Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93641 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hartaty Margaretha S.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
S33650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1995
S33510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
S. Afrianti
"Curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang paling penting dan banyak dipakai serta diamati sebagai dasar penggolongan iklim. Bagi kebanyakan daerah di Indonesia, banyak sedikitnya hujan yang jatuh tergantung kepada Daerah Konpergensi Antar Tropik (DKAT), bentuk medan (tiopografi), arah datangnya angin, suhu, ketinggian dan arah hadapan lereng (eksposur). Jawa Barat dengan wilayah pegunungannya yang cukup luas, setiap tahunnya rata-rata mendapat curah hujan yang' besar berkisar 2.000 mm sampai lebih besar daripada 4.000 mm. Tujuan tulisan ini adalah ingin mengetahui mengenai pola umum curah hujan dan iklim menurut Koppen di Jawa Barat. Sehubungan dengan tujuan tulisan diatas, masalah-masalah yang akan dikemukakan adalah : Bagaimana pola Umum curah hujan di Jawa Barat ? Bagaimana pola umum iklim menurut Koppen di Jawa Barat ? Untuk menjawab permasalahan tersebut diatas, maka digunakan variabel-variabel seperti arah datangnya angin dan ketinggian serta Daerah Konpergensi Antar Tropik (DKAT). Sedangkan iklim dalam tulisan ini dibagi dan diklasifikaaikan menurut Koppen. Pembahasan dilakukan dengan menghubungkan variabel- variaebel tersebut dengan curah hujannya. Jika dihubungkan antara peta curah hujan dengan peta ketinggian didapatkan seamakin tinggi letak suatu tempat maka semakin besar juga curah hujannya (sampai pada ketinggian sekitar 1.000 meter diatas permukaan laut). Pada bulan-bulan Desember, Januari, Februari, curab hujan terlihat besar, arah datangnya angin dari barat. Pada bulan- bulan Maret, April, Mei, curah hujan sudah menurun, arah datangnya angin dari barat laut dan tenggara. Pads bulanbulan Juni, Juli, Agustus, curah hujan kecil, arah datangnya angin dari timnur. Pada bulan-bulan September, Oktober, November, curah hujan sudah mulai meningkat jumlahnya karena angin yang berasal dari Samudera Indonesia banyak membawa uap air. Daerah Konpergensi Antar Tropik (DKAT) yang merupakan zona dimana suhunya paling tinggi karene pemanasan matahani jatuh pada bulan Januari."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnawati
"Oldeman membuat penggolongan iklim dengan tujuan membantu
usaha pertanian. Klasifikasi Oldeman ditujukan terutama
untuk tanaman padi.
Tujuan penelitian in i adalah untuk mengetahui klasif ikasi
iklim menurut Oldeman di Jawa Barat.
Sedangkan masalah yang diajukan adalah :
1). Bagaimana klasif ikasi iklim menurut Oldeman di
Jawa Barat ? ,/
2). Bagaimana kaitan antara klasif ikasi tersebut dengan
vegetasi ?
3). Bagaimana perbandingan (persamaan dan perbedaan)
antara klasif ikasi tersebut dengan klas if ikas i yang
telah dibuat oleh Oldeman ?
Klas if ikas i 'iklim Oldeman pada wilayah penelitian (Jawa
Barat) didominasi oleh tipe iklim B1 (pada bagian barat,
tengah dan selatan Jawa Barat).
Kaitan antara klasif ikasi iklim Oldeman (agroklimat
Oldeman hasil penelitian) dengan vegetasi (tumbuhan)
adalah pada tipe iklim 0Ideman seperti "ini" dimungkinkan/
ditemukan adanya tumbuhan seperti "itu" .
Persamaan antara klas if ikas i iklim 0Ideman has i1 peneli
tian dengan klasifikasi iklim Oldeman (Penulis yang lalu)
adalah sebagian besar wilayah Jawa Barat didominasi oleh
tipe iklim B1, dari selatan ke utara, mempunyai pola tipe
iklim B,C,D dan E, dari barat ke timur, mempunyai pola
tipe iklim A, B, C dan D, sedangkan perbedaan yang terjadi
disebabkan karena data yang digunakan berbeda dan
sifat keberurutan dari buIan basah dan buIan kering yang
menghasiIkan tipe iklim, berbeda."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djuli Gustomo
"Apel adalah jenis tanaman yang biasa tumbuh pada wilayah lintang tinggi, tetapi kenyataannya tanaman tersebut dijumpai pula pada wilayah lintang rendah (tropis). Kondisi iklim yang sesuai bagi tempat tumbuh tanaman apel di wilayah tropis dimungkinkan oleh adanya pengurangan suhu sebesar 0,6 derajat Celsius untuk setiap kenaikan tempat 100 meter (Sandy,· 1986). Dengan demikian tanaman apel yang tumbuh baik di wilayah lintang tinggi kiranya dapat dijumpai pula di wilayah tropis, asalkan ketinggian dan suhunya memungkinkan. Di Indonesia, ada beberapa tempat yang terdapat tanaman apel. Namun terdapat perbedaan satu dengan yang lain, jika dilihat pada aspek potensi dan produksinya.
Tujuan penelitian ini _adalah ingin mengetahui kaitan iklim dan tanaman apel di kabupaten Malang, khususnya mengenai kesesuaian wilayah tanaman apel dengan kalsifikasi iklim. Landasan klasifikasi iklim Koppen-Trewartha (1980) dipakai untuk mengidentifikasi kaitan keduanya. Sedangkan pemakaian klasifikasi Mohr didasarkan atas pertimbangan bahwa tanaman apel membutuhkan periode kering yang cukup.
Masalah yang dibahas adalah :
1. Pada wilayah yang bagaimana tanaman apel dapat tumbuh dengan baik didasarkan pada kondisi iklim yang ada ?
2. Bagaimana kesesuaian antara iklim (klasifikasi iklim) Koppen-Trewartha dan Mohr jika dikaitkan dengan wilayah tanaman apel di kabupaten Malang ?"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1994
S33495
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Zulfan
"ABSTRAK
Tanaman kopl membutuhkan .persyaratan tertentu di dalam pertijimbuhannya.
Juimlah maupun mutu basil dari tanaman kopi
dipengaruhi oleb berbagai faktor, salab eatu di antaranya
adalab iklim.
Tanaman kopi Jenis robusta dapat tumbub baik pada curab bujan
2000-3000 mm per tabun, lama bulan kering 3-4 bulan, dan snbu
udara tahunan 21-24*^ atau pada ketinggian 400-800 meter dpi,
sedangkan pada Jenis arabika tumbub baik pada curab bujan
2000-3000 mm per tabun, lama bulan kering 2-3 bulan, dan subu
udara tabunan 17-21° atau pada ketinggian 800-1500 dpi.
Masalab yang dibabas adalab: 1. Berdasarkan syarat tumbubnya,
di mana wilayab kesesuaian iklim untuk tanaman kopi di
propinsi Jawa Timur ? 2. Bagaimana tingkat produktifitas,
tanaman kopi pada wilayab kesesuaian iklim ?
Metode penelitian berupa korelasi peta dan korelasi statistik.
Tujuan penelitian ini adalab untuk mengetabui tingkat
produktifitas tanaman kopi pada wilayab kesesuaian iklim
tanaman kopi di propinsi Jawa Timur.
Ringkasan yang diperoleb dari basil penelitian adalab :
Wilayab sesuai berdasarkan iklim untuk tanaman kopi robusta
menyebar pada kabupaten-kabupaten Bodonegoro, Lamongan,
Ngawi, Paditan, Trenggalek, Ponorogo, Madiun, Nganduk, Kediri,
Tulung Agung, Malang, Bondowoso, Pasuruan, Mojokerto,
Jember, Jombang, Situbondo, Probolinggo, Blitar, Lumajang,
dan Banyuwangi. Wilayab tidak sesuai meliputi kabupatenkabupaten
Tuban, Gresik, Sldoarjo, Lamongan, Magetan, Madiun,
Nganduk, Kediri, Tulung Agung, Probolinggo, Lumajang, Situ
bondo, Banyuwangi, Modokerto, Ponorogo, Jember, Bodonegoro,
Ngawi, Pacitan, Pasuruan, Malang, dan Bondowoso.
Wilayab sesuai berdasarkan iklim untuk tanaman kopi arabika
menyebar pada kabupaten-kabupaten Ngawi, Magetan, Pacitan,
Bodonegoro, Malang, Lamongan, Nganduk, Ponorogo, Trenggalek,
Tulung Agung, Kediri, Blitar, Jombang, Modokerto, Pasuruan,
Probolinggo, Lumadang, Jember, Sitxibondo, Bondowoso, dan
Banyuwangi. Wilayab tidak sesuai meliputi kabupaten-kabupaten
Tuban, Gresik, Sidoardo, Madiun, Lamongan, Nganduk, Magetan,
Kediri, Tulung Agung, Probolinggo, Lumadang, Situbondo,
Banyuwangi, Modokerto, Bodonegoro, Ponorogo, Jember, Ngawi,
Pacitan, Pasuruan, Malang, dan Bondowoso.
Wilayab curab hudan sesuai untuk tanaman kopi robusta tingkat
produktifitas rata-rata sedang, wilayab curab budan tidak
sesuai tingkat produktifitas rata-rata rendab. Pada wilayab
lama bulan kering sesuai tingkat produktifitas rata-rata
rendab, wilayab lama bulan kering tidak sesuai tingkat pro
duktifitas rata-rata sedang. Wilayab ketinggian sesuai ting
kat produktifitas rata-rata sedang bingga rendab, wilayab
ketinggian tidak sesuai tingkat produktifitas rata-rata rendah.
Wllayah iklim yang sesuai -unt-uk tanaman kopl robusta tingkat
produktlfitas rata-rata sedang, pada wllayah iklim yang tidak
sesuai tingkat produktifitas rata-rata rendah.
Wllayah curah hujan sesuai untuk tanaman kopi arabika tingkat
produktifitas rata-rata sedang, pada wllayah curah hudan
tidak sesuai tingkat produktifitas rata-rata rendah. Pada
wllayah lama bulan kering sesuai tingkat produktifitas ratarata
tinggi, pada wllayah lama bulan kering tidak sesuai,
tingkat produktifitas rata-rata rendah. Wllayah ketinggian
sesuai tingkat produktifitas rata-rata rendah, pada wllayah
ketinggian tidak sesuai tingkat produktifitas rata-rata
rendah.
Wllayah iklim yang sesuai bagi tanaman kopi arabika tingkat
produktifitas rata-rata sedang, wllayah iklim yang tidak
sesuai tingkat produktifitas rata-rata rendah."
1995
S33551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siburian, Sutan N.
"Pada kondisi ikiim yang sesuai, tanaman pertanian tertentu akan tumbuh dengan baik dan
optimum. Berubabnya ikiim atau unsur ikihn akan menimbulkan pengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan pada gjlirannya akan mempengaruhi
produktivitas tanaman pertanian tersebut. Salah. satu tanaman yang sangat dipengaruhi
oleh ikiim adalah tanaman kedelai.
Maksud dari penulisan ini adalab mencari tabu bubungan produktivitas kedelai pada
ketinggian yang bervariasi dengan unsur-unsur ikiim yaitu curab bujan, ev^otranspirasi
potensial, lama penyinaran matabari dan subu udara.
Permasalaban dalam penebtian ini adalah;
Bagaimana bnbimgan produktivitas kedelai pada ketinggian yang bervariasi dengan imsurunsur
ikiim di Jawa Timur ?
Metode analisa yang digimakan adalab analisa korelasi peta dibantu dengan tabel-tabel
analisa. Korelasi peta dilaknkan antara peta-peta ketinggian, produktivitas kedelai dan
unsur-unsur ikiim. Tabel analisa digunakan untuk menq)erkuat basil dari korelasi peta.
Berdasarkan basil analisa dapat diketabui babwa :
Produktivitas kedelai terbaik berada pada ketinggian 0 - 100 m dpL Pada ketinggian ini
lebib banyak terd^at kedelai dengan produktivitas tii^gi (12,29 - 14,19 Kw/Ha) dan
sangat tinggi (14,20 - 16,08 Kw/Ha), meskipun produktivitas sedang (10,38 - 12,28
Kw/Ha) dan rendab (8,47 - 10,37 Kw/Ha) masib ada. Selanjutnya pada ketinggian 101 -
400 m dpi pada umumnya terdapat produktivitas sedang dan rendab, walaupim masib
terdapat produktivitas sangat tinggi dan tir^gi. Pada ketinggian lebib dari 400 m dpi tidak
terdapat wilayab kedelai dengan produktivitas tinggi dan sangat tinggi, banya ada sebagian
kecil wilayab kedelai dengan produktivitas sedang dan rendab.
Pada wilayah kedelai dengan ketinggian 0 - 100 m dpi, unsur iklim yang berpengaruh
teriiadap produktivitas kedelai adalah evapotranspirasi potensial dan lama penyinaran
matahari, sedangkan cvirah hujan dan suhu udara tidak begitu mempengaruhi. Pada
ketinggian 101- 400 m dpi unsnr iklim yang menqjengaruhi produktivitas kedelai adalah
lama penyinaran matahari dan evapotranspirasi potensial, curah hujan dan suhu udara tidak
begitu berpengaruh. Pada ketinggian lebih dari 400 m dpi terd^at tiga unsur iklim yang
mempengaruhi prodidctivitas kedelai yaitu curah hujan, evapotranspiraa potensial dan
lama penyinaran matahari. Suhu udara tidak begitu berpengaruh terhadap produktivitas
kedelai."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S33639
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanafiah
"Pengaruh iklim terhadap perubahan muka bumi dan kehidupan mahluk hidup sangatlah mendasar, Bagi Indonesia yang sebagian besar penduduknya bergerak dalam bidang pertanian peranan iklim sangatlah menonjol. Pengregionan iklim merupakan cara yang terbaik untuk mengenal iklim disuatu daerah, dan pernah dilakukan di Indonesia oleh Mohr, SchmidtFerguson dan Oldman, pada prinsipnya bertujuan untuk menggambarkan distribusi wilayah basah dan kering bagi kegiatan bercocok tanam. Meskipun landasan ketiga klasifikasi iklim itu sama, yaitu curah hujan (kebasahan bulanan), namun penerapannya disuatu daerah sedikit banyaknya memperlihatkan berbedaan ditinjau dari segi tingkat kebasahannya. Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui pola-pola iklim, menurut Mohr-; Schmidt-Ferguson dan Oldman dan ketidak sesuaian Wilayah Kebasahannya, di Pulau Sumatera Bagian Selatan. Masalah yang hendak dibahas adalah : 1. Bagaiaman pola-pola iklim menurut Mohr, Schmidt-Ferguson dan Oldman di Pulau Sumatera Bagian Selatan ? 2. Dimana Wilayah terbasah dan terkering ? 3. Bagaimana kesesuaian kebasahan pola-pola iklimnya ? 4. Dimana wilayah yang kebasahannya iklimnya tidak sesuai ?"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Murwatie B. Rahardjo
1988
S33360
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>