Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58574 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 1999
S28463
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1994
S28203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1991
S28036
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1993
S27937
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krismansyah
"Migrasi seismik merupakan salah satu proses akhir dalam processing seismik. Proses migrasi bertujuan untuk meningkatkan resolusi lateral data seismik dengan cara memindahkan kedudukan reflektor pada posisi dan waktu pantul yang sebenarnya berdasarkan lintasan gelombang. Hal ini disebabkan karena penampang seismik hasil stack belumlah mencerminkan kedudukan yang sebenarnya, karena rekaman normal incident belum tentu tegak lurus terhadap bidang permukaan, terutama untuk bidang reflektor yang miring. Selain itu, migrasi juga dapat menghilangkan pengaruh difraksi gelombang yang muncul akibat pengaruh struktur geologi seperti patahan, sinklin, dan antiklin.
Migrasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu migrasi dengan menggunakan metode fourier split step dan finite-difference. Kedua metode migrasi yang digunakan tersebut diaplikasikan pada empat macam data seismik sintetik yang telah dibuat melalui pemodelan seismik Data seismik sintetik yang dibuat terdiri dari empat macam model geologi, yaitu model geologi dua perlapisan (sinklin-antiklin), model geologi tiga perlapisan (patahan), dan model geologi empat perlapisan dan satu channel, pada model geologi yang ketiga ini terdapat dua macam model kecepatan, yaitu model yang memiliki kecepatan kontinu dan model yang memiliki kecepatan tidak kontinu. Dilakukan perbandingan antara kedua metode migrasi yang digunakan terhadap data seismik sintetik yang ada.
Hasil migrasi dengan menggunakan metode finite-difference terlihat lebih baik dalam mengatasi variasi kecepatan lateral yang sederhana maupun kompleks dibandingkan dengan metode fourier split step. Tapi, migrasi dengan menggunakan metode fourier split step lebih membutuhkan waktu yang singkat dalam hal proses komputasi dibandingkan metode finite-difference.

Seismic migration is a part of final process in seismic processing. The purpose of migration is to enhance spatial resolution of seismic data. This migration is performed by moving the position of reflector with regards to the real position and reflecting time based on the wave path. The different image between the stacked section and true subsurface position of the event due to the record of normal incidence is not always perpendicular to its reflector, especially a reflector with a certain dip. In addition, migration collapse diffraction effect is shown from the result of geological structure such as fault, sincline and anticline.
The migration algorithm that was used is split step fourier and finite-difference migration. Both migration methods were applied to four types of synthetic seismic data that were produced by seismic modeling. The produced synthetic seismic data consisted of four types of geological modeling which are: double layered geological model (syncline - anticline), triple layered geological model (fault), four layered geology model, and one channel. For the third geological models it was found that there were two types of velocity model, a continual velocity and the other was not. Comparison was then done for the two migration methods used with the existing synthetic seismic data.
The results show that finite-difference migration is better than split step fourier migration in solving and handling variation of a simple and complex lateral velocity. In contrast, split step fourier migration is faster than finite-difference migration in the computation process.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S29431
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Riyanto
"Inversi seismik telah diaplikasikan untuk membantu proses interpretasi data seismik dengan menghasilkan parameter impedansi akustik yang dapat berguna dalam karakterisasi suatu reservoar hidrokarbon. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan inversi seismik antara lain : BLIMP (Bandlimited Impedance Inversion), Model Based Inversion dan Sparse Spike Inversion. Pada kasus ini dibandingkan dua buah metode antara bandlimited inversion dan linear programming sparse spike inversion. Metode bandlimited menggunakan deret tras seismik sebagai koefisien refleksi untuk kemudian dilakukan penambahan low frequency trend dari data impedansi sumur kepada setiap tras seismik. Sedangkan untuk metode linear programming sparse spike inversion mempergunakan deret reflektivitas hasil proses dekonvolusi yang masih bersifat bandlimited diolah dengan metode pemograman linier untuk menghasilkan deret reflektifitas yang sparse spike. Linear programming sparse spike inversion menunjukkan hasil impedansi akustik dengan karakteristik yang blocky sedangkan metode bandlimited menghasilkan impedansi akustik dengan karakter smooth menyerupai tras seismik. Linear programming sparse spike memiliki daya pisah yang lebih baik dibandingkan metode bandlimited tampak dari keberhasilan metode ini menunjukkan kemungkinan adanya patahan pada zona target yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode bandlimited.

Seismic inversion method has been aplied to the interpretation of seismic data and has been succed for maping acoustic impedance distribution which is useful for reservoir caracterization. There are at least three methods of post stack seismic inversion, Band Limited Impedance Inversion, Model Based Inversion and Sparse Spike Inversion. In this study it has been compared two inversion methods between bandlimited inversion and linear programming sparse spike inversion. Bandlimited inversion method use seismic trace as series of reflection coefficient then added low frequency trend of acoustic impedance from well to each seismic trace. The other side linear programming sparse spike inversion use linear programming algorithm for producing sparse spike reflection coefficient. Linear programming sparse spike inversion result acoustic impedance with blocky structure and the other hand bandlimited show smooth structure like seismic trace. Linear programming sparse spike inversion has better resolution than bandlimited inversion, linear programming sparse spike inversion could show existence of fault in target zone which bandlimited failed to show it."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1657
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Azhari
"Proses migrasi bertujuan untuk meningkatkan resolusi lateral data seismik dengan cara memindahkan kedudukan reflektor pada posisi dan waktu pantul yang sebenarnya berdasarkan lintasan gelombang. Selain itu, migrasi juga dapat menghilangkan pengaruh difraksi gelombang yang muncul akibat pengaruh struktur geologi seperti patahan, sinklin dan antiklin. Metode migrasi yang dikembangkan bekerja dalam domain frekuensi-bilangan gelombang yaitu migrasi pergeseran fase (migrasi Gazdag), Phase Shift Plus Interpolation (PSPI) dan split step. Dilakukan perbandingan antara ketiga metode terhadap data dengan variasi kecepatan lateral sederhana dan kompleks. Migrasi pergeseran fase tidak cukup mampu untuk mengatasi data seismik dengan kecepatan lateral yang kompleks. Kedua metode lainnya sangat baik mengatasinya, metode split step lebih dapat mengatasi reflektor dengan kemiringan yang curam (90°), namun keakurasian hasil migrasi penampang seismiknya secara keseluruhan tidak lebih baik dibandingkan metode PSPI.

The purpose of migration is to enhance spatial resolution seismic data. The way its to remove of reflector position and reflected time into the true position based on wave propagation. Beside that, migration can collapse diffraction effect that shown from the result of geological structure such as fault, sinklin and antiklin. Migration method that have been developed work on number of frequency wave domain, which is Phase Shift Migration (Gazdag Migration), Phase Shift Plus Interpolation (PSPI) and Split Step. Comparation have been done between the methods and data with variation of a simply and complex laterally velocity. Phase Shift Migration is not quite enough to solve a complex laterally velocity, but the others are quite enough to solve it. Split Step method can solve the reflector with steep dip (90º), but overall the accuration of its seismic trace migration is not much better than PSPI method."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S29338
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
M. Wahdanadi Haidar
"NM is a reservoir that only shows in a few wells and has thickness for about 30 feets or equally 10 meters, so NM is a thin layer which is difficult to find the distribution. In EBA Field, NM can be found at C-4, C-5, and B-1A wells. The result of sequence stratigraphy analysis from gamma ray log from 3 wells above tells that NM was deposited at transgressive phase which is marked by fining upward (gamma ray log), light grey fine grained sandstone, sub rounded and silicastic. Previous Study tells NM was deposited at shallow marine environment Sesimic data at EBA Field can not show the distribution map of NM because its vertical resolution only λ/4 m or about 50 meters. In purpose to find the distribution of NM, vertical resolution must be improved by Amplitude Versus Frequency Filtering (AVF) Method combined with Bed Resolution Concept. High Frequency will be used in AVF, so the distribution of NM will be discovered by NM horizon Slice and Palaeogeography depositional environment model. NM was deposited not all over the area (local distribution) so area will be divide into North NM and South NM. North NM has tectonic activity more than South NM. Based on palaeogeography map, horizon slice, sequence stratigraphy wells correlation, and lithology data so the depositional environment for North NM and South NM is Lagoon. From distribution map, total hydrocarbon reserves in NM is about 0.719 MMBO.

Lapisan NM merupakan lapisan yang hanya muncul di beberapa sumur dan memiliki ketebalan rata-rata kurang dari 30 feet setara dengan 10 m, sehingga lapisan ini dianggap sebagai lapisan tipis yang hingga saat ini sangat sulit untuk diperkirakan penyebarannya. Pada lapangan EBA ini ditemukan lapisan NM pada 3 sumur yakni C-4, C-5, dan B-1A. Hasil analisa sekuen stratigrafi dari log gamma ray ketiga sumur mengenai lapisan NM ini disimpulkan bahwa lapisan ini merupakan endapan pada fase transgresi dengan ciri khas menghalus ke atas dengan ciri khas batuan sandstone berwarna abu-abu terang dengan butiran halus, membundar tanggung, dan terdapat semen silika. Hasil studi sebelumnya menyatakan bahwa endapan ini berada pada lingkungan shallow marine. Data sesmik pada Lapangan EBA ini tidak dapat memperlihatkan penyebaran lapisan NM karena keterbatasan resolusi vertikal yang hanya mencapai λ/4 m atau berkisar 50 m. Untuk mencari lapisan NM ini maka dari data seismik perlu ditingkatkan resolusi vertikal, hal ini dilakukan dengan metode Amplitude Versus Frequency Filtering dipadukan dengan konsep bed resolution. Filtering Amplitude Versus Frekuensi ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat persebaran lapisan NM sehingga akan bermain pada frekuensi tinggi. Persebaran Lapisan NM dapat diketahui dengan irisan horizon NM dan pemodelan lingkungan pengendapan palaeogeografinya. Penyebaran lapisan NM ini bersifat lokal sehingga area penyebaran NM dibagi menjadi 2 area yakni area utara dan selatan. Area Utara memiliki aktifitas tektonik yang lebih aktif. Berdasarkan peta palaeogeografi, irisan horizon, hasil korelasi analisa sekuen stratigrafi, dan data litologi, maka model lingkungan pengendapan untuk area selatan dan utara adalah Lagoon. Dengan mengetahui penyebaran lapisan NM ini maka perkiraan total cadangan hidrokarbon sebesar 0.719 MMBO."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T21603
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>