Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178390 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Skila Mardotilah
"Parameter utama yang dapat menggambarkan kinerja sinar-X terhadap kualitas citra mamografi yaitu resolusi dan noise. Parameter ini dapat dievaluasi oleh parameter Fourier, yaitu MTF, NPS dan DQE. MTF (Modulation Transfer Function) berguna untuk menganalisis detail dan kontras secara bersamaan. NPS (Noise Power Spectrum) berguna untuk menganalisis komposisi frekuensi spasial noise pada gambar. DQE (Detective quantum efficiency) adalah ukuran efek gabungan dari sinyal (terkait dengan kontras gambar) dan kinerja noise dari sistem pencitraan. Penelitian ini merupakan studi retrospektif dari data QC yang bertujuan untuk mempelajari dan mengevaluasi MTF, NPS dan DQE terhadap variasi kualitas berkas radiasi dan tipe detektor. Data yang digunakan merupakan citra DICOM dengan variasi kombinasi anode/filter, variasi tegangan dan variasi tipe detektor. Pengukuran MTF, NPS dan DQE dilakukan dengan menggunakan software Imagej dengan plugin COQ mengacu pada pedoman European Guidelines dan IEC-62220-1-2. Hasil penelitian menunjukan bahwa variasi kualitas berkas radiasi tidak menunjukan pengaruh signifikan pada parameter Fourier. Sementara tipe detektor dapat mempengaruhi parameter Fourier berdasarkan teknologi yang digunakan.

The main parameters that can describe the performance of X-rays on the quality of mammography images are resolution and noise. This parameter can be evaluated by Fourier parameters, namely MTF, NPS and DQE. MTF (Modulation Transfer Function) is useful for analyzing detail and contrast simultaneously. NPS (Noise Power Spectrum) is useful for analyzing the spatial frequency composition of noise in an image. DQE (Detective quantum efficiency) is a measure of the combined effect of the signal (related to image contrast) and noise performance of an imaging system. This research is a retrospective study of QC data which aims to study and evaluate MTF, NPS and DQE against variations in radiation beam quality and detector type. The data used are DICOM images with anode/filter variations, voltage variations, and detector type variations. MTF, NPS and DQE measurements were carried out using Imagej software with the COQ plugin referring to European Guidelines and IEC-62220-1-2. The results showed that the variation of the radiation beam quality did not show a significant effect on the Fourier parameter. While the type of detector can affect the Fourier parameters based on the technology used."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuruddin
"Telah dilakukan perbandingan pengukuran PDD dan beam profile antara detektor Pin point micro chamber dan Gafromic film pada lapangan kecil. Pengukuran dilakukan dengan detektor Exradine A-16 pin point micro chamber dengan volume 0.007 cc, menggunakan RFA phantom IBA dosimeter. sedangkan pengukuran film gafchromic menggunakan virtual water phantom. Eksperiment PDD dilakukan menggunakan teknik SSD pada ukuran lapangan kecil (0.8 cm2, 1.6 cm2, 2.4 cm2, 3.2 cm2 dan 4 cm2) di pesawat Linac dengan modalitas sinar-x 6 MV dan 10 MV. Eksperiment profil dilakukan menggunakan teknik SAD, dengan kedalaman 5 cm untuk sinar-x 6 MV dan 10 cm untuk sinar-x 10 MV.
Hasil dan diskusi, presentase daerah penumbra terhadap ukuran lapangan yaitu 7% sampai 55.31%. Pada pengukuran PDD terlihat kedalaman maksimum yaitu 0.99 cm sampai 2.04 cm. Hasil pengukuran kualitas berkas TPR20,10 yaitu 0.63 sampai 0.82. Kesimpulan, daerah penumbra akan semakin besar jika ukuran luas lapangan radiasi menurun. Kedalaman maksimum akan bergeser kearah permukaan jika ukuran lapangan mengecil. Perlu adanya faktor koreksi volume averaging pada penggunaan detektor kamar pengion dan pada film gafchromic diperlukan ketelitan pada setiap proses untuk menghindari noise yang dapat mempengaruhi keakuratan hasil pengukuran.

The comparison PDD and beam profile measurements have been done between the detector Pin-point micro chamber and Gafromic film on a small field. The eksperiment were performed using RFA phantom IBA dosimeter with the detector Exradine A-16 Pin-point micro chamber with volume 0.007 cc. Moreover, gafchromic film measurement was done using virtual water phantom. PDD Measurements are performed using the technique SSD with small field sizes of 0.8 cm2, 1.6 cm2, 2.4 cm2, 3.2 cm2 and 4 cm2 on the central axis of phantom for the modalities linac 6 MV and 10 MV x-rays. Profile measurements were performed using the technique SAD at 5 cm depth for 6 MV x-ray and 10 cm depth for 10 MV x-rays.
The results show penumbra in the range of penumbra regions 7% to 55.31%. At the PDD measurements show maximum depth are 0.99 cm to 2:04 cm. Beam quality TPR20,10 measurement results are 0.63 to 0.82. Conclusion, Penumbra regions will be even greater if the field size is decreases. The maximum depth of PDD shifted towards to the surface if the field size decreases. Need for volume averaging correction factor to used ionizing radiation detectors and gafchromic film required accuracy at each process
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S44944
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Simarmata, Hara I.
"Telah dilakukan ketidakpastian pengukuran pada detektor bilik ionisasi dan detektor Solid State. Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan pengukuran HVL (Half Value Layer) dan pengukuran kalibrasi detektor pada berkas radiasi RQR, dimana melalui pengukuran dan hasil perhitungan diperoleh hasil ketidakpastian detektor farmer pada masing-masing tegangan 50 kV yaitu sebesar 7.40%, 60 kV sebesar 7.39%, 70 kV sebesar 7.52%, 80 kV sebesar 7.32%, 90 kV sebesar 7.89% dan 100 kV sebesar 7.40% dan ketidakpastian detektor unfors pada masing-masing tegangan 50 kV yaitu sebesar 12.26%, 60 kV sebesar 12.26%, 70 kV sebesar 12.31%, 80 kV sebesar 12.22%, 90 kV sebesar 12.54% dan 100 kV sebesar 12.24%.

The author had been do improbability measurement on ionization chamber detector and solid state detector. The method is measuring HVL (Half Value Layer) and detector calibration of radiation RQR on X-Ray instrument, which is through this measurement and result calculation get improbability results of farmer detector on every voltage is 50 kV is 7.40%, 60 kV is7.39%, 70 kV is 7.52%, 80 kV is 7.32%, 90 kV is 7.89% and 100 kV is 7.40% and improbability unfors detector on every voltage is 50 kV is 12.26%, 60 kV is 12.26%, 70 kV is 12.31%, 80 kV is 12.22%, 90 kV is 12.54% and 100 kV is 12.24%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29483
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Dradjat Noerwasana
"Perhitungan besarnya hamburan dari pasein dalam pesawat fluoroskopi dengan tabung di atas merupakan sesuatu yang penting dalam proteksi radiasi. Sebuah user kode Monte Carlo yaitu DOSXYZnrc digunakan untuk menghitung rasio hamburan terhadap entrance surface dose (ESD). Hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan pengukuran untuk menunjukkan adanya hamburan dalam fluoroskopi tersebut. Pemodelan dalam DOSXYZnrc dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan sebuah pesawat fluoroskopi, phantom, dan lithium fluoride thermoluminescent dosimeter (TLD). TLD ditempatkan pada jarak 50 cm dengan sumbu berkas sinar-x dalam beberapa sudut dari pusat phantom dan juga pada tubuh staf yaitu di dekat mata, leher, dada, pinggang dan kaki pada saat melakukan tindakan.
Radiasi hambur pada jarak 50 cm dari sumbu berkas diperkirakan menyebar tertinggi pada sudut 1400 dari tubuh pasien atau jika staf yang memiliki tinggi 160 cm akan pada bagian matanya. Selanjutnya dosis akan berkurang untuk sudut yang lebih kecil atau bagian yang lebih ke bawah yaitu leher, dan dada. Pada pengukuran TLD dosis pada kaki meningkat karena pengaruh dari hamburan balik dari permukaan lantai. Bagian mata untuk staf dengan tinggi 160cm dan arah sudut 1400 menerima dosis paling tinggi karena radiasi hambur dan kaki menerima dosis yang lebih karena adanya tambahan hamburan balik dari permukaan lantai.

Calculation of scattering from a patient in fluoroscopy with upper tube is an important part on determining the radiation protection requirements. A software based on Monte Carlo Method named DOSXYZnrc was used to calculate the percentage of scatter radiation from entrance surface dose (ESD). Calculations have been compared with measurements to show that simulation result are representative of scatter found in fluoroscopy. Modeling in DOXYZnrc and measurement were performed using a X-ray fluoroscopy, some phantom, and some lithium fluoride thermoluminescent dosimeter (TLD). TLD's were placed at 50 cm from x-ray beam axis in some angle of phantom center and also on the staff's body near to eyes, neck, chest, waist and legs.
The radiation scattered at the distance of 50 cm from the beam axis with the highest predicted spread angle 140° of the patient's body or if the 160 cm staff tall will be in the eye. Furthermore, the dose will be reduced in a smaller angle or decreased on neck, and chest. In the TLD dose measurement in legs was increased because of the back-scattering influence from the surface of the floor behind. The eye in the 160cm staff tall and direction on the angle of 140° receiving the highest dose due to the scattering from a patient, and then feet receive higher doses because of the additional back-scattering from the surface of the floor behind.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T28838
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Nurningsih
"Telah dilaksanakan suatu studi kuantitatif kualitas citra mammografi sebagai fungsi jarak air gap. Studi dilaksanakan pada alat mammografi General Electric Senographe 700T dengan menggunakan metoda Bernstein dan Muntz dan modifikasinya. Metode ini menggunakan Low Shield Contrast dengan memvariasikan gap pada kondisi paparan, SID (Source to Image Distance), field size (luas lapangan) dan otomatic processing yang sama. Modifikasi metode Bernstein dan Muntz menggunakan fantom mammografi PMMA dengan memvariasikan gap pada SID (Source to Image Distance), field size (luas lapangan) dan automatic processing yang sama, namun dengan kondisi paparan yang berbeda untuk masing-masing penambahan ketebalan PMMA. Didapatkan hasil bahwa dengan bertambahnya gap, S/P (Scatter to Primary ratio ) menurun, S/P untuk masing-masing gap 1 cm, 2 cm, 3 cm, 4 cm, dan 5 cm berturut-turut yaitu menurun sebesar 0.24%, 0.49%, 0.75%, 1.015%, dan 1.29%, dan kualitas citra yang diperoleh menjadi lebih baik. Penambahan ketebalan fantom menghasilkan berkurangnya kualitas citra.

A quantitative study has been done on the influence of air gap on image quality by using Bernstein and Muntz’ method and its modification. Work was accomplished on General Electrical Senographe 700T mammography unit. The method use Low Shield Contrast with variety of different gaps on same voltage, SID (Source to Image Dista nce), field size and automatic processing unit. The modification used PMMA pantom, but with the different voltage each additional thickness for different exposure. The result is that with increasing gap, S/P (Scatter to Primary ratio) decreases, S/P decreases for 1 cm, 2 cm, 3 cm, 4 cm, and 5 cm gap are 0.24%, 0.49%, 0.75%, 1.015%, and 1.29%, and the image quality increased. Image quality decreases as the PMMA thickness increased."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S29209
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhammad Faizal Qurtubi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29501
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Aprillya Rizki
"Penentuan spektrum sinar X perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas radiasi yang keluar dari tabung sinar X, selain karakteristik detektor yang digunakan untuk pengukuran yang harus diketahui untuk mencegah terjadinya kesalahan penafsiran spektrum hasil pengukuran. Penelitian ini menggunakan pesawat sinar X YXLON YTU ? 320 D303 dan menggunakan detektor XR ? 100 ? CdTe serta software XCOMP5R. model pesawat ini diletakkan pada jarak 100 cm dari detektor, dengan ketebalan detektor CdTe sebesar 1 mm dan berjari ? jari sebesar 0.15 mm. Penelitian juga mencari hubungan spektrum sinar X dengan XCOMP5R untuk mencari karakteristik detektor CdTe dengan mengasumsikan spektrum XCOMP5R sebagai spectrum ideal, dari spektrum sinar X pengukuran dapat diketahui karakteristik dari detektor CdTe tersebut. Karakteristik detektor yang muncul pada saat pengukuran adalah energy K edge dan sinar X karakteristik Cd dan Te yaitu Cd nilai K edge 26.704 keV, ka1 22.982 keV, ka2 23.172 keV, kb1 26.093 keV, kb2 26.641 keV. Te nilai K edge 31.800 keV, Ka1 27.200 keV, Ka2 27.471 keV, Kb1 30.993 keV, Kb2 31.698 keV. Sebelum melakukan pengukuran spektrum, kita harus mengetahui karakter detektor untuk mencegah terjadinya penafsiran data.

Determination of the X-ray spectrum is important to know the quality of the radiation of the X-ray tubes, in the other hand it is important to characterize the detector used for measurement to prevent misinterpretation of the spectrum from measurement results. The study use X-ray tube YXLON YTU - 320 D303 and using the detector XR ? 100 ? CdTe and XCOMP5R software. X-ray tube model is placed at a distance of 100 cm from the detector, CdTe detector with a thickness of 1 mm and the fingers of 0.15 mm. the studies also aim spectrum and also to characterize it to find relation between XCOMP5R X-ray spectrum and CdTe detector by assuming the spectrum XCOMP5R as an ideal spectrum. Detector characterize that appears at measurement is the energy of K edge and X-ray characteristics of Cd and Te. The value of Cd, K edge is 26.704 keV, Ka1 is 22.982 keV, Ka2 is 23.172 keV, Kb1 is 26.093 keV, Kb2 is 26.641 keV. Values of Te, K edge is 31.008 keV, Ka1 is 27.200 keV. Ka2 is 27.471 keV, Kb1 is 30.993 keV, Kb2 is 31.698 keV. Before using detector for measurements, we must know the characteristics of detector it is important that."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S849
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>