Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139617 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 1992
S27953
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosari Saleh
"Studi tentang pengaruh anil termal terhadap besaran optis dan disorder lapisan tipis amorf silikon karbon terhidrogenasi (a-SiC:H) telah dilakukan. Lapisan tipis dihasilkan dengan teknik deposisi sputtering menggunakan target grafit dan wafer silikon yang dilakukan dalam campuran gas argon dan hidrogen, kemudian dikarakterisasi dengan spektroskopi uv-vis (ultra violet-visible) sebelum dan setelah diberikan perlakuan anil termal. Indeks bias n dan koefisien absorpsi α diperoleh dari hasil pengukuran transmitansi. Gap optis memperlihatkan sedikit variasi terhadap temperatur anil, yakni meningkat dengan bertambahnya temperatur anil sampai 500 °C. Kenaikan temperatur anil menyebabkan densitas lapisan tipis berkurang dan demikianpula disorder jaringan amorfnya. Hasil eksperimen akan didiskusikan dalam hubungannya dengan kondisi deposisi dan hasil eksperimen lain.

The Effect of Thermal Annealing on the Optical Properties of a-SiC:H Films Produced by DC Sputtering Methods: I. Graphite Target Case. A study of the annealing effect on optical properties and disorder of hydrogenated amorphous silicon carbon (a-SiC:H) films was undertaken. The films were prepared by sputtering technique using graphite target and silicon wafer in argon and hydrogen gas mixture, and then characterized by uv-vis (ultra violet-visible) spectroscopy before and after annealing. Index of refraction n and absorption coefficient α of films have been determined from measurements of transmittance. The optical gap show small variation with annealing temperature, increasing with increasing annealing temperature up to 500 °C. An increase of annealing temperature leads to reduced film density and the amorphous network disorder. The experimental results are discussed in terms of deposition condition and compared to other experimental results."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Universitas Indonesia, 2010
535 PED
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Akhiruddin Maddu
"Pada penelitian ini dikembangkan sistem sensor serat optik dengan cladding termodifikasi lapisan polianilin nanostruktur (nanoserat) untuk mendeteksi uap-uap kimia, meliputi uap amonia (NH3), asam klorida (HCl), metanol (CH3OH), dan uap aseton. Sensor serat optik yang dikembangkan didasarkan pada modulasi intensitas cahaya yang terpropagasi di dalam serat optik akibat perubahan sifat optik (indeks bias atau spektrum absorpsi) cladding modifikasi ketika berinteraksi dengan uap-uap kimia yang dideteksi. Polianilin nanostruktur (nanoserat) disintesis dengan metode polimerisasi antarmuka (interfacial) sistim dua fasa larutan organik/air (aqueous) dan dihasilkan polianilin dalam bentuk terprotonasi atau terdoping (emeraldine salt). Morfologi polianilin diuji dengan mikroskop elektron (SEM), diperoleh morfologi polianilin nanostruktur berbentuk nanoserat dengan diameter beberapa puluh nanometer. Sampel polianilin juga diuji kristalografi dengan difraksi sinar-X (XRD) dan uji spektroskopi FTIR yang mengindikasikan polianilin yang terbentuk adalah emeraldine salt. Uji sifat optik dengan spektrofotometer Vis-NIR memperlihatkan karakteristik spektra spesifik lapisan polianilin dan berubah ketika diberi perlakuan uap-uap kimia (amonia, metanol, aseton dan HCl). Polianilin nanostruktur diterapkan sebagai cladding modifikasi pada serat optik plastik sebagai cladding sensitif. Probe sensor serat optik diuji karakteristik responnya terhadap perlakuan beberapa uap kimia (amonia, HCl, metanol, aseton). Respon dinamik sensor serat optik berupa kurva siklus yang terdiri dari bagian respon dan bagian pemulihan (recovery),yaitu perubahan nilai transmisi intensitas cahaya yang melewati sensor serat optik terhadap waktu. Dari kurva respon ditentukan waktu respon dan waktu pemulihan (recovery) serta juga diketahui kemampuan balik (reversibility) dan kemampuan pengulangan (repeatability). Waktu respon sensor untuk semua uap yang diujikan cukup singkat, yaitu untuk uap amonia, uap asetón dan uap HCl dengan waktu sekitar 20 detik, sedangkan untuk uap metanol lebih lama yaitu sekitar 60 detik. Sebaliknya, waktu pemulihan (recovery time) untuk uap amonia sekitar 50 detik lebih lama dari pada untuk uap metanol (30 detik), uap asetón (10 detik) dan uap HCl (30 detik). Dari kurva siklus respon memperlihatkan kemampuan balik (reversibilitas) sensor yang cukup baik, khususnya untuk respon uap amonia, uap saetón dan uap HCl. Masing-masing siklus tidak memperlihatkan perubahan bentuk yang berarti. Responsivitas sensor terhadap uap kimia memperlihatkan nilai yang berbeda untuk masing-masing uap. Responsivitas terbesar diperoleh untuk uap amonia (1,4 %/detik), diikuti uap aseton (1,25%/detik), uap metanol (0,8 %/detik), dan paling kecil adalah untuk uap HCl (0,05%/detik). Sensor serat optik yang dirancang juga dapat merespon variasi tekanan uap-uap kimia yang diuji dengan batas (limit) deteksi masing-masing, hingga tekanan beberapa puluh mmHg, yaitu 45 mmHg untuk uap amonia dan HCl, 10 mmHg untuk uap metanol dan uap aseton. Respon sensor juga memperlihatkan hubungan logaritmik antara intensitas transmisi terhadap tekanan uap-uap kimia yang diuji dengan linearitas yang cukup baik. Sensitivitas sensor untuk masing-masing uap menunjukkan nilai yang berbeda. Sensitivitas paling baik diperlihatkan oleh sensor uap metanol (0,67 %/mmHg), disusul sensor uap aseton (0,33 %/mmHg), uap amonia (0,20 %/mmHg untuk L=2 cm dan 0,22%/mmHg untuk L=3 cm), dan uap HCl (0,15 %/mmHg)."
2007
D1205
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1992
S27951
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Djohan
"Sistem komunikasi serat optik pada saat ini mempunyai peranan yang sangat penting karena keunggulan-keunggulannya di bandingkan dengan sistem komunikasi yang lain. Untuk dapat mengetahui kinerja sistem serat optik tersebut maka perlu di ketahui parameter transmisinya antara lain, yaitu rugi rambatan (loss) dan pelebaran pulsa (dispersi). Dalam tesis ini dilakukan perancangan dan pembuatan peralatan untuk mengukur parameter transmisi serat optik dengan menggunakan metoda back-scatter, atau yang lebih dikenal dengan optical time domain reflectrometer (OTDR) sinyal keluaran analog sebagai hasil ukur dari OTDR disampling dan dirubah dalam bentuk digital untuk kemudian di proses didalam personal computer untuk dilakukan penghitungan besar loss dan dispersinya. Dari sampel serat optik jenis moda tunggal (single mode) yang diukur dengan peralatan tersebut didapat hasil pengukuran loss : 4,29 dB/km dan dispersinya sebesar 4 µs/km."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifin Djauhari
"ABSTRAK
Perkembangan teknologi serat optik sebagai media transmisi mendorong perubahan-peruhahan besar dalam merancang sistem jaringan telekomunikasi. Dengan menggunakan serat optik, unjuk kerja jaringan telekomunikasi dapat meningkat dengan baik.
Dalam memasuki era industri, sudah selayaknya Indonesia melakukan pengkajian yang bertumpu pada pemakaian serat optik secara intensif. Dengan serat optik, kecepatan pengiriman data atau informasi dapat dipercepat sampai dengan 500 MPS bahkan lebih.
Penelitian ini menghasilkan pengkajian model jaringan telekomunikasi yang telah menerapkan serat optik terutama untuk lokasi-lokasi gedung perkantoran bertingkat."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Sagung Paramitha Maharani Putra
"Pada sistem transnmisi long-haul fiber optik yang menggunakan input daya yang tinggi dan memiliki jarak transmisi yang jauh, gangguan-gangguan dapat terjadi selama proses propagasi. Gangguan-gangguan ini dapat dikategorikan menjadi efek linear dan non-linear yang dipengaruhi oleh kebergantungan intensitas terhadap medium indeks n. Efek-efek ini dibagi terbagi menjadi beberapa orde dan dianalisa secara terpisah karena setiap orde memiliki efek yang berbeda satu sama lain. Pada penelitian ini, dispersi yang menjadi bagian dari efek linear dan beberapa efek non linear akan dianalisa. Secara lebih spesifik, fokus utama dari paper ini adalah keberadaan pulse broadening, pulse oscillation, dan evolusi spektral yang terjadi di dalam pulsa signal. Pendekatan yang baru mengenai pemodelan metode orde tinggi dari NLSE diajukan untuk menjadi topik pembahasan skripsi ini untuk mendeteksi dan menganakusa efek-efek tersebut. Skema baru ini menggunakan high orders sequence, SSFM, dan Symmetrized SSFM yang akan digunakan untuk menganalisa setiap orde di dalam NLSE. Skema baru ini didasarkan kepada deret orde tinggi dari NLSE yang akan digunakan untuk mengklasifikasikan efek-efek dari parameter-parameter yang ada. Selanjutnya, beberapa metode chirping dari setuap input pulsa juga akan didiskusikan untuk mengkomparasi pulsa yang sudah ataupun belum diberlakukan efek chirping. Sehingga ditemukan bahwa metode chirping juga mempengaruhi hasil dispersi karena kebergantungan dari parameter-parameter-parameter orde tinggi NLSE terhadap metode chirping. Selain itu ditemukan pula bahwa hasil terbaik untuk simulasi berada pada nilai rata-rata PBR yaitu 2,4833 untuk nilai variabel non linear yang tetap, 1,8944 untuk nilai tetap, dan nilai intensitas fiber sebesar 2,433 a.u pada 0,1 untuk TOD. Analisa lebih lanjut terhadap hasil simulasi MATLAB juga dijabarkan di dalam tugas akhir ini.

In a long-haul optical fiber transmission system which uses a high power input and a long distance transmission, disturbances can occur during the propagation process. These disturbances can be categorized into linear and non-linear effects which are affected by the intensity dependence of fiber optic refractive index n . These effects are divided into several orders and analyzed separately since each of the orders has different effects. In this research, dispersion which is part of the linear effect and some of the non linear effects are analyzed. More specifically, the main focus of this paper will be on the phenomena of pulse broadening, oscillation and spectral evolution that occur within a signal pulse. A novel approach which is based on the modeling of high order method of NLSE, SSFM, and Symmetrized SSFM within the modelled equation were proposed in this final project in order to detect and analyze those effects. This new scheme is based on the high order sequence of NLSE which will be used to classify the effects of the parameters. Furthermore, various chirping methods for each input pulse were also discussed to compare the chirped and unchirped pulses. Consequently, it was found that the chirping method affected the dispersion result due to the dependencies of high order parameter with respect to the chirping constants and the best result of PBR found in the average of 2,4833 for constant non linearity variabel, 1,8944 for constant variabel, and 2,433 at 0,1 for best intesity fiber in TOD. Further analysis of the MATLAB results is also presented in this paper based on each output."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiscus Rosano Adi Prakoso
"Fiber Optic Ring Resonator dapat digunakan sebagai sebuah sensor optik. Hal tersebut dilakukan dengan memanipulasi variabel – variabel yang mempengaruhi output persamaannya, yaitu panjang fiber L, intensitas rugi fraksional coupler γ!, koefisien coupling κ dan atenuasi amplitudo fiber α!. Variabel – variabel tersebut mempengaruhi parameter output berupa: FSR (Free Spectrum Range), FWHM (Full Width Half Maximum) dan F (Finesse). Dengan memanipulasi parameter output dari FORR, maka pengguna dapat menggunakannya sesuai kebutuhan sensor optik yang dibutuhkan.

One of the most common application of Fiber Optic Ring Resonator is as an optical sensor. Manipulating variables in the equation to measure the energy from the FORR, which are fiber’s length L, fractional loss coupler intensity γ! , coupling coefficient κ and fiber’s amplitude attenuation α!, which affect its output parameters. Those output parameters are Free Spectrum Range FSR, Full Width Half Maximum FWHM and Finesse F. By manipulating the output parameters manipulated, the users will be able to apply as an optical sensors based on their own requirements.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57483
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilmi Zaky Aulia
"Serat optik ialah media transmisi telekomunikasi yang mempunyai bandwidth serta bit rate yang besar sehingga sanggup penuhi kebutuhan layanan data dikala ini dengan kehandalan serta efisiensi yang besar. Aplikasi serat optik terus menjadi luas serta sudah mencakup jaringan dasar laut, jaringan terestrial, jaringan lingkup metropolitan serta regional, maupun jaringan berskala kecil. Sistem komunikasi serat optik mempunyai 2 fakor yang mempengaruhi mutu unjuk kerja jaringannya ialah aspek internal serta aspek eksternal. Aspek internal dan eksternal tersebut bisa merendahkan mutu unjuk kerja dari serat optik yang digunakan dan bisa memunculkan redaman dan rugi-rugi transmisi yang lain. Selaku upaya buat mencegah penuruan mutu sesuatu jaringan secara tiba- tiba serta signifikan, butuh dicoba kegiatan maintenance secara berkala semacam pengukuran mutu layanan jaringan kabel serat optik yang terjadwal. Aktivitas maintenance tersebut bisa menolong memastikan keputusan kenaikan kapasitas jaringan. Salah satu parameter mutu layanan yang kerap dicoba pengukuran merupakan redaman transmisi serta energi sinyal yang diterima (power receive). Riset ini mengkaji tentang meningkatkan kapasitas bandwidth milik PT PLN Icon Plus regional Sumatera Bagian Tengah pada saat terjadi anomali jaringan, yaitu koneksi internet lambat pada link Panam – Rayon Panam, serta hasilnya akan digunakan untuk implementasi Advanced Metering Infratructure (AMI). Sampel yang diambil dari salah satu pelanggan menunjukkan hasil pengukuran kecepatan internetnya sebesar 4-5 Mbps saja, sedangkan layanan yang diambil adalah 10 Mbps. Hasil pengecekkan pada sisi up-link ke OLT Rayon panam ditemukan output data sudah mendekati kapasitasnya, yaitu sebesar 940.919.000 bits/sec atau 0.9 Gb/sec. Meningkatkan kapasitas bandwidth  dilakukan dengan pemindahan port OLT pada sisi up-link  dari port gigabit ethernet ke port tengigabit ethernet, lalu mengganti SFP tipe SR dengan SFP ER serta penambahan attenuator serat optic sehingga didapat hasil speed test di sisi pelanggan telah kembali sepertinya semula, 10 Mbps. Serta hasil implementasi  AMI menunjukkan OpEx yang timbul sekitar Rp. 1.250.000,-. Sedangkan CapEx sebesar Rp. 1.468.000,-.

Optical fiber is a telecommunications transmission medium that has a large bandwidth and bit rate so that it can meet the needs of today's data services with great reliability and efficiency. Optical fiber applications continue to be broad and have included seabed networks, terrestrial networks, metropolitan and regional scope networks, and small-scale networks. Optical fiber communication systems have 2 factors that affect the quality of network performance, namely internal aspects and external aspects. These internal and external aspects can degrade the performance quality of the optical fiber used and can cause attenuation and other transmission losses. As an effort to prevent sudden and significant deterioration in the quality of a network, it is necessary to try regular maintenance activities such as scheduled fiber optic cable network service quality measurements. These maintenance activities can help ensure network capacity increase decisions. One of the quality of service parameters that is often measured is transmission attenuation and received signal energy (received power). This research examines increasing the bandwidth capacity of PT PLN Icon Plus in the Central Sumatra region during network anomalies, namely slow internet connections on the Panam - Rayon Panam link, and the results will be used for the implementation of Advanced Metering Infratructure (AMI). The sample taken from one of the customers shows the measurement results of the internet speed of 4-5 Mbps only, while the service taken is 10 Mbps. The results of checking on the up-link side to OLT Rayon panam found that the data output was close to its capacity, which was 940,919,000 bits/sec or 0.9 Gb/sec. Increasing bandwidth capacity is done by moving the OLT port on the up-link side from the gigabit ethernet port to the tengigabit ethernet port, then replacing the SR type SFP with SFP ER and adding fiber optic attenuators so that the speed test results on the customer side have returned to its original appearance, 10 Mbps. And the results of AMI implementation show that the OpEx arising is around Rp. 1,250,000, -. While CapEx amounted to Rp. 1,468,000, -."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>