Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103077 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jusak
Depok: Universitas Indonesia, 1994
S28177
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Gavin Dirgantara
"Maskless photolithography merupakan salah satu varian teknologi litografi dengan proses pemolaan pada substrat seperti wafer semikonduktor yang dilakukan tanpa mask. Terdapat berbagai jenis maskless photolithography, dengan salah satunya menggunakan laser sebagai basisnya. Pada riset ini, doping tipe-P pada semikonduktor silikon tipe-N dengan menggunakan metode maskless photolithography berbasis laser diteliti secara komprehensif. Selain itu, kecepatan, daya, dan frekuensi juga ditinjau agar parameter laser yang dapat digunakan untuk proses doping tipe-P pada semikonduktor silikon tipe-N dapat diketahui. Pada akhir penelitian ini, disimpulkan parameter kecepatan, daya, dan frekuensi untuk pembukaan diffusion window wafer silicon on insulator (SOI) untuk doping serta doping tipe-P di semikonduktor silikon tipe-N ialah 300 – 2.700 mm/s, 15 – 27 W, dan 80 kHz serta 300 mm/s, 28,5 W, dan 80 kHz.

Maskless photolithography is a variant of lithography technology where the patterning process on a substrate such as a semiconductor wafer is carried out without a mask. There are various types of maskless photolithography, one of which uses a laser as its basis. In this research, P-type doping on N-type silicon semiconductors by using a laser-based maskless photolithography method is comprehensively explored. In addition, speed, power and frequency are also assessed so that the laser parameters that can be used for the P-type doping process on N-type silicon semiconductors can be identified. At the end of this research, it is concluded that the speed, power and frequency parameters for opening the diffusion window of silicon wafer on insulator (SOI) for doping and P-type doping on N-type silicon semiconductors are 300 – 2,700 mm/s, 15 – 27 W, and 80 kHz as well as 300 mm/s, 28.5 W, and 80 kHz."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1993
TA90
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Budi Handono
Depok: Universitas Indonesia, 1995
S28238
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Almanda
"Pembakaran bahan bakar fosil pada pembangkit untuk menghasilkan energi listrik umumnya berlangsung kurang sempurna akibatnya dihasilkanlah emisi CO2, NOx dan SOx. Emisi itu sendiri besarnya ditentukan oleh produksi energi listrik dan angka koefisien emisi pembangkit. Karena konsumsi energi listrik terus meningkal akibatnya produksi energi listrik juga meningkat dan sebagai konsekuensinya emisinya pun juga meningkat. Produksi listrik yang dalam perkembangannya terus meningkal berasal dari pembangkit batu bara, sedang produksi listrik dari pembangkit minyak dan pembangkit gas terus menurun. Sementara itu koefisien emisi CO2 pembangkit batu bara yang paling besar dan koefisien emisi SOx pembangkit gas yang paling kecil. Dengan demikian emisi yang terhesar adalah CO2 yang berasal dari pembangkit batu tiara dan yang terkecil adalah SOx yang berasal dari pembangkit gas.
Untuk mengelahui dengan "tepat" berapa besar emisi pembangkit listrik di masa depan digunakanlah pendekatan sistem dinamis. Sistem dinamis ini dioperasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang disebut powersim. Data yang digunakan adalah data konsumsi energi listrik, data fraksi (rugi T&D, pemakaian sendiri energi listrik dun pembangkit-pembangkit) serta data koefisien pembangkit. Keunggulan perangkat lunak powersim adalah dapat menghitung emisi pembangkit listrik sebanyak 81 macam dalam waklu singkat.
Emisi pembangkit listrik yang datum perkembangannya sudah menghawatirkan adalah emisi CO2 PLTU-B untuk itu perlu dikendalikan atau dikurangi. Pengendalian emisi ini dapat dilakukan dengan menghemat energi, melakukan diversifikasi energi, memberlakukan pajak karbon dan menerapkan teknologi baru (meningkatkan efiisiensi dan memperkecil koefisien emisi)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14942
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahya Mukti Setiyanto
"Elektroda boron-doped diamond (BDD) memiliki banyak keunggulan seperti jendela potensial lebar, arus latar rendah, inertness tinggi dan stabilitas. Modifikasi permukaan BDD dengan nanopartikel emas dilakukan dalam penelitian ini untuk meningkatkan konduktivitas dan sensitivitasnya sebagai sensor oksigen. Sintesis nanopartikel emas (AuNPs) dilakukan dengan menggunakan allicin, yang diperoleh dengan isolasi dari bawang putih dengan cara mengeluarkan ekstrak, sebagai agen penutup karena allicin memiliki kelompok fungsional Sulfur (S) untuk bereaksi dengan emas dan ikatan rangkap untuk direaksikan untuk memasang BDD permukaan di bawah radiasi sinar UV. Allicin yang diperoleh dikarakterisasi menggunakan Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), sedangkan emas yang disintesis dikoreksi dengan spektrofotometer UV-VIS, Particle Size Analyzer (PSA), dan Transmission Electron Microscopy (TEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran rata-rata AuNPs adalah sekitar 8.893 nm. Lebih lanjut, modifikasi permukaan BDD oleh AuNP yang disintesis ditandai oleh Scanning Electron Microscopy - Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS), menegaskan bahwa 0,6% dari AuNP dapat dipasang pada permukaan BDD. Aplikasi AuNPs yang dimodifikasi BDD sebagai elektroda kerja untuk sensor oksigen dan sensor Biokimia Oxygen Demand (BOD) menunjukkan kinerja yang baik dengan rasio sinyal-ke-latar belakang 4,6, batas deteksi oksigen terlarut 0,0537 ppm dan batas deteksi BOD 0,1214 ppm.

Boron-doped diamond (BDD) electrodes have many advantages such as wide window potential, low background current, high inertness and stability. Surface modification of BDD with gold nanoparticles was carried out in this study to improve its conductivity and sensitivity as an oxygen sensor. Synthesis of gold nanoparticles (AuNPs) is carried out using allicin, which is obtained by isolation from garlic by extracting extracts, as a cover agent because allicin has a functional group of Sulfur (S) to react with gold and double bonds to be reacted to attach the BDD surface under UV radiation. Allicin obtained was characterized using Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), while the synthesized gold was corrected with UV-VIS spectrophotometer, Particle Size Analyzer (PSA), and Transmission Electron Microscopy (TEM). The results showed that the average size of AuNPs was around 8,893 nm. Furthermore, the modification of BDD surfaces by synthesized AuNP was marked by Scanning Electron Microscopy - Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS), confirming that 0.6% of AuNP could be mounted on BDD surfaces. Applications of BDD modified AuNPs as working electrodes for oxygen sensors and Biochemical Oxygen Demand (BOD) sensors show good performance with a signal-to-background ratio of 4.6, a dissolved oxygen detection limit of 0.0537 ppm and a BOD detection limit of 0.1214 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vianca Aurellta Khanza
"Tugas karya akhir ini membahas terkait pencegahan doping yang dilakukan oleh Indonesia Anti-Doping Organization(IADO) terhadap atlet melalui edukasi. Doping diartikan sebagai penggunaan zat dan/atau metode terlarang untuk meningkatkan prestasi atlet. Doping tidak hanya melanggar nilai-nilai olahraga, namun juga berbahaya bagi kesehatan atlet. Oleh karena itu, IADO melakukan edukasi sebagai bentuk pencegahan doping pada atlet. Dalam menganalisis edukasi sebagai bentuk pencegahan, penulis menggunakan pendekatan pencegahan kejahatan sosial. Tulisan ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Catatan Tahunan IADO 2022 dan beberapa artikel berita dari situs resmi IADO. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa edukasi yang menyasar beberapa cabang olahraga dan provinsi di Indonesia berperan untuk meningkatkan pemahaman atlet seputar anti-doping dan menurunkan angka doping di Indonesia. Namun, masih terdapat beberapa celah perbaikan yang harus IADO benahi agar ke depannya edukasi dapat berperan secara efektif dalam mencegah doping pada atlet.

This paper discusses the prevention of doping carried out by Indonesia Anti-Doping Organization (IADO) for athletes through education. Doping is defined as the use of prohibited substances and/or methods to enhance athlete performance. Doping not only violates sporting values, but is also harmful to the health of athletes. Therefore, IADO conducts education as a form of doping prevention in athletes. In analyzing education as a form of prevention, the authors use a social crime prevention approach. This paper uses secondary data obtained from the 2022 Annual Report and several news articles from the official IADO website. The results of the analysis show that education that targets several sports and provinces in Indonesia plays a role in increasing athletes' understanding of anti-doping and reducing the number of doping in Indonesia. However, there are still a number of drawbacks that IADO must address so that in the future education can play an effective role in preventing doping in athletes."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Resi Yuki Bramani
"ABSTRAK
Dalam kehidupan sosial, mayoritas individu manusia dalam suatu titik tertentu akan menjadi seorang kakek atau nenek. Lebih dari tiga-perempat orang dewasa-tua (olcleradulls) di Indonesia dan di Amerika Serikat adalah kakek atau nenek (Achir, 2001; Roberto & Stroes, 1992). perubahan perpanjangan rata-rata usia manusia (longevity) dalam beberapa dekade terakhir menyebabkan peningkatan waktu yang dihabiskan oleh manusia sebagai kakek-nenek (Smith, 1991). Kecenderungan ini juga terlihat dari usia atau angka harapan hidup penduduk Indonesia akhir-akhir ini yang telah meningkat secara bermakna yaitu 45, 7 tahun pada tahun 1970, menjadi 59,8 tahun pada tahun 1990 dan diproyeksikan menjadi 71,7 tahun pada tahun 2010 (Achir, 2001). Alasan-alasan tersebut menggugah peneliti untuk meneliti tentang peran mengasuh-cucu di Indonesia. Sayangnya, penelitian yang meneliti pengasuhan-cucu (grandparenting) sangatlah sulit didapatkan di Indonesia, berbeda dengan penelitian yang meneliti pengasuhan-anak (parenting).
Pengasuhan cucu (grandjxirenling) dapat menjadi dasar yang sangat penting dalam kesejahteraan psikologis manusia dalam masa-masa kedewasaan (adulthood). Dalam teori psychosocial developmenl, Erik Erikson (1963, 1980 dalam Thomas, 1989) menyatakan bahwa dewasa muda (middle aged) dan dewasa tua (older adults) akan menghadapi krisis perkembangan dimana mereka harus beijuang untuk menyeimbangkan generativity (memikirkan untuk membimbing generasi yang lebih muda) dan stagnation (tidak beraktifitas, menganggur, dan tidak berarti dalam hidup).
Pada tahun 1964, penelitian yang dilakukan oleh Weinstein dan Neugarten (1964 dalam Peterson, 1999) menemukan bahwa mengasuh-cucu di Amerika Serikat merupakan hal yang tidak menyenangkan karena melelahkan dan less rewarding. Penelitian tersebut ditentang oleh Peterson (1999) yang melakukan penelitian terhadap kakek-nenek dari Australia yang melaporkan bahwa mengasuh-cucu merupakan hal yang menyenangkan. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa jumlah kontak dengan cucu memiliki korelasi positif dengan kepuasan dalam mengasuh-cucu (grandparenting satisfaction). Penelitian ini bertujuan untuk meneruskan penelitian dari Peterson (1999) dengan subyek kakek-nenek dari Indonesia.
Dalam penelitian ini digunakan alat ukur berupa kuesioner yang diadaptasi dari Peterson (1999). Kuesioner ini juga memiliki open ended qnestions yang akan dimasukan ke dalam kategori-kategori hal terbaik maupun terburuk dari peran mengasuh-cucu. Subyek (49 kakek dan 29 nenek) dalam penelitian ini tidak tinggal satu rumah dengan cucunya akan tetapi tetap tinggal satu kota dengan cucunya. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa jumlah kontak langsung memliki korelasi yang signifikan dengan kepuasan dalam mengasuh-cucu. Akan tetapi tidak ditemukan korelasi antara jumlah kontak tidak langsung (telepon atau surat menyurat) dengan kepuasan mengasuh-cucu. Diharapkan penelitian ini akan menyumbang penelitian tentang peran menagsuhcucu dan merangsang penelitian-penelitian yang akan datang. Kelemahan-kelemahan metodologi dan saran-saran juga dibahas dalam penelitian ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawati Sandianingrum
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S29358
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Poedji Hastoety Djaiman
"Angka kematian bayi di Indonesia walaupun mengalami penurunan dari tahun ke tahun namun masih menunjukkan angka ke empat terbesar di antara negara Asia Tenggara lainnya, sehingga upaya penurunan angka kematian bayi masih menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan.
Angka kematian bayi terbagi menjadi dua garis besar, kematian postneonatus dan kematian neonatus, yang mempunyai faktor penyebab berbeda. kematian neonatus lebih disebabkan faktor endogen seperti pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan. Departeman Kesehatan membagi kematian neonatus ke dalam dua garis besar yaitu kematian neonatus dini dan kematian neonatus lanjut.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontak ibu pada saat kehamilan dan pada saat persalinan terhadap kematian neonatus dini atau neonatus lanjut.
Studi dengan analisis data sekunder ini, mendasarkan pada survei dengan jumlah sampel 3808 pada wanita berusia 15 hingga 49 tahun, pernah hamil, pernah melahirkan lima tahun sebelum wawancara dilakukan, mempunyai anak meninggal di bawah 28 hari atau mempunyai anak hidup di atas 28 hari dan di bawah I tahun dari saat wawancara dilakukan. Analisis dilakukan dengan menggunakan regresi multinomial dengan memperhitungkan desain sampel melalui, strata, Master, maupun pembobotannya.
Analisis bivariat menunjukkan faktor yang berhubungan dengan kematian bayi neonatus dini adalah faktor kontak ibu dengan petugas kesehatan pada masa kehamilan, kontak ibu dengan petugas kesehatan pada saat persalinan, jarak kelahiran, pekerjaan ibu, dan akses ibu terhadap informasi. Sedangkan faktor yang berhubungan secara bermakna terhadap kematian neonatus lanjut adalah faktor kontak ibu dengan petugas kesehatan pada saat kehamilan, kontak ibu dengan petugas kesehatan pada saat persalinan, jarak kelahiran, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan akses ibu terhadap informasi.
Pada analisis multivariat, faktor kontak ibu dengan petugas kesehatan pada saat kehamilan memberikan hubungan yang bermakna baik terhadap kematian neonatus dini maupun neonatus lanjut. Kontak ibu dengan petugas kesehatan pada saat persalinan, mempunyai hubungan bermakna dengan kematian neonatus lanjut, namun tidak bermakna dengan kematian neonatus dini.
Jarak kehamilan berhubungan secara bermakna terhadap kematian neonatus dini dan neonatus lanjut. Faktor ibu bekerja dan akses ibu terhadap informasi berhubungan secara bermakna pada kematian neonatus dini, namun tidak bermakna terhadap kematian neonatus lanjut.
Besarnya risiko kematian neonatus dini bila ibu tidak memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali, persalinan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan, jarak kehamilan di bawah 2 tahun, ibu bekerja dan tidak ada akses informasi adalah sebesar 1.4 kali dibandingkan dengan yang memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, jarak kehamilan di atas 2 tahun, ibu tidak bekerja dan ada akses informasi.
Besarnya protektif pada ibu yang memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali, persalinan ditolong tenaga kesehatan, jarak kehamilan di atas 2 tahun, ibu tidak bekerja dan ada akses informasi adalah sebesar 0.23 kali di bandingkan dengan ibu yang tidak memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali, persalinan tidak ditolong tenaga kesehatan, jarak kehamilan di bawah 2 tahun, ibu bekerja dan tidak ada akses informasi
Besarnya risiko kematian bayi neonatus dini dan kematian neonatus lanjut pada analisis mempertimbangkan desain sampel dan tidak memperhatikan desain sampel berbeda untuk faktor yang berhubungan secara bermakna dan besamya hubungan.

The Infant Mortality Rate is divided into two parts that are Postneonatus Death and Neonatus Death which have different factors. Neonatus Death is caused by the endogen factors such as the pregnant examination and the birth help. The Health Department divides the Neonatus Death into two main parts that are the Early Neonatus Death and the Late Neonatus Death.
This analysis is done to examine the Connection between mothers on their pragnancy and birth and the Early neonatus Death or the Late Neonatus Death.
The study of this secondary data analysis, based on the survey that amounts to 3808 women as the samples from 15 to 49 years old, that have ever pregnant, have ever given birth in five years before the interview is done, have a dead child below 28 days of age or have a living child over 28 days of age and below one year when the interview is done. This analysis is done by using the Multinomial Regretion that counts up the samples design through the Strata, the Cluster, or the weighted.
The Bivariate Analysis shows the connection factors on the Early Neonatus Death are the factors between mothers and the health staff on the pregnancy, the factors between mothers and the health staff on the birth, the length of the birth, mothers activities, and mothers access to information. Whereas the connection factors on the Late Neonatus Death are the factors between mothers and the health staff on the pregnancy, the factors between mothers and the health staff on the birth, the length of the birth, mothers education, mothers activities, and mothers access to information.
On the Multivariate Analysis, the factors between mothers and the health staff on the pregnancy give an important connection to the Early Neonatus Death or the Late Neonatus Death. The factors between mothers and the health staff on the birth has an important connection to the Late Neonatus Death, instead of to the Early Neonatus Death.
The length of birth relates to the Early Neonatus Death and to the Late Neonatus Death very well. Mothers activities and mothers access to information factors relate to the Early Neonatus Death very well instead of to the Late Neonatus Death.
The amount of the Early Neonatus Death risk if the mothers do not check their pregnancies at least four times, the birth without health staff help, the length of the birth below two years, working mothers and no information access is 1.4 times bigger than those that who check their pregnancies at least four times, the birth with health staff help, the length of the birth below two years, mothers that do not work but have information access.
The amount of protection to mothers who check their pregnancies at least four times, the birth with health staff help, the length of the birth over two years, mothers that do not work but have information access is 0.23 times bigger than that who do not check their pregnancies at least four times, the birth without health staff help, the length of the birth below two years, working mothers and no information access.
The total of the Early Neonatus Death and the Late Neonatus Death in this analysis considers the sample design but do not notice the different sample design to the main connection factors and the amount of the connection.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T12632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>