Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174793 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Odang, Dian Mardianti
"Dasar Pemikiran; Ci Liwung yang berfungsi sebagai sumber air baku air minum penduduk DKI Jakarta menurut hasil pemantauan PAM Jaya dan Pusat Penelitian Masalah Perkotaan dan Lingkungan DKI Jakarta (P4L) pada saat ini telah tercemar diantaranya oleh limbah industri. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air Ci Liwung dan selanjutnya agar dapat tetap menjaga kualitas air minum maka diperlukan peningkatan biaya produksi pengolahan air minum yang harus ditanggung konsumen. Industri di DKI Jakarta sebagian besar pada saat ini telah berlokasi di Kawasan Industri Pulo Gadung, namun di luar DKI Jakarta yaitu di bagian hulu dan tengah DA Ci Liwung (daerah Bogor ) berkembang pesat industri-industri yang membuang limbah cairnya ke Ci Liwung dan anak-anak sungainya. Berkembangnya industri di daerah tersebut dapat dimengerti karena sesuai teori lokasi industri ( Weber, Norman Pounds) daerah tersebut memiliki aksesibilitas yang baik, tenaga kerja, pasar dan ditunjang kebijaksanaan pemerintah.
Tujuan Penelitian; untuk mengetahui perkembangan industri tahun 1979-1986 di bagian hulu dan tengah DA Ci Liwung dan dampaknya terliadap kualitas air Ci Liwung yang berfungsi sebagai air baku air minum untuk wilayah DKI Jakarta.
Masalah; 1. Bagaimana perkembangan industri di bagian hulu dan tengah DA Ci Liwung tahun 1979-1986 ? 2. Dimana terjadi pencemaran air Ci Liwung tahun 1979 dan 1986, dan parameter-parameter apa yang telah tercemar ? 3. Bagaimana hubungan antara perkembangan industri di bagian hulu dan tengah DA Ci Liwung dan perkembangan kualitas air Ci Liwung ? 4. Dimana penyebaran jenis-jenis industri yang mencemarkan air Ci Liwung di bagian hulu dan tengah DAS Ci Liwung ?"
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Wahyuningsih
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T40633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifwandi Rasyidin
"ABSTRAK
Ci Liwung membentang dari Gunung Gede-Pangrango, Jawa Barat sampai ke Wilayah
DKI Jakarta dengan panjang kurang lebih 117 km. Pemanfaatan Ci Liwung adalah
untuk memenuhi kebutuhan air penduduk kota Jakarta dan sebagian Kabupaten Bogor.
Dalam peneUtian ini Daerah Pengaliran Ci Liwung merupakan ;
1. Satu satuan wilayah tata air yang menampung dan menyimpan air hujan yang jatuh
di atasnya untuk kemudian menahan dan mengalirkannya melalui sungai utama ke
laut (Sandy; Komunikasi Langsung 14 Juli 1995).
2. Satu satuan ekosistem dengan unsur utamanya adalah sumberdaya alam, flora dan
fauna, tanah dan air serta manusia dengan segala aktivitas di atasnya yang
berinteraksi satu sama Iain (Salim, 1986)
Ci Liwung ditetapkan sebagai air baku untuk air minum dengan kiasifikasi golongan A
(Kep. Gub. DKI No. 1608 Tahun 1988) dan golongan B, C, D (Kep. Gub. DT I Jawa
Barat No. 38 Tahun 1991).
Pada abad ke-17 kaum penjajah (kolonial) dapat langsung meminum air Ci Liwung
(Soeijani, 1989), yang sekarang tidak dapat dilakukan lagi. Ini berarti Ci Liwung
sudah mengalami perubahan mendasar yang secara konsepsional teijadi pengotoran
(contamination), pemburukan (deleterins effect), penurunan kualitas (degradation),
kemerosotan nilai (devaluation), dan mengurangnya daya penggunaan (impairment of
quality of use).
Kondisi di atas teijadi diduga karena adanya k^atan pembangunan di sepanjang
daerah pengaliran Ci Liwimg. Kegjatan pembangunan ini erat kaitannya dengan dengan
laju pertambahan penduduk di daerah pengaliran hulu dan tengah; yang banyak teijadi
areal terbuka menjadi pemukiman, tempat wisata, bungalow, restoran dan Iain-lain,
khususnya di daerah kecamatan Ciawi, Kedung Kalang, Kodya Bogor dan Kotif
Depok (di mana hulu Ci Liwung luasnya 11.776 Ha. memiliki hutan lindung seluas
4.224 Ha. (35% nya). Perubahan pemanfaatan tanah ini terlihat tidak terkendah dan
menggeser keseimbangan dinamis lingkungan alam sekitamya, sehingga dapat menjadi
penyebab terganggunya fungsi hidrologi Ci Liwung Hulu tersebut.
Ketergangguan fungsi hidrologis yang pertama-tama terlihat adalah bertambah
cepatnya laju aliran permukaan (surface run-off), infiltrasi air menurun, suhu dan
kelembaban tanah juga menurun. Kondisi ini dapat menjadikan daerah hilir banjir di
musim hujan dan kekeringan di musim kemarau, yang dapat menurunkan kualitas
perairan sungai.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan perkembangan pola penggunaan
tanah dan hubungannya dengan kondisi hidrolodis, serta menggambarkan perbedaan
kondisi kualitas air secara spasial dan perbedaan waktu pengambilan sampel pagi dan
sore di dua lokasi (stasiun Ciawi dan Sugutamu), dan mencari pengaruh perkembangan
pola penggunaan tanah terhadap kondisi hidrologis dan kualitas air Ci Liwung.
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan tentang
perkembangan pola penggunaan tanah yang optimal pada suatu daerah aliran sungai,
agar keseimbangan fungsi dan kondisi hidrologis serta kualitas air Ci Liwung tidak
terganggu.
Masalah pokok yang diteliti adalah apakah benar kondisi hidrologi di DA Ci Liwung
sebagai akibat dari perkembangan pola penggunaan tanah serta pengaruhnya terhadap
kualitas air sungai. Melalui pengamatan dan analisis perkembangan keadaan di atas,
dapat dilihat pengaruh dan korelasi "perkembangan pola penggunaan tanah terhadap
kondisi hidrologis dan kualitas air sungai" pada daerah aliran sungai tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan pada daerah aliran (DA) Ci Liwung yang secara
administratif termasuk dalam Kecamatan-kecaraatan Cisarua, Ciawi, Kedunghalang,
Cibinong, Cimanggjs, Kotamadya Bogor dan Kota Admistratif Depok-Propinsi Jawa
Barat, Kecamatan Kebon Baru dan Matraman/Manggarai di wilayah DKI-Jakarta, yang meliputi perkembangan kondisi hidrologis dalam kunin waktu 81 tahun (1913-
1994). Perkembangan pola penggunaan tanah pada daerah aiiran (DA) Ci Liwung ini
diuraikan dan diungkapkan dalam dua periode 1976 sampai tahun 1986 dan antara
tahun 1986 sampai tahun 1994 secara deskriptif analitis, serta berdasarkan hasil
analisis perkembangan pola penggunaan tanah pada peta penggunaan tanah tahun
1976, 1986 dan tahun 1994 yang disertai dengan comparative checking perkembangan
luas dari data Kantor Kecamatan setempat dan Biro Pusat Statistik pada cakupan
wilayah di daerah pengaliran (DA) Ci Liwung di atas.
Pengaruh yang dilihat antara ;
1. Perkembangan pola penggunaan tanah (untuk pemukiman, pertanian, hutan,
pariwisata dan Iain-lain) sebagai independent variabel (Xi - Xn), dan debit dan
kualitas air sebagai dependent variabel (Y) pada musim hujan dan musim kering,
dipergunakan sebagai data seri dari pantauan instansi selama tahun 1976 sampai
1994 (18 tahun).
O Lokasi dan waktu pengambilan sampel (pagi dan sore), di dua stasiun pengamatan
(Ciawi dan Sugutamu) pada musim hujan dan kering.
Di kedua lokasi ini diambil masing-masing 30 sampei pada waktu dan lokasi di atas,
dengan asumsi kedua stasiun telah mewakUi dua kondisi dasar perkembangan tata guna
di hulu dan tengah Daerah Aiiran Ci Liwung.
Fakta menunjukan bahwa;
1. Keadaan debit Ci Liwung sampai tahun 1986, memperlihatkan rasio debit banjir pada
musim hujan dan musim kering sudah melebihi 10 banding 1, akan tetapi sifat
hidrologisnya masih baik, di mana debit pada musim kering tidak begitu kering (ratarata
antara 10,30-14,45 m^) dan perairan tetap berair sepanjang tahun.
2. Keadaan debit Ci Liwung pada tahun 1986 sampai 1994, memperlihatkan rasio debit
pada musim hujan dan musim kering sudah mendekati 20 banding 1. Kondisi ini
memberikan indikasi fiingsi hidrologis daerah pengalirannya sudah berada pada
tingkat ketidak-seimbangan (terganggu), manakala air hujan yang jatuh pada
permukaan tanah sebagian besar langsung mengalir begitu saja ke badan air dalam
bentuk aiiran permukaan (surface run-off). Akibat sebagian kecil saja yang dapat
meresap ke dalam tanah. Kondisi ini menyebabkan debit pada musim hujan melebihi daya dukung aliir aliran sungai yang menyebabkan banjir di daerah hilir, dan pada
musim kering pengaliran Ci Liwung menjadi sangat kering.
Kondisi di atas, menunjukkan bahwa perkembangan pola tata guna tanah berpengaruh
terhadap ketergangguan flingsi hidrologis pada daerah pengaliran Ci Liwung yang
berpengaruh pada perubahan volume debit dan air limpasan, di mana;
1. Perkembangan tata guna tanah untuk hutan dan guna tanah untuk Iain-lain, bersamasama
mempengaruhi debit:
a. Dengan berkurangnya hutan, debit akan lebih besar pada musim hujan, dan kecil
pada musim kering;
b. Dengan bertambahnya penggunaan tanah untuk kawasan wisata dan lain - lain,
debit pada musim hujan lebih besar, dan sangat kecil pada musim kering.
2. Perkembangan tata guna tanah untuk hutan, kawasan wisata dan Iain-lain, signiJBkan
terhadap perubahan debit, terlihat dari:
a. Keadaan debit Ci Liwung sampai tahun 1976 cukup baik, karena didukung oleh
sifat hidrologisnya yang masih baik. Dalam kondisi ini debit pada musim kering
tidak begitu kering (antara 10,30-14,45 m^) dan debit tidak terlalu besar pada
musim hujan; dengan kata lain perairan tetap stabil dan berair sepanjang tahun.
b. Keadaan debit Ci Liwung pada tahun 1977 ke atas dan tahun 1986 sampai 1994,
terlihat debit pada musim kering (rara-rata 8,94-12,35 m^/dt atau lebih kecil dari
sebelumnya) sudah mendekati buruk, dalam artian kestabilan aliran semakin
menurun, di mana debit pada musim kering menjadi sangat kering dan musim
hujan debit menjadi besar. Kondisi ini dikatagorikan sifat dan fungsi
hidrologisnya sudah terganggu.
Dari hasil uji statistik, memperlihatkan bahwa perkembangan tata guna tanah pada
daerah aliran (DA) Ci Liwung mengindikasikan berpengaruh pada kualitas air, baik
pada musim hujan maupun pada musim kering, di mana ;
1. Perkembangan tata guna tanah untuk hutan dan untuk bangunan Iain-lain, secara
bersama-sama mempengaruhi kualitas air pada musim hujan, di mana dengan
berkurangnya hutan dan bertambahnya penggunaan tanah untuk Iain-Iain, kualitas
air untuk ;
a. R- (square) untuk TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing-masing adalah
18%, 89% dan 67% ; artinya variasi data perkembangan penggunaan tanah dari model regresi ini, untuk TSS berpenganih 18%, BOD (20®C,5hari) berpengamh
89%, dan COD berpenganih 67% pada musim hujan.
b. PI untuk TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing - masing adalah -8,062,
-7,537 dan -6,254 ; artinya dengan pengurangan satu satuan guna tanah untuk
hutan, menyebabkan penambahan kadar parameter di atas.
c. 32 i^ntuk TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing-masing adalah -t-6,750,
+4,374 dan +5,102 ; artinya dengan penambahan satu satuan guna tanah untuk
bangunan Iain-lain, menyebabkan penambahan kadar parameter di atas.
d. Sig T < a. Independent Variable-vcjz. signifikan masuk model, terlihat kedua
variabel penggunaan tanah untuk hutan dan bangunan Iain-lain signifikan masuk
model.
2. Perkembangan tata guna tanah untuk hutan dan untuk Iain-lain, secara bersamasama
signifikan terhadap besaran kadar TSS, BOD (20®C,5hari) dan COD dalam
mg/liter pada musim hujan maupun pada musim kering, walau untuk kadar TSS
mg/liter tingkat pengaruhnya kecd besamya pengaruh tersebut adalah ;
a. R2 (square) untuk TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing-masing 45%, 91%
dan 76% ; artinya variasi data perkembangan penggunaan tanah dari model
regresi ini, untuk TSS berpenganih 45%, BOD (20''C,5hari) berpenganih 91%
dan untuk COD berpenganih 76% pada musim kering.
b. P| untuk TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing-masing adalah -3,212,
-7,500 dan -13,398 ; artinya dengan pengurangan satu satuan guna tanah untuk
hutan, menyebabkan penambahan kadar parameter di atas.
c. 32 TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing-masing adalah +1,310,
+4,369 dan +10,872 ; artinya dengan penambahan satu satuan guna tanah untuk
bangunan Iain-Iain, menyebabkan penambahan kadar parameter di atas.
d. Sig T < a. Independent Variable-nydi signifikan masuk model, terlihat di sini
variabel penggunaan tanah untuk hutan dan bangunan Iain-lain signifikan masuk
model.
Dari hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa; Perubahan pola tata guna tanah
yang terkendali akan mengakibatkan debit dan kualitas air juga terkendali dapat
diterima.
Dari kondisi di atas dapat direkomendasikan, tanah perkebunan yang tidak produktif
lagi di daerah pedalaman yang berbukit dan berlereng teijal dengan kemiringan melebihi 40 %, hams dihutankan kembali menjadi hutan lindung, untuk memperbaiki tandon air
secara alami dan menjaga jalur flmgsi hidrologis hulu Ci Liwung. Seiain itu, daerahdaerah
resapan air bempa danau dan situ di Ci Liwung hulu maupun tengah, sepedd
Situ Lebakwangi di Parang, Danau Rawa Kalong di Cimanggis perlu dipertahankan dan
dipelihara teras.
Dalam dimensi lingkungan pertanahan, pembangunan sejumlah lapangan golf,
peramahan dan perkantoran dan industri di sisi kiri-kanan Ci Liwung, syarat
pembangunannya haras ditegaskan dan diatur dengan Perda No. 5 Tahun 1987, bahwa
pembangunan di kedua sisi daerah pengaliran sungai (DPS) beijarak 8 sampai 25 meter
dari sisi sungai atau tanggul sungai tersebut.

ABSTRACT
The Ci Liwung is the largest stream, that flows from the mountains in the interior of
West Java to Jakarta, the National Capital City of Indonesia. It was on the left
handbank of this stream that Governor General Daendels at the beginning of the 19^^
century constructed the road that leads to a village on the foothills by the name of
Bogor, wiiere he built a Summer Palace. Through the years Bogor grew and become a
city with a pleasant temperature, albeit wish amble rain.
Wish the growth of the population of the city of Bogor and surrounding villages, the
water of the Ci Liwung also experienced a change. The water of the river that was once
clear and clean, where one can fish and enjoy swimming, without any reservation,
gradually turned murky which might be partly due to increasing volume of domestic
waste.
During the Icist decades not only the city of Bogor had grown, but the land area along
side the Ci Liwung on the foothills of the mountain range to the East of Bogor has
become crowded as well. Growing prosperity experienced by more city people boosted
the building of more and more cottages aside from hotels, where people can relax and
enjoy the pleasant air during weekends.
More and more woodland on the mountain slopes had been cleared also to make room
for temperate zone vegetable and flower gardens, which can provide the farmer with a
healthy and steady income. All those human activities, however posed a negative
impact on the river. Every body of course is entitled to earn money as long as the method used is legal and not destiuctive. But the weight that the Ci Liwung watershed
had to carry in relation to the fullfilment of human needs seemed to be beyond it's
capacity to endure. The flow of the river during the last few years has turned erratic.
It's water has never been clear and clean any more.
The problem now is; to what extent is this change due to human intervention, especially
along tlie upper watershed ? That is the essence of the problem which we intent to find
out the answer in this study.
The following parameters are being applied to the problem ; the development pattern of
land use for housing, agriculture, forest, tourism and others as independent variable (xi
- Xn) and flow and water quality as dependent variables (Y) in the wet and dry season.
The objective of this study is to see the influence of land utilization change towards the
hydrologjc condition and water quality as well as factors that influence the pattern of
land utilization in the Ci Liwung watershed.
It is found out, that;
1. The change of the pattern of land use through time, had brought about changes in
the flow regiment of the river.
2. The increase in population within the Ci Liwung watershed area was the main cause
of the decline in the quality of the water of the stream."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taqyuddin
"Bangunan air di DAS Ciliwung sebagai obyek penelitian atau sebagai kebudayaan materi yang diteliti secara arkeologi tanpa melakukan penggalian. Berdasarkan konsep pengelolaan sumberdaya air di suatu DAS yang dikemukakan Asdak (1995), bangunan air tersebut dalam pembahasannya dikaitkan dengan karakteristik lingkungan abiotik DAS Ciliwung. Dengan mengkaji keterkaitannya diharapkan dapat menjelaskan upaya pengelolaan sumberdaya air di DAS Ciliwung yang dilakukan pada masa kolonial (dalam hal ini penekanannya pada keahlian teknik mengatur air atau water engineering).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masa kolonial sudah melakukan pengaturan sumberdaya air di DAS Ciliwung. Pengaturan yang dilakukan yaitu dengan tujuan untuk rnengendalikan banjir di Batavia, untuk keperluan pengairan lahan perlanian dan keperluan kebutuhan air bersih kota. Dengan memperhatikan keberadaan banguan air yang ditemukan di wilayah hilir (di sekitar kota Batavia) yang merupakan dataran rendah menunjukkan fungsi pengelolaan bangunan air tersebut kecenderungannya untuk menanggulangi banjir. Dan bangunan yang ada di hulu pengelolaannya dengan tujuan untuk menghambat dan menyalurkan sebagian air Ciliwung ke saluran-saluran irigasi agar tidak seluruhnya mengalir ke hilir. Bagian tengah DAS hanya sebagai pelintasan saja tidak ditemukan bangunan air yang memiliki tujuan yang sudah disebutkan di atas.
Dapat disimpulkan bahwa pengaturan yang dilakukan belum menyelesaikan permasalahan secara jangka panjang, dan menyeluruh dari ancaman air melimpah di wilayah hilir di Batavia, jika dinilai dengan menggunakan konsep Asdak (1995) yang menyatakan bahwa bagian hululah yang diprioritaskan untuk dikelola karena sangat mempengaruhi bagian tengah dan hilirnya. Dan pengaturan yang dilakukan pada masa kolonial menunjukkan kecenderungan budaya penanganan dari pada budaya pencegahan dengan dibangunnya bangunan air di wilayah hilir. Hal ini terbukti bahwa lingkungan fisik di bagian hulu dan tengah yang berpotensi mengirim air dengan jumlah besar ke hilir ternyata diatur dengan dua bangunan air yang kapasitasnya terbatas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Antonius Eko Sunardi
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan strategi Komunitas Peduli Ciliwung (KPC Bogor) dalam konservasi daerah aliran sungai ciliwung di kota Bogor dan menjelaskan bagaimana dampak dari strategi KPC Bogor terhadap relasi antara manusia dengan lingkungan. Latar belakang dari penelitian ini berupa permasalahan pencemaran sungai Ciliwung, dimana untuk menyelesaikan permasalahan tersebut diperlukan upaya konservasi daerah aliran sungai. Salah satu komunitas yang berupaya melaksanakan konservasi daerah aliran sungai di kota Bogor adalah KPC Bogor. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis deskriptif. Informan dalam penelitian ini terdiri dari lima orang relawan KPC Bogor, dua orang warga Kelurahan Sukaresmi, Staf dan Lurah Sukaresmi, dan Satgas Naturalisasi Ciliwung. Penelitian kualitatif ini menunjukkan bagaimana strategi KPC Bogor dalam konservasi DAS melalui kegiatan dan pihak/lembaga yang dilibatkan. Selain itu ditunjukkan pula bagaimana dampak dari strategi KPC Bogor terhadap relasi manusia dengan lingkungan dan bagaimana KPC Bogor melibatkan berbagai pihak dalam kegiatannya. Dalam upaya memahami strategi KPC Bogor dan dampaknya, penelitian kualitatif ini menggunakan kerangka berpikir environmental entitlements.

This research aims to describe the strategy of Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) Bogor in the conservation of the Ciliwung River watershed in the city of Bogor and explain how the impact of KPC Bogor strategy on relations between humans and the environment. The background of this research discusses the contamination of the Ciliwung River. To solve this problem, efforts to resolve watersheds are needed. One of the communities that seeks to implement watershed conservation in the city of Bogor is KPC Bogor. This research uses a qualitative method with descriptive type. Informants in this study consisted of five KPC Bogor volunteers, two residents of Kelurahan Sukaresmi, Staff and Lurah Sukaresmi, and two member of Satgas Naturalisasi Ciliwung. This qualitative research discusses how the KPC Bogor strategy in the watershed through the activities and the parties/institutions involved. In addition, it was also shown how the impact of the KPC Bogor strategy on human relations with the environment and how KPC Bogor involved various parties in its activities. In an effort to understand KPC Bogor strategy and its impact, this qualitative research uses the framework of environmental entitlements."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvia Dini
"Kualitas air Sungai Ciliwung semakin hari semakin menurun. Hal ini dibuktikan dengan konsentrasi TSS (Total Suspenden Solid), COD (Chemical Oxygen Demand), Nitrit dan Ammonia yang telah melebihi baku mutu (TSS>100 ppm, COD>10 ppm, Nitrit>0.06 ppm, Ammonia>0.02 ppm) (Delinom et al., 2002). Tetapi pada kenyataannya air Sungai Ciliwung masih digunakan masyarakat sekitar untuk memenuhi berbagai keperluan sehari-hari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air Sungai Ciliwung periode tahun 2000-2010 dibandingkan dengan Keputusan Gububernur DKI Jakarta No. 582/1995. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dengan jumlah sampel sekunder sebanyak 272. Parameter kualitas air yang digunakan sebagai indikator adalah Total Dissolved Suspended (TDS), Kekeruhan, Phospat, Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) Dissolved Oxygen (DO), dan Fecal coli.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar parameter telah melebihi baku mutu kecuali TDS di bagian hulu sungai. Dari hasil uji bivariat diketahui sebagian besar konsentrasi parameter meningkat dari hulu ke hilir. Hal ini dibuktikan dengan nilai P<0.05. Untuk perbedaan konsentrasi di musim hujan dan musim kemarau, parameter yang memiliki perbedaan yang signifikan yaitu BOD, Phospat, dan COD (P<0.05). Sedangkan untuk perbedaan konsentrasi periode tahun 2000-2005 dan periode tahun 2006-2010 parameter yang memiliki perbedaan yang signifikan yaitu COD dan DO (P<0.05).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Air Sungai Ciliwung menurut parameter yang diteliti sudah tidak sesuai peruntukannya.

Over the time, water quality of Ciliwung River was under the standart. The concentration of some parameters such as TSS (Total Suspenden Solid), COD (Chemical Oxygen Demand), Nitrite and Ammonia above a threshold limit (TSS>100 ppm, COD>10 ppm, Nitrite>0.06 ppm, Ammonia>0.02 ppm) (Delinom et al., 2002). But in the reality people around the river area still used the water for their daily activities.
The purpose of this study was to compare the water quality to according Keputusan Gububernur DKI Jakarta No. 582/1995. This study use descriptive analysis method with 272 secondary samples. The parameter of water quality which include as indicator of the assessment were Total Dissolved Suspended (TDS), Turbidity, Phospate, Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) Dissolved Oxygen (DO), and Fecal coli.
The result should that most of parameters were over the threshold limit except TDS consentration in the upstreams. Bivariate analysis showed most of the parameters increase from the upstream to downstream with P<0.05. BOD, Phospat, and COD had the significant differences between rainy and dry season (P<0.05). Mean while COD and DO which had the significant differences in 2000-2005 to 2006-2007 periode time (P<0.05).
The conclusion of this study was Ciliwung river water according to the studied parameters are not appropriate designation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ede Aulah
"Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 Tentang perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran Program Keluarga Berencana dan faktor-faktor yang berhubungan di masyarakat DAS Ciliwung. Populasi dari penelitian adalah seluruh keluarga/Pasangan Usia Subur DAS Ciliwung dan sampel penelitian adalah jumah kepala keluarga yang diambil secara purposive random sampling, dengan terlebith dahulu mengelompokkan ke dalam empat kecamatan menurut kondisi pembagian wilayah yang diteliti.
Penelitian ini difokuskan pada empat vaiabel yaitu ekonomi, pendidikan, TER (Total Fertility Rate), dan CPR (Contraceptive Prevalense Rate). Pertanyaan yang muncul adalah benarkah Program Keluarga Berencana (TFR dan CPR) meningkatkan Kesejahteraan Keluarga pada masyarakat DAS Ciliwung?
Berdasarkan hasil analisa dan model struktural dari penelitian ini, terlihat bahwa model yang diperoleh dengan dasar empirik sudah memenuhi persyaratan yang baik. Untuk itu dengan temuan dan model penelitian yang dikaji ternyata bahwa pelaksanaan Program KB (CPR dan TFR) serta faktor kesejahteraan keluarga cukup kuat dan efektif sebagai penentu dalam upaya menumbuhkan/peningkatan Ketahanan Nasional/Keluarga. Dengan kata lain pengembangan Ketahanan Nasional akan bisa ditingkatkan dan diperbaiki dengan upaya terus melakukan perbaikan dan peningkatan terhadap aspek Program Keluarga Berencana dan faktor peningkatan kesejahteraan keluarga. Apabila diamatt, variabel-variabel pelaksanaan program KB dan peningkatan kesejahteraan keluarga, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, pengaruhnya terhadap ketahanan nasional adalah sangat bermakna (signifikan). Kebermaknaan pengaruh ini diduga ada alasan yang menyebabkannya. Yaitu faktor yang menentukan tumbuhan kesadaran ketahanan nasional adalah karena adanya upaya perbaikan pelaksanaan program KB (CPR dan TFR) yang tertangani/terkontrol dengan baik, di mana hal tersebut memberikan pengaruh pada penguatan kesejahteraan keluarga dengan lebih baik pula. Keadaan ini menunjukkan bahwa kalau faktor pelaksanaan Program KB dapat ditangani dengan baik, maka secara Jangsung dapat memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga. Hingga akhirnya upaya peningkatan ksejahteraan keluarga menjadi faktor yang perlu mendapat perhatian lebih baik pula untuk dapat menunjang peningkatan kesejahteraan keluarga dan Ketahanan Nasional para peserta KB.

Base on Population Regulation No. 10 Year 1992, the Familiy Planning Program is one efforts to increase awareness and community action irugh increase age of the first marriage, setting the fertilty, and increase the social welfare of the family.
The aims of this study are io know the Family Planning Program and correlation within some factors in DAS Ciliwung. This research population are all eligible in DAS Ciliwung and research sample are 200 Family/eligible couple take by purposive random sampling, with devide 4 district according.
This research focus on four varible, there are economic, educational level, TFR, and CPR. The question was ia it the true that Family Planning (TFR and CPR) increasing Family welfare in DAS Ciliwung?
Based on anatiysis and structural model from this research, show that model which get by base empiric, data have fulfil the classification. And with this jinding and from research model inspected really that that family planning and Jamily welfare strong enough and effective as determination in effort to increase national resilience or family resilience. What we get from this research basically with theories or results of other research. if we inspect the variable family planning and family welfare, in partial or simultance, influences toward national reasilience are very significant. These influences have reason, factor which determine good or bad of increase national resilience are the effort on CPR participants, TFR which have good control, that term give influences on strengthen better family welfare. That all about influences family planning factor ioward affectivity family economic related with increase family welfare on DKI Jakarta people. Otherwise the activities of influence toward family income as a factor of more attention in term af supporting increasing family welfare and influence toward national resilience of family planning acceptors.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T33553
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhwan Maulani
"Berkurangnya lahan terbuka sebagai daerah resapan di DAS Ciliwung membuat pembangunan sumur resapan menjadi penting. Tujuan penelitian ini adalah menyusun peta kesesuaian lahan untuk pembangunan sumur resapan, melakukan simulasi beberapa desain sumur resapan untuk mendapatkan volume resapan air yang optimum di tiap lokasi, dan menyusun serta merekomendasikan lokasi, desain, dan jumlah sumur resapan tiap wilayah. Penelitian ini menggunakan data GIS untuk kompilasi dan pembobotan peta geologi teknik, jenis tanah, grup hidrologi tanah, kedalaman muka air tanah, kemiringan lereng, curah hujan rata-rata dan tata guna lahan DAS Ciliwung serta melakukan simulasi matematik.
Berdasarkan hasil analisa, lahan yang paling memenuhi syarat untuk dibangun sumur resapan berada di Daerah Cisarua, sedangkan yang tidak memenuhi syarat berada di bagian paling utara dan selatan DAS Ciliwung. Menggunakan kedalaman 5 m, sumur resapan tipe rektangular dengan panjang dan lebar 2 m dapat menampung limpasan sebesar 20 m3 untuk daerah seluas 952,72 m2 di Kranji (RBKr), sedangkan tipe lingkaran dengan diameter 2 m hanya menampung 15,7 m3 limpasan untuk daerah seluas 746,76 m2. Jumlah sumur resapan individual tipe rektangular yang dibutuhkan di DAS Ciliwung adalah 1.662.291 sumur, sedangkan bila menggunakan sumur resapan komunal tipe rektangular hanya 276.335 sumur.

The decreasing an open space in in Ciliwung watershed make the development of recharge wells become an important. The purpose of this research is to develop a map of land suitability for recharge wells construction, simulating some design recharge wells to obtain the optimum volume of water absorption in each location, and develop and recommend the location, design, and the number of recharge wells each region. This study uses GIS data compilation and weighting for engineering geology maps, soil type, soil hydrology group, the depth of the ground water level, slope, average rainfall and land use Ciliwung and perform mathematical simulations.
Based on the analysis, the most eligible land for recharge wells are in Cisarua Regions, while those not qualified to be in the most northern and southern Ciliwung watershed. Using a depth of 5 m, recharge wells rectangular type with a length and a width of 2 m can accommodate runoff of 20 m3 for an area of 952.72 m2 in Kranji (RBKr), while type circle with a diameter of 2 m only holds 15.7 m3 runoff for the area covering an area of 746.76 m2. The number of individual types of rectangular recharge wells needed in Ciliwung is 1.662.291 wells, whereas when using recharge wells rectangular type only 276.335 communal wells.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44712
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aidilfit Chatim
"Sungai Ciliwung selain berperan dalam urat nadi perdagangan dan pintu pertahanan kota Jakarta, juga berperan sebagai sumber air minum bagi penduduk yang bertempat tinggal di sekitar aliran sungai Ciliwung. Pada saat ini keadaan sungai tersebut masih cenderung demikian, dimana penduduk yang berada di kelurahan Manggarai masih menggunakan air sungai Ciliwung sebagai sumber kehidupan. Selama periode tahun 1983 sampai 1986 sungai Ciliwung dikatakan telah tercemar berat akibat buangan limbah .domestik, pabrik dan pencernaran oleh industri kecilsepanjang tepi sungai.. Begitu juga sumur-sumur sepanjang tepi sungai terutama yang berjarak 1-5 meter dari jamban. Secara fisik air sumur ini dapat memenuhi persyaratan, dari segi untuk bakteriologinya telah tercemar 100% oleh bakteri golongan coli.
Menghadapi masalah tersebut perlu diusahakan suatu teknologi sederhana yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas air menjadi air bersih, terutama bagi masyarakat yang tinggal disekitar sungai.
Salah satu alternatif penjernihan yang dapat menghasilkan air bersih yaitu dengan penggunaan campuran obat kimia. Cara ini dapat dilakukan baik perorangan ataupun secara bersama-sama dalam waktu yang relatif singkat untuk menghasilkan air bersih. Formula kimia tersebut terdiri dari tawas untuk koagulasi, soda untuk mengatur pH, kaporit untuk mernbunuh kuman di tambah dengan kaolin atau tanah infusoria yang dapat mempercepat pengendapan partikel-partikel untuk menjadikannya air bersih.
Dalam penelitian ini telah dilakukan suatu eksperimen yang menggunakan campuran tersebut diatas untuk mendapatkan air bersih dari sumber air sungai Ciliwung dan air sumur sepanjang sungai di kelurahan Manggarai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian formula kimia kaolin dosis 125 mg/1 dan formula kimia tanah infusoria dosis 125 mg/1 sangat baik untuk menurunkan kadar zat organik terlarut dalam air sungai Ciliwung dan air surnur, tetapi perlakuan ini kurang baik untuk membunuh mikroorganisme. Pemberian formula kimia kaolin dosis 250 mg/1 dan formula kimia tanah infusoria. 250 mg/1 tidak begitu baik untuk menurunkan kandungan zat organic terlarut, akan tetapi untuk menghilangkan mikroorgani.sme sangat efektif."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1988
T 1180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>