Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190101 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Makna Anggara Judsinarko
"Tanaman bambu selain memiliki nilai ekonomi juga memiliki nhlai ekologi. Nilai ekonomi
yang diperoleh dari bambu adalah sebagal bahan baku industri kerajinan bambu,
sedangkan nilai ekologinya adalah digunakan sebagai tanaman hias clan dapat
mencegah erosi bila ditanam di tepi jurang, tebing clan sungai.
Tanaman bambu merupakan salah satu sumber daya alam yang berperan penting dalam
kehidupan masyarakat, khususnya di pedesaan.Menurut laporan FAQ tahun 1961
Indonesia khususnya di Pulau Jawa 80% penggunaan bambu adalah untuk bahan
bangunan dan sisanya 20% untuk keperluan Iainnya seperti industri kerajinan dli.
Besarnya konsumsi bambu di Kabupaten Klaten adalah 500.000 per tahun.Tanaman
bambu tumbuh dan tersebar di seluruh kecamatan-kecamatan Kabupaten Klaten.
Kecamatan Kemalang dan Kecamatan Manisrenggo adalah dua kecamatan di Kabupaten
Kiaten yang banyak terdapat tumbuh clan tersebar jenis tanaman bambu.
Di wiiayah kedua kecamatan mi tanaman bambu digunakan untuk bahan baku bangunnan
clan kerajinan. Bambu yang paling banyak digunakan adaiah jenis bambu apus.
Bambu apus yang bermutu baik clan kurang balk untuk bangunnan dihubungkan dengan
ukuran besar clan kecilnya diameter buluh bambu.
Wilayah kedua kecamatan mi memiliki luas 7862 ha clan ketinggian yang bervariasi dan
200 m di atas permukaan laut di bagian selatannya sampai ketinggiari 2911 m di atas
permukaan laut di bagian utaranya yaitu wilayah Gunung Merapi.Wilayah mi di sebeiah
baratnya berbatasan dengan Propinsi DI Yogyakarta.
Atas dasar pemikiran tersebut, maka tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah
mengetahui persebaran jenis bambu, persebaran mutu bambu apus hubungannya
dengan ketinggian.Sehubungan dengan tujuan tersebut maka permasalahan yang akan
diajukan adalah: 1.13agaimana persebaran jenis bambu hubungannya dengan
ketinggian? dan 2.13agaimana persebaran mutu bambu apus hubungannya dengan
ketinggian?
Wilayah Rebuplik Indonesia dengan iklim tropisnya kaya akan jenis-jenis tanaman yang
dapat tumbuh subur dan dapat diusahakan.Tetapi tanaman tersebut tidak selamanya
dapat memberikan hasil yang maksimal pada setiap ketinggian clan juga memiliki jenisjenis
tanaman yang berbeda-beda pada setiap ketinggian.
Semakin tinggi tempat, semakin jarang dijumpai tumbuhan tropik.Kalaupun ada, pengusahanya
tidak lagi ekonomis, balk karena mutu ataupun karena waktu tumbuh Metode analisis yang digunakan adalah overlay peta yaitu untuk mengetahui hubungan
persebaran jenis bambu dan persebaran mutu bambu apus dengan ketinggian.Adapun
overlay peta yang dilakukan adalah antara peta persebaran jenis bambu dengan peta
ketinggian dan peta persebaran mutu bambu apus dengan peta ketinggian.
HasH pengolahan data menunjukan bahwa di wilayah penelitian ditemukan delapan jenis
tanaman bambu yaitu: bambu ater, bambu betung, bambu apus, bambu andong, bambu
hitam, bambu kuning, bambu pagar dan bambu jalur.Bambu apus yang di- temukan di
wilayah penelitian memiliki ukuran buluh yang bervariasi dan digunakan untuk bahan
baku bangunnan yang diukur dari besar dan kecilnya diameter buluh bambu.
Secara keseluruhan hasH akhir dari overlay peta menunjukan bahwa semakin tinggi
tempatnya, jenis bambu yang ada berkurang jenisnya dan semakin tinggi tempatnya,
u.kuran diameter buluh bambu apus berkurang sehingga bambu apus yang digunakan
untuk bahan baku bangunnan berkurang mutunya"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karlina Triana
"Penelitian terhadap pola persebaran rumah dilakukan di Kecamatan Leuwidamar yang termasuk dalam wilayah perdesaan dengan keadaan topografi dan kehidupan sosial yang beragam. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi fisik wilayah serta hubungan pola persebaran rumah dengan mobilitas penduduk, dan dilakukan dengan survey lapangan dan wawancara terhadap responden, analisis keruangan dan statistik digunakan sebagai metode analisis. Proses terbentuknya pola memanjang, mengelompok dan menyebar dipengaruhi oleh ketinggian, kemiringan lereng, jaringan jalan dan perairan darat. Hal ini menyebabkan berbagai perbedaan dan persamaan dalam hal mobilitas penduduk berkait dengan kegiatan mata pencaharian. Perbedaan paling mencolok terdapat pada intensitas dan durasi mobilitas penduduk, sedangkan persamaan terdapat pada jenis dan jarak mobilitas serta sarana transportasi penduduk.

Research about house distribution patterns was carried out in Leuwidamar which categorized in rural area with variation of topography and society life. Research purposed to knowing effect of physical characteristic and relationship of house distribution patterns with population movements, and executed by field survey and interview to respondent, spatial and statistic analysis used as analysis method. Formed process of linear, agglomerated, and disseminated pattern effected by altitude, the angle of slope, road network, and land waterworks. This is causing variety of differences and similarities in population movements in livelihood. The most conspicuous difference contained in intensity and duration of mobility, whereas similarities contained in kind and distance of mobility and citizen?s transportation. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1267
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2004
S33874
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2007
S33893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lintang Andarini Putri
"

Latar Belakang: Stunting adalah kondisi malnutrisi kronis yang memengaruhi jutaan anak di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik tetapi juga perkembangan kognitif anak. Anak dengan stunting memiliki laju air liur yang rendah sehingga meningkatkan risiko terjadinya karies. Karies merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi pada anak-anak dan dapat memengaruhi kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Meskipun dampak sistemik stunting telah banyak diteliti, hubungannya dengan kejadian karies gigi masih jarang dibahas, terutama di daerah pedesaan seperti Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten. Tujuan: Mengetahui hubungan kejadian stunting dengan penyakit karies gigi pada anak usia 0-3 tahun di Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan data sekunder mengenai stunting yang diperoleh dari  program JUWITA 1000 HARTA yang dikelola Puskesmas Juwiring. Jumlah subjek sebanyak 264 orang dengan menggunakan teknik sampling total sampling untuk stunting dan consecutive sampling untuk pemeriksaan kariesStunting ditentukan menggunakan Z-score berdasarkan standar WHO, dan dikategorikan menjadi tingkat ringan dan berat. Status karies gigi dinilai menggunakan menggunakan bantuan alat intraoral kamera dan dikategorikan menjadi karies dan bebas karies. Analisis statistik dilakukan menggunakan uji chi-square untuk menguji hubungan antara stunting dan karies gigi. Hasil: Didapatkan 248 dari total 264 subjek yang menjadi subjek penelitian. Dari 248 subjek, sebesar 31,5% mengalami stunting ringan dan 68,5% mengalami stunting berat. Prevalensi karies gigi secara signifikan lebih tinggi pada anak-anak dengan stunting berat dibandingkan dengan mereka yang mengalami stunting ringan atau tidak stunting (p < 0,05). Kesimpulan: Penelitian ini  menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara stunting dan prevalensi karies gigi. Anak-anak dengan stunting yang lebih parah berisiko lebih tinggi untuk mengalami karies gigi, yang menekankan pentingnya mengatasi tantangan terkait gizi dan kesehatan gigi untuk meningkatkan kesejahteraan anak secara keseluruhan.

Kata Kunci: Stunting, karies gigi, status gizi, kesehatan gigi, anak-anak.


Background: Stunting is a chronic malnutrition condition affecting millions of children worldwide, particularly in developing countries. This condition not only impacts physical growth but also cognitive development in children. Children with stunting tend to have reduced salivary flow rates, increasing their risk of developing dental caries. Dental caries is one of the most common chronic diseases among children, significantly affecting their overall quality of life. Although the systemic effects of stunting have been widely studied, its relationship with dental caries remains underexplored, particularly in rural areas such as Juwiring Subdistrict, Klaten Regency. Objective: To determine the relationship between stunting and dental caries in children aged 0–3 years in Juwiring Subdistrict, Klaten Regency. Method: This research method is cross sectional design using secondary data on stunting obtained from the JUWITA 1000 HARTA program managed by Juwiring Public Health Center. A total of 264 subjects were included, using total sampling for stunting and consecutive sampling for caries examination. Stunting was assessed using Z-score based on WHO standards and categorized into mild and severe levels. Dental caries status was assessed using intraoral cameras and categorized as caries or caries-free. Statistical analysis was performed using the chi-square test to examine the relationship between stunting and dental caries. Results: Out of 264 subjects, 248 were included in the study. Of these, 31.5% were mildly stunted, and 68.5% were severely stunted. The prevalence of dental caries was significantly higher among children with severe stunting compared to those with mild stunting or no stunting ( ð‘ < 0.05 p<0.05). Conclusion:The study shows a significant relationship between stunting and dental caries prevalence. Children with more severe stunting are at a greater risk of developing dental caries, underscoring the importance of addressing both nutritional and oral health challenges to improve overall child well-being.

Keywords: Stunting, dental caries, nutritional status, oral health, children.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triyasinta Noor Laksmita Dewi
"Objek wisata merupakan daya tarik suatu daerah yang dapat dikelola dan dikembangkan sehingga dapat menunjang perekonomian daerah tersebut. Kecamatan Polanharjo menjadi salah satu daerah di Kabupaten Klaten dengan daya tarik utama wisata air yang mengalami peningkatan jumlah pengunjung dengan signifikan. Objek wisata di Kecamatan Polanharjo dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu objek wisata alami, objek wisata budaya, dan objek wisata minat khusus. Jangkauan pelayanan mencakup kemampuan objek wisata untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan preferensi beragam dari wisatawan dan karakteristik lkasi objek wisata tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik wisatawan dan karakteristik lokasi objek wisata, serta menganalisis jangkauan pelayanan objek wisata di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode analisis spasial (analisis komparasi keruangan) dan metode pengumpulan data dengan studi literatur, survei lapang, dan kuisioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Umbul Sigedhang-Kapilaler adalah objek wisata alam yang memiliki karakteristik wisatawan dengan usia remaja datang karena motivasi pengakuan diri, tertarik dengan suasana di sana, serta mudah menjangkau objek wisata dengan biaya pengeluaran sedang serta karakteristik lokasi yang cukup lengkap dan kurang strategis. Objek wisata alam adalah objek wisata dengan jangkauan pelayanan lingkungan karena mayoritas wisatawannya berada dalam skala pelayanan lingkungan. Lalu, Umbul Kemanten adalah objek wisata budaya yang memiliki karakteristik wisatawan dengan usia dewasa, datang karena motivasi budaya, tertarik dengan atraksi di sana, serta mudah menjangkau objek wisata dengan biaya pengeluaran sedang serta krakteristik lokasi yang sangat lengkap dan cukup strategis. Objek wisata budaya adalah objek wisata dengan jangkauan pelayanan lokal karena mayoritas wisatawannya berada dalam skala pelayanan lokal. Sedangkan, New Rivermoon Adventure adalah objek wisata minat khusus yang memiliki karakterisktik wisatawan dengan usia dewasa, datang karena motivasi fisik, tertarik dengan kepopuleran objek wisata, serta mudah menjangkau objek wisata dengan biaya pengeluaran rendah serta karakteristik lokasi yang lengkap dan sangat strategis. Objek wisata minat khusus adalah objek wisata dengan jangkauan pelayanan regional karena mayoritas wisatawannya berada dalam skala pelayanan regional.

Tourist attractions are features of an area that can be managed and developed to support the local economy. Polanharjo District is one of the regions in Klaten Regency with a primary attraction of water tourism, which has seen a significant increase in the number of visitors. The tourist attractions in Polanharjo District are categorized into three types: natural tourist attractions, cultural tourist attractions, and special interest tourist attractions. Service range refers to the ability of a tourist attraction to adapt to the diverse needs and preferences of tourists and the characteristics of the location. This research was conducted to examine the characteristics of tourists and the characteristics of the tourist attraction locations, as well as to analyze the service coverage of tourist attractions in Polanharjo District, Klaten Regency. This is a descriptive quantitative study using spatial analysis methods (comparative spatial analysis) and data collection methods including literature review, field surveys, and questionnaires. The research findings show that Umbul Sigedhang-Kapilaler is a natural tourist attraction with characteristics of young visitors who come due to self-recognition motivation, are attracted by the ambiance there, and can easily reach the location with moderate spending. The location characteristics are fairly complete but not very strategic. Natural tourist attractions have an environmental service range, as most of the visitors fall within the environmental service scale. Umbul Kemanten is a cultural tourist attraction with characteristics of adult visitors who come due to cultural motivation, are interested in the attractions there, and can easily access the location with moderate spending. The location characteristics are very complete and quite strategic. Cultural tourist attractions have a local service range, as most of the visitors fall within the local service scale. Meanwhile, New Rivermoon Adventure is a special interest tourist attraction with characteristics of adult visitors who come due to physical motivation, are attracted by the popularity of the attraction, and can easily reach the location with low spending. The location characteristics are complete and very strategic. Special interest tourist attractions have a regional service range, as most of the visitors fall within the regional service scale. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raguan Alaydrus
1982
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Padmodariarso Mangoendipoero
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vorega Badalamenti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S664
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>