and strength, material selection is one to be determined to achieved the operating safety standard. At present, steel is a material commonly used in shipbuilding due to its mechanical characteristic that can meet ship safety operating standard. However, steel has disadvantage of higher density. Further researh is needed regarding alternative materials that have the same mechanical characteristic as steel but lower density. Therefore, this study amis to conduct studies for alternative materials for shipbuilding other than steel. The type of composite used in this study is epoxy-carbon with variable fibre configuration (UD & Woven) and machining process (Prepreg & Wet). The method used in this study is using finite element method by ANSYS Academic R19.2 Student Version. Arrangements needed for use this method, such as : Design a finite element model (containing geometry and input type material), determine boundary conditions and loading conditions. Then, the analysis carried out in the form of load-displacement curves, contour deformation, and yield strength."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Taufan
"ABSTRAK
Material sebagai unsur pernbentuk alat produk telcnologi yang diperlukan
dalam hidup manusia sampai saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat,
bempa peningkatan kualitas material yang telah dikenal sebelumnya maupun
dengan adanya inovasi baru dari jenis-jenis material yang sebelumnya tidak lazim
dipergunakan sebagai alat produk teknologi. Pengaruh perlakuan panas
mempakan salah satu metode yang digunal-can dalarn rangl-ca peningkatan kualitas
material besi tuang kelabu, yang dapat dilcatakan hampir selalu hadir dalam besi
tuang kelabu tetapi pengaruhnya yang pasti masih menjadi penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk rnempelajari pengaruh temperatur terhadap
kekerasan, distribusi pengerasan, dan struktur mikro pada proses perlalcuan panas
besi tuang lcelabu. Parameter penelitian adalah temperatur 700, 750, 800, 850, dan
900°C dengan masing-masing waktu tahan 30 menit_ ?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan kekerasan pada
temperatur 700, 750, dan SO0°C masing-masing sebesar 12,44 %, 8,61 %, dan
8,61 % dan teijadi peningkatan kekerasan pada temperatur 850 dan 900°C
masing-masing sebesar 73,47 % dan 117,22 %. Distribusi pengerasan ketika
sampel clipanaskan pada temperatur austenisasi dan kemuclian clicelup dalam oli
menunjukkan bahwa bagian atas sampel memiliki kekerasan yang lebih besar
dibandingkan bagian tengahnya Struktur mikro sampel yang dipanasl-can pada
temperatur 700, 750, clan 800°C adalah grafit clengan matriks perlit clan ferit.
Sedangkan struktur mil-:ro sampel yang dipanaslcan pada temperatur 850 dan
900°C adalah grafit dan bainit."
2000
S41583
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Biobarrier merupakan salah satu teknologi pengolahan limbah cair yang mengandung kontaminan berbahaya tanpa melupakan aspek ramah lingkungan. Biobarrier ini menggabungkan proses adsorpsi dengan proses biodegradasi. Keuntungan dari teknologi ini yaitu regenerasi GAC yang ramah lingkungan dan tidak berbiaya tinggi serta umur GAC yang menjadi lebih panjang. Agar proses biodegradasi berjalan optimal perlu dilakukan penentuan rasio C:N:P sebagai nutrisi. Rasio C:N yang terlalu kecil akan menyebabkan pertumbuhan bakteri terhambat akibat keterbatasan jumlah nitrogen sedangkan rasio C:N yang terlalu besar dapat menyebabkan proses pengasaman yang juga mengakibatkan pertumbuhan bakteri terhambat. Dengan terhambatnya pertumbuhan bakteri maka proses biodegradasi menjadi terhambat pula. Selain itu, dilakukan juga scale up kolom biorgenerator skala laboratorium menjadi pilot scale. Konsorsium bakteri yang digunakan dalam proses biodegradasi adalah Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas fluorescens, Bacillus substilis, Bacillus coagulans dan Aeromonas hydrophilla. Percobaan penentuan rasio C:N:P sebagai nutrisi dilakukan di dalam bioreaktor yang berisi medium Lockhead and Chase (LC) pada temperatur ruang dan kecepatan pengocokan sebesar 30 rpm selama 168 jam. Variabel yang divariasikan adalah rasio mol C:N:P sebesar 100:8:1, 100:10:1, 100:12:1, 100:14:1, dan 100:15:1. Parameter yang diamati adalah konsentrasi benzena-toluena dan jumlah bakteri setiap 24 jam sekali. Sedangkan untuk scale up kolom bioregenerator dilakukan dengan melakukan perhitungan desain berdasarkan kolom bioregenerator skala laboratorium. Hasil rasio optimum C:N:P sebagai nutrisi adalah 100:10:1 yang ditunjukkan dengan laju pertumbuhan konsorsium bakteri sebesar 9,1 x 1011 jam-1 dan persentase degradasi benzena mencapai 85% serta degradasi toluena yang mencapai 100%. Scale up kolom bioregenerator skala laboratorium menjadi skala pilot dengan diameter kolom sebesar 15,4 cm dan tinggi kolom sebesar 215 cm serta membutuhkan GAC mesh 8-16 sebanyak 9779 gram. Scale up ini dilakukan dengan mempertahankan waktu retensi pada kolom skala laboratorium sebesar 188,2 detik."
[Fakultas Teknik Universitas Indonesia, ], 2007
S49703
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Andalusi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30683
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Hidayatullah
"Umumnya, metode metal injection molding MIM menggunakan material SS 17-4 PH untuk aplikasi braket ortodontik. Salah satu proses dalam MIM adalah thermal debinding, yaitu proses dimana binder dihilangkan dari produk menggunakan energi panas. Proses thermal debinding dilakukan dengan variasi temperatur yaitu 480, 510, dan 540oC, waktu tahan yaitu selama 0.5, 1 , dan 2 jam, serta laju pemanasan yaitu 0.5, 1, 1.5, dan 2oC/min. Pengaruh temperatur menunjukkan semakin meningkatnya temperatur, persentase pengurangan massa semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh pembentukan oksida pada sampel yang dibuktikan dengan TGA. Hasil pengurangan massa terbesar didapatkan pada temperatur 480oC sebesar 6.4137 wt . Pada variabel waktu tahan, ditunjukkan bahwa semakin lama waktu tahan akan meningkatkan pengurangan massa dan nilai pengurangan massa terbesar didapat pada waktu tahan 2 jam yaitu sebesar 6.255 wt . Untuk laju pemanasan dengan semakin lambatnya laju pemanasan akan meningkatkan pengurangan massa sampel dan mengurangi adanya pembentukan retak. Variabel terbaik diperoleh pada laju pemanasan 0.5oC/min, yaitu menghasilkan pengurangan massa sebesar 6.2499 wt dan pembentukan retak lebih sedikit.

Generally, metal injection molding MIM method utilizes SS 17 4 PH as material for application of orthodontic bracket. One of the process of MIM is thermal debinding, which binder is eliminated by thermal energy. In this study, thermal debinding process is conducted with variation of temperature, i.e. 480, 510, and 540oC, holding time, i.e. 0.5, 1 and 2 hours, heating rate, i.e. 0.5, 1, 1.5, and 2oC min. The effect of temperature shows that the increased temperature will result in the mass reduction percentage due to formation of oxide on the sample, which will be proven through TGA testing. The highest mass reduction was 6.4137 wt which was obtained at 480oC. For the variation of holding time, the longer the holding time will result in increased mass reduction and the highest mas reduction was 6.255 wt which was obtained during 2 hours of holding time. For the heating rate, the slower the heating rate will result in increased mass reduction and decreased the presence of crack formation. The best variable was obtained at heating rate of 0.5oC min, which resulted mass reduction of 6.2488 wt and less crack formation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S63567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S36100
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1993
S28167
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>